Pesimisme Isu Radikal Bersemai di Akhir Tahun




Oleh: Yusriani Rini Lapeo, S.Pd.(Pemerhati Sosial Asal Konawe)

Sejak empat tahun terakhir isu radikalisme semakin menggelitik saja. Isu ini semakin mencuat kala kasus penodaan agama, pada periode pertama kepemimpinan presiden Joko Widodo yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama.

Ironisnya, pada tanggal 26 Sebtember 2017, presiden Joko Widodo menghadiri dan menyaksikan deklarasi anti radikalisme dan terorisme dari seluruh pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia, yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali. Presiden Jokowi menyambut positif deklarasi perguruan tinggi se-Indonesia untuk melawan radikalisme (Voaindonesia.com, 26/09/17)

Ini karena Indonesia dan negara-negara Muslim lain menerapkan ideologi Kapitalisme sekuler Barat yang secara diametral bertentangan dengan ideologi Islam. Untuk melanggengkan kekuasaan dan ideologi ini, Barat melakukan langkah monsterisasi ajaran Islam dengan memberikan stigma radikal kepada Muslim yang ingin menerapkan Islam secara kaffah. Sebaliknya, mereka memuji Muslim yang pro ideologi kapitalisme sekular sebagai moderat. Faktanya, pengikut Islam moderat biasanya menolak formalisasi syariah oleh negara atau anti khilafah. Padahal khilafah merupakan ajaran Islam, sebagaimana akidah, akhlak, ibadah dan muamalah.

Isu inipun semakin menguat dengan pemberitaan dimedia lokal maupun nasional. Tak tanggung-tanggung, semua label “radikal” ini ditujukan oleh sebagian kelompok-kelompok Islam yang berani menyuarakan kebenaran. Disisi lain, persekusi terus dilakukan kepada para penceramah kondang, hingga akhirnya isu ini kemudian menjadi virus dalam dunia pendidikan.

Istilah radikalisme oleh Barat kemudian dijadikan sebagai alat untuk menyerang dan menghambat kebangkitan Islam. Barat melakukan monsterisasi bahwa Islam adalah paham radikal yang membahayakan. Monsterisasi inilah yang kelak melahirkan islamophobia di Barat dan seluruh dunia. Inilah cara terakhir Barat untuk melanggengkan hegemoni ideologi Kapitalisme sekular dengan menyebarkan paham demokrasi. 

Sejatinya, perkara kebaikan pasti akan mengalami benturan keras dari berbagai pihak yang merasa terancam. Dari mulai menciptakan kegaduhan sampai tindakan diskriminasi yang menyimpang terhadap masyarakat muslim. Ketidakadilan yang dirasakan masyarakat muslim menjadi bukti bahwa hak asasi manusia (HAM),  tidak berlaku bagi kaum mayoritas di Indonesia.

Sekali lagi, Strategi Barat untuk menyerang Islam ini merupakan propaganda busuk yang harus disadari oleh  seluruh kaum Muslim. Allah SWT menerangkan kita dalam firmanya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalain” (QS al-Baqarah [2]: 208).

Olehnya, masyarakat Islam harus diberikan penjelasan tentang hakikat Islam  yang sebenarnya sesuai dengan al-Quran dan al-Hadis secara kaffah.Dengan terus melakukan dakwah penyadaran kepada umat akan bahaya narasi radikalisme sebagai propaganda Barat kepada Islam. Dengan demikian akan terjadi gelombang kesadaran umat akan pentingnya mendakwahkan dan memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah yang akan memberikan kebaikan bagi seluruh manusia dan alam semesta. Wallahu'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak