Oleh: Marvha Mirandha
(Aktivis Mahasiswi)
Ada yang menarik dari pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat menghadiri rapat kerja Komisi X DPR di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Selain menjelaskan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan "Merdeka Belajar" di hadapan anggota Komisi X DPR, Nadiem menilai bahwa saat ini dunia tidak butuh siswa yang hanya jago menghafal.(Kompas.com)
Selain itu menurut Nadiem Makarim, Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir. Dan terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru dulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di murid," dalam Diskusi Standard Nasional Pendidikan, di Hotel Century Park, Jakarta Pusat pada Jumat, 13 Desember 2019. Nadiem mencontohkan banyak kritik dari kebijakan yang akan ia terapkan. Misalnya, kebijakan mengembalikan penilaian Ujian Sekolah Berbasis Nasional ke sekolah.(Kompas.com)
Problematika pendidikan yang seakan tiada habisnya terus melanda negeri ini, mulai dari sarpras yang butuh perbaikan karna kerusakan yang diakibatkan bencana maupun karna sudah lamanya digunakan, standar mutu pendidikan nasional yang terus berubah hingga mengakibatkan kebingungan serta lain sebagainya.
Seperti yang kita ketahui negeri tercinta sudah berkali kali berganti kurikulum, hal ini dilakukan demi mutu pendidikan yang semakin baik. Kebijakan yang digagas pak menteri dengan menyiapkan output berupa tenaga kerja yang handal memang merupakan suatu usulan yang baik, namun tak bisa berhenti sampai disini saja karna sejatinya output yang dikeluarkan pendidikan harus menjangkau hal yang lebih luas seperti halnya membentuk jati diri sebagai manusia. Namun sungguh sayang jika kita tengok generasi sekarang ditengah semakin pesatnya perkembangan pendidikan dan tekhnologi, mereka seolah kehilangan arah, hal ini dapat dilihat dari berbagai kenakalan remaja yang kian hari semakin memprihatinkan.
Setiap harinya ada saja, kenakalan remaja yang membuat kita tercengang, mulai dari tawuran, narkoba, perzinahan, bahkan terlibat dalam kasus pembunuhan. Sejatinya ini memberikan kita gambaran akan generasi kita yang tengah “sakit” karna makin mengagungkan kebebasan tanpa batas. Mereka kehilangan jati diri mereka ditengah santernya arus liberalisasi yang menyerang mereka.
Merdeka berfikir sejatinya bukanlah kebebasan sehingga kita mampu menabrak segala batas yang ada; seperti halnya yang terjadi sekarang ini. Hingga kemudian memunculkan berbagai spekulasi yang melenceng jauh dari islam, karna jika itu terjadi, tak akan mengherankan jika kemudian muncul berbagai problematika dalam dunia pendidikan.
Sungguh benar adanya, bahwa dalam pendidikan tak hanya cukup jika dilakukan hanya dengan menghafal tanpa mampu menginternalisasikan nilai nilai yang ada kedalam kehidupan. Namun, akan berbahaya jika ini tidak dibarengi dengan adanya agama yang akan membentengi generasi. Pendidikan yang melepaskan diri dari tuntunan wahyu akan menghasilkan generasi matrealistik dan egois; meski memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luar biasa handal namun tetap saja tak memiliki jati diri sesungguhnya.
Pendidikan dalam islam, dengan asas utama quran dan sunnah, akan menciptakan generasi tangguh. Hal ini pernah ditunjukkan dalam sistem islam ketika pendidikan islam menjadi mercusuar di dunia; kiblat pendidikan dunia. Islam menghasilkan generasi tafaqquh fiddin disertai kemampuan luar biasa dalam setiap bidang pendidikan, itulah mengapa kita mengenal banyak ilmuwan islam yang menjadi rujukan dunia.
Pendidikan islam menjamin terbentuknya kemampuan luar biasa disertai pengetahuan tanpa melupakan jati diri; bahkan islam akan membentuk generasi yang berkarakter; generasi yang khas; yakni genarasi berpendidikan yang taat akan Rabbnya. Mereka yang standart orientasinya bukanlah materi dan dunia semata melainkan ridho Allah, maka tak heran jika generasi islam akan senantiasa berlomba lomba menjadi orang yang paling bermanfaat bagi yang lain. Selain itu pendidikan akan dijamin bagi setiap individu yang ada dalam sistem islam bahkan sampai pada keberadaan sarpras yang memadai.
Akhirnya; islamlah yang kemudian menjadi salah satu solusi yang harusnya kita coba; karna sejarah telah mengukir tinta emas dan kegemilangan islam terutama dalam bidang pendidikan. Hingga kita tak akan perlu khawatir generasi kehilangan jati diri ditengah semakin maraknya liberalisme ditengah tengah kita. Wallahu 'alam bis showwab.