Oleh : Siti Khodijah Rajuli
Pendidik dan Pemerhati Remaja
Geliat dunia remaja semakin menyita perhatian media. Namun sungguh disayangkan, kabar yang terdengar dan menjadi headline media massa justru didominasi dengan berita-berita miring dan negatif. Kasus-kasus kenakalan remaja yang mengarah kepada kriminalitas dengan berbagai jenisnya tak henti-henti menjadi trending topik. Grafik jumlah kenakalan/kriminalitas remaja setiap tahun menunjukkan permasalahan remaja yang begitu kompleks.
Hal ini tidak hanya disebabkan oleh satu perilaku menyimpang, akan tetapi disebabkan oleh berbagi bentuk pelanggaran terhadap agama, norma ataupun tata tertib sekolah yang dilakukan remaja. Potret buram remaja mulai dari pergaulan bebas, narkoba, tawuran, akses media porno, geng motor, free sex, prostitusi, aborsi terus menerus seakan persoalan ini tiada henti.
Deretan potret buram remaja menjadi bukti bahwa sistem pendidikan ala kapitalis telah gagal mewujudkan generasi yang berkualitas. Pendidikan dalam sistem kapitalis telah menyita sebagian besar waktu dan tenaga siswa dengan segudang tugas akademik, tetapi mengabaikan aspek pembentukan kepribadian yang tangguh dan kuat.
Sekolah sebagai institusi pendidikan dengan harapan mampu mencetak generasi berkualitas, bermoral dan berakhlak namun yang terjadi justru sebaliknya.
Seperti kasus terbaru yang kembali mencoreng dunia pendidikan, Aksi brutal yang dilakukan oleh siswa SMK Ichthus di Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara yang menusuk gurunya dengan pisau hingga guru tersebut tewas, lantaran sang guru menegur siswa tersebut karena merokok. Sungguh ironis sekali, beginilah wajah pendidikan saat ini. Kelakuan remaja kian menjadi dan makin menyayat hati. Bagaimana mungkin seorang remaja ‘terdidik’ bahkan di lingkungan pendidikan berbuat demikian. Namun begitulah realita saat ini.
Pemerintah terus berupaya untuk meyelesaikan persoalan yang terjadi dikalangan remaja, namun sayang sungguh sayang permasalahan tersebut tak kunjung bertemu titik terang. Hal ini disebabkan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah bersifat pragmatis, belum menyentuh aspek mendasarnya. Beginilah solusi setengah hati yang menjadi ciri khas sistem pendidikan sekular dalam menyelesaikan problematika, alhasil tidak ada penyelesaian persoalan kriminalitas yang terjadi, yang ada justru kriminalitas dikalangan remaja kian menjadi.
Islam Punya Solusi
Sederet kasus remaja ini sebenarnya dapat dituntaskan dengan memperbaiki sistem hidup yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku remaja. Sekolah, keluarga, masyarakat dan negara merupakan unsur yang sangat dibutuhkan perannya serta bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian yang baik pada remaja, kepribadian yang didasarkan iman dan takwa. Semuanya harus berkerja sama untuk mewujudkan lingkungan yang baik untuk perkembangan remaja.
Peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian remaja ada pada negara melalui pemberlakuan sistem pendidikan. Pendidikan harus berlandaskan akidah Islam yang menjadi acuan dalam penentuan tujuan dan arah pendidikan, penyusunan kurikulum, proses belajar-mengajar.
Pendidikan bukan perkara yang bisa di anggap sepele. Bahkan dalam Islam, pendidikan merupakan salah satu pilar yang sangat penting yang menentukan sebuah peradaban. Terbukti sistem pendidikan Islam mampu melahirkan generasi hebat, bermutu. Seperti Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran dunia. Al Khawarizmi yang dikenal sebagai ahli matematika. Al-Battani yang ahli astronomi dan masih banyak yang lain. Mereka tidak hanya dididik untuk cerdas ilmu dunia tapi juga cerdas atau fasih dalam ilmu agama. Para ilmuwan muslim banyak memberikan sumbangan besar bagi peradaban manusia.
Hal ini karena pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menjadikan kaum muslimin menjadi umat yang terbaik. Mereka dibekali aqidah dan tsaqafah Islam untuk membentuk kepribadian Islam.
Negara pun sangat mendukung kemajuan pendidikan. Dalam sistem keKhilafahan, negara sangat memperhatiakn kesejahteraan para guru. Seperti pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, gaji guru sebanyak 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas) atau setara dengan Rp. 30.000.000-,. Pada masa Khalifah Al-Makmun, seorang penulis akan dihargai dengan emas seberat timbangan buku atau kitab yang telah ditulisnya.
Masya Allah
Sungguh sistem terbaik adalah sistem yang bersumber dari Maha Pencipta, Penguasa Alam. Satu-satunya sistem yang akan mampu menyelesaikan persoalan kenakalan remaja dan menjadikan generasi gemilang, sistem itu adalah Khilafah Islamiyah.