Oleh : Sumiati
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif
Dalam KBBI, oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga atau militer. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani untuk memerintah. Dalam keputusan pemerintah di bawah ini menunjukkan arah politik oligarki.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyambut baik penunjukkan staf khusus milenial oleh Presiden Joko Widodo.
Menurut dia hal itu seperti memberikan kesempatan anak muda magang di dunia pemerintahan.
"Ini katakanlah latihan kalau kamu di sekolah ada kampus ada magang, kita kenal itu," ujar Surya di Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (23/11/2019).
Ia menyatakan penunjukkan staf khusus milenial dilakukan dengan persiapan matang. Karenanya, ia meyakini hal tersebut akan berdampak pada kebijakan pemerintah yang mampu menyerap aspirasi kaum milenial.
Ia pun mengatakan, dengan terserapnya aspirasi para kaum milenial maka mereka akan semakin terberdayakan dalam pembangunan SDM Indonesia yang unggul.
"Beliau menyatakan sebagai tempat diskusinya dia membutuhkan feeding, masukan dari milenial dan diberikan secara resmi menjadi staf khusus. Satu kebijakan yang patut diapresiasi," lanjut Surya.
Presiden Joko widodo telah menunjuk tiga belas orang sebagai staf khususnya.
Dari tiga belas orang staf khusus tersebut, tujuh orang di antaranya merupakan wajah baru yang berasal dari kaum milenial.
Presiden Jokowi memperkenalkan ketujuh orang tersebut kepada pers di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Mereka adalah Putri Indahsari Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Ayu Kartika Dewi, Angkie Yudistia, Gracia Billy Yosaphat Membrasar, Aminuddin Ma'ruf, dan Andri Taufan Garuda Putra.
Selain nama-nama tersebut, Presiden Jokowi juga menunjuk dua wajah baru lainnya, yaitu politisi PDI-P Arief Budimanta dan politisi Partai Solidaritas Indonesia Dini Shani Purwono.
Staf khusus presiden dari kalangan milenial bukan hanya kontroversial karena gaji yang fantastis dengan tupoksi yang masih belum definitif. Mereka diangkat dengan latar belakang partai dan sosok konglomerat di kampanye pilpres. Maka publik lebih melihat pengangkatan ini sebagai fenomena makin menguatnya politik oligarki jilid 2.
Inilah sistem kapitalis demokrasi yang menjadikan uang sebagai tumpuan segalanya termasuk untuk menjadi orang penting dalam sebuah negeri. Jika uang sudah berbicara, maka tidak ada jabatan yang tidak bisa diraih. Tidak peduli kemampuan, yang penting siapa yang bisa membeli dialah yang menang.
Sangat kontras dengan kasus guru yang tidak kunjung dibayarkan gajinya padahal sudah berbulan-bulan bahkan tahunan. Berbeda dengan stafsus presiden, mereka tidak perlu berpeluh, mereka tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang gaji yang mencapai puluhan juta.
Inilah ironisnya di negeri kapitalis, menjabat begitu mudah asal mengikuti arus yang ada, begitu pun mereka sangat bahagia ketika terpilih walaupun tidak jelas apa kerjanya. Berbeda dengan Islam, sebagaimana kisah di bawah ini:
Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada dinasti Bani Umayyah, hari Jumat tanggal 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul Malik, sang khalifah menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesenggukan.
Di dalam tangisnya, Umar mengucapkan kalimat, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun”, sambil berujar, “Demi Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikit pun, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan.”
Melihat kondisi sang khalifah seperti itu, beberapa penyair datang dengan maksud ingin menghiburnya, tetapi Khalifah Umar menolak dengan baik. Sikap khalifah Umar itu turut mendapat perhatian anaknya yang resah melihat ayahnya menangis hampir sepanjang hari. Walaupun dia berusaha mencari penyebabnya, namun anak Umar gagal mendapat jawabannya. Hal yang sama dilakukan oleh istrinya, Fatimah. Fatimah berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti itu?”
Umar pun menjawab, “Sesungguhnya aku telah diangkat menjadi khalifah untuk memimpin urusan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Sang khalifah berkata kepada istri dan anaknya, “Aku termenung dan terpaku memikirkan nasib para fakir miskin yang sedang kelaparan dan tidak mendapat dari pemimpinnya. Aku juga memikirkan orang-orang sakit yang tidak mendapati obat yang memadai. Hal yang sama terpikir olehku tentang orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian, orang-orang yang selama ini dizalimi dan tidak ada yang membela, mereka yang mempunyai keluarga yang ramai dan hanya memiliki sedikit harta, orang-orang tua yang tidak berdaya, orang-orang yang menderita di pelosok negeri ini, dan lain sebagainya.” Masya Allah.
Wallaahu a'lam bishshawab