Oleh : Neneng Sriwidianti
Pengisi Majelis Ta’lim dan member AMK
Sesak dada ini, rasa sedih, kesal, dan marah bercampur jadi satu ketika menyaksikan saudara-saudara kita muslim Uyghur mendapatkan perlakuan di luar batas kemanusiaan. Fakta genosida atau penghilangan etnis muslim Uyghur oleh pemerintah Cina terus berlangsung. Dilansir oleh liputan6.com, Patrik Poon dari Amnesty Internasional menyatakan, lebih dari satu juta orang ditahan di kamp-kamp yang serupa kamp konsentrasi masa perang. Dia mengatakan, laporan dari mantan tahanan mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk menghadiri pelajaran re-edukasi politik dan menyanyikan lagu-lagu politik komunis. Laporan sebelumnya juga mengatakan etnis tersebut dipaksa untuk mengutuk Islam dan bersumpah setia kepada Partai Komunis Cina, selain dipaksa untuk makan daging babi dan minum alkohol—tindakan yang dilarang dalam Islam. (Liputan6.com,18/12/2019) Laporan lain juga mengatakan bahwa terjadi penghancuran masjid-masjid bersejarah, pemisahan orangtua dari anak-anak mereka yang dimasukkan dalam institusi khusus, pengawasan dengan teknologi canggih, serta kerja paksa terhadap penghuni kamp redukasi (Republika.co.id,17/07/2019). Tidak kalah mengerikan adalah berbagai pelecehan kehormatan terhadap muslimah Uyghur, pemaksaan obat untuk menghentikan menstruasi, pemaksaan muslimah menikah dengan kafir Cina, dll. Muslimah-muslimah dipaksa dengan di suntikan obat anti kehamilan, dipaksa menikah dengan kafir Cina, dan berbagai pelecehan lainnya.
Ironisnya, dunia Islam bergabung dalam 37 negara yang mendukung tindakan biadab pemerintah teroris Cina diantaranya adalah Aljazair, Angola, Bahrain, Belarusia, Bolivia, Burkina Faso, Burundi, Kamboja, Kamerun, Kepulauan Komoro, Pakistan, Kuba, Republik Demokrat Kongo, Mesir, Eritrea, Gabon, Kuwait, Laos, Myanmar, Nigeria, Korea Utara, Oman, Filipina, Qatar, Rusia, Arab Saudi, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Tajikistan, Togo, Turkmenistan, Uni Emirat Arab,Venezuela, dan Zimbabwe. (republika.co.id )
Mirisnya, pemerintahan Indonesia yang mayoritas muslim, tidak ada sepatah kata pun yang terucap untuk sekedar mengecam perbuatan Cina. Apalagi berharap kepada pemerintah akan mengirimkan pasukannya untuk membebaskan muslin Uyghur. Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Adnin Armas mnyesalkan “sikap diam” Pemerintahan Joko Widodo soal Uyghur. ”Indonesia tidak ada list”. Selayaknya Indonesia yang menjadi negeri muslim terbesar di dunia mampu menjadi penggerak bagi negeri-negeri muslim lainnya bukan diam. Begitupun dengan ormas-ormas besar Islam yang ada di Indonesia untuk berani menyuarakan, bukan diam. Inilah akibat kebijakan negara menjalin kerja sama dengan Cina berupa utang yang menyebabkan tersanderanya kewibawaan. Negara tak berdaya di hadapan Cina, justeru tunduk yang tampak. Sangat menyedihkan negeri yang mayoritas muslim terbesar harus bertekuk lutut di hadapan penguasa Cina yang anti agama.
Persoalan muslim Uyghur tidak bisa diselesaikan oleh seorang atau sekelompok individu saja. Aksi-aksi solidaritas yang terjadi di seluruh dunia sejatinya tidak mampu menghentikan atau membungkam kezaliman, karena sekumpulan warga negara tidak memiliki kebijakan yang dapat menghentikan segala bentuk kejahatan. Meskipun aksi-aksi tersebut wujud dari rasa persaudaraan satu akidah yang muncul dari keimanan terhadap Allah Swt . Butuh sebuah kekuatan besar dengan kekuatan persenjataan militer yang mumpuni, dan pasukan besar, yaitu hanya dapat dilakukan oleh negara. Karena negaralah yang mampu mengeluarkan kebijakan. Pertanyaannya, sampai kapan penderitaan muslim Uyghur? Uyghur tak butuh kecaman-kecaman. Uyghur butuh tindakan nyata yang mampu menghentikan kejahatan negara Cina selama ini.
Wahai saudara-saudaraku! Kita butuh sebuah kekuatan untuk menolong saudara-saudara kita muslim Uyghur. Umat Islam butuh negara dengan sistemnya yang mampu melindungi akidah umat Islam dari kekufuran, yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Saat ini umat tidak memiliki perisai, tidak dapat berharap pada pemimpin-pemimpin negeri muslim, karena mereka telah tergadai oleh kepentingan duniawi. Khilafahlah harapan umat Islam saat ini, tak ada lagi sistem kehidupan yang mampu menyelesaikan segala bentuk kezaliman di muka bumi ini. Khilafah tak hanya melindungi akidah umat, jiwa,raga dan kehormatan umat pun akan dijaga dan dilindungi. Serta segala persoalan umat akan terselesaikan hingga ke akar.
Maka kewajiban umat Islamlah untuk segera mewujudkan tegaknya khilafah dan mengangkat seorang pemimpin bagi umat Islam seluruh dunia.
Sebagaiman firman Allah yang mulia :
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa(tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik ( TQS An-Nur : 55 ).
Wallahu’alam bishshawab.