Oleh: Endah Husna
Media Sosial beberapa hari ini sedang ramai dengan seruan "Selamatkan Muslim Uighur". Semangat Ukhuwah Islamiyah yang mampu menggerakkanya, sebagai bukti kepedulian kaum Muslim atas penindasan yang amat kejam terhadap kaum Muslim di Provinsi Xinjiang oleh Pemerintah Komunis Cina. Aksi dari berbagai daerah, sebagai bentuk kesungguhan kaum muslim di belahan negara lain, tak lain adalah wujud dari protes keras mereka atas sikap dhalim mereka kepada Muslim Uighur.
Namun sangat disayangkan, sampai saat ini respon para pemimpin Dunia Islam termasuk Indonesia, sangat lemah. Lemahnya sikap mereka diduga kuat karena Cina sudah menjalin hubungan yang sangat kuat, utamanya hubungan ekomomi, yang diikat dengan utang dan investasi. Investasi Cina di Indonesia, menduduki peringkat ketiga. Yang nilainya sebesar 2,3 miliar dolar AS atau 16,2 persen total PMA.
Dalam Islam, sesama kaum Mukmin adalah saudara. Islam telah menghilangkan berbagai sekat perbedaan; suku bangsa, ras, warna kulit dan status sosial. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Hujurat ayat 10, yang artinya "Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) di antara kedua saudara kalian itu".
Bahkan kuat atau lemahnya persaudaraan dengan sesama Mukmin menentukan kualitas Iman seseorang. Dalam sabda Rasulullah saw: "Belum sempurna iman seseorang sampai ia mencintai bagi saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya sendiri" (HR Muslim).
Karenanya, kecintaan yang sejati kepada sesama Muslim tampak dari sikap yang senantiasa menginginkan saudaranya mendapatkan kebaikan, sebagaimana ia menginginkan kebaikan untuk dirinya. Sebaliknya juga, sebagaimana ia pun tidak menghendaki keburukan itu menimpa dirinya, maka ia juga tidak rela ada saudaranya yang tertimpa keburukan.
Maka sungguh ironi, sikap para pemimpin Muslim yang malah membiarkan sesama Muslim ditindas bahkan dibunuh secara keji oleh kaum kafir, sedangkan mereka hanya menonton saja. Tidak ada bantuan ataupun pembelaan atas Muslim Uighur. Bahkan yang menyayat hati, justru mereka berkawan mesra dan bekerjasama erat dengan para penindasnya.
Rusaknya amal dan datangnya dosa, sebab dari membiarkan sesama Muslim tertindas. Bahkan yang lebih mengerikan adalah datangnya ancaman Allah SWT berupa datangnya bencana besar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Alquran Surat Al-anfal ayat 73 yang berbunyi "Orang-orang kafir itu, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (kaum Muslim) tidak melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar".
Jika diamati, ada dua hal yang menyebabkan lunturnya ukhuwah Islamiyah dari dada umat, khususnya para penguasanya. Pertama, munculnya sikap Ta'ashud 'ashabiyyah (fanatisme kelompok, kesukuan/kebangsaan atau nasionalisme) yang menggeser semangat persaudaraan sesama muslim di penjuru dunia manapun. Hal ini bertentangan dengan ajaran Rasul saw. yang melarang adanya sikap 'ashabiyyah. Dalilnya, dari sabda Rasulullah saw. "Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan 'ashabiyyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang berperang atas dasar 'ashabiyyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati di atas dasar 'ashabiyyah".(HR Abu Dawud).
Kedua, adanya kepentingan ekonomi.Dengan dalih pinjaman dan investasi, para penguasa negeri-negeri kaum Muslim tunduk dihadapan negara-negara Asing termasuk Cina. Selain itu, Pemerintah Komunis Cina dikabarkan juga menggelontorkan banyak uang kepada sejumlah ormas Islam dengan tujuan sama: membungkam suara mereka (Wall Street Journal, 11/12/2019). Pemerintah Cina juga menawarkan beasiswa kepada pelajar Muslim di Indonesia untuk kuliah ke negeri Tiongkok.
Umat Islam adalah satu, umat ini memiliki akidah dan syariat yang sama. Persaudaraan sejati hanya akan dapat diwujudkan secara nyata ketika ada pemimpin yang berani menyatukan umat ini dalam satu negara, menerapkan aturan yang berasal dari Sang Pencipta. Itulah Khilafah. Yakni kepemimpinan satu yang akan menjadi pelindung, dan mewujudkan Khilafah adalah kewajiban yang harus diperjuangkan.
Wallahu a'lam bishawwab.