Merdeka Belajar, Merdeka Berfikir



    Oleh:  Herawati, S.Pd.I


Ganti Menteri Pendidikan ganti kebijakan. Ganti Menteri Pendidikan, ganti kurikulum. Inilah fakta yang terjadi di negeri  Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi, kondisi  terus berulang per lima tahun sekali sesaat setelah ganti presiden dan ganti jajaran kabinet 


Dikutip dari TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, menyampaikan dan meluncurkan empat pokok kebijakan  pendidikan merdeka  belajar dalam program "  Merdeka  Belajar")

Yang meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional, (USBN) Ujian Nasional, (UN) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (RPP) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi


Program Nadiem "merdeka belajar" dirasa ambigu, karena merdeka belajar bisa disamakan dengan merdeka berfikir. Padahal proses berfikir inilah awal mula manusia mendapatkan ilmu,  bagaimana mungkin para pelajar dijauhkan dari proses berfikir,

Padahal ada banyak problem di dunia pendidikan saat ini, mulai dari tidak meratanya sarana pendidikan, guru yang tidak  profesional dibidangnya, serta semakin meningkatnya kasus degradasi moral para pelajar seperti tauran, pergaulan bebas, LGBT, narkoba, serta adab dan akhlak pelajar yang sudah mulai dikeluhkan oleh para guru sebagai pendidik. Tidak hanya itu problem kualitas outputnya juga dirasa masih rendah dan perlu ada perbaikan. 


Solusi yang dilakukan oleh  Menteri Pendidikan dengan program "merdeka belajar" Hakikatnya tidak mengena pada akar masalah problematika pendidikan di negri ini. Karena Nadiem hanya ingin memperbaiki kualitas output pendidikannya saja agar lebih berorientasi untuk menyiapkan peserta didik siap di dunia kerja  sementara itu, sistem pendidikan yang dibagun dari sistem sekuler saat ini, akan semakin menjauhkan jati diri para pelajar yang berkepribadian Islam berbudi pekerti luhur. Sistem pendidikan sekuler semakin mengokohkan liberalis di dunia pendidikan,  ajaran Islam, khilafah dan jihad dianggap ajaran radikalisme yang berbahaya. Sehingga harus dihapuskan dari kurikulum Islam Kekeliruan  terbesar rezim oligarki saat ini adalah menganggap bahwa umat Islam dan ajarannya sebagai sumber gerakan radikalisme dan intoleran, sehingga perlu dilawan. 

Merdeka berfikir tidak lain memberikan kebebasan (liberal) dalam memaknai materi pelajaran dan berujung pada perilaku dan karakter liberal tanpa  dikungkung batasan (agama Islam).


Nadiem juga menilai bahwa saat ini dunia tidak butuh siswa yang hanya jago menghafal. pernyataan ini tidaklah keliru, memang benar dunia pendidikan tidak boleh menghasilkan sumber daya manusia yang hanya pandai menghafal saja, tanpa memahami makna dan menginternalisasi pemahamannya kedalam  kehidupan, karena apabila berfokus pada hafalan saja tanpa diamalkan maka dunia pendidikan hanya akan menghasilkan generasi  materialistik dan egois bila pemahaman diisi oleh insan berliterasi dan berkarakter universal lepas dari tuntunan wahyu.  



Sistem pendidikan saat ini  dibangun dari sistem Demokrasi,  nyatanya gagal dalam mencetak generasi Islam yang unggul, yang mempunyai  kepribadian dan tsaqafah Islam. Kurikulum pendidikan sekuler saat ini nyatanya menjauhkan peserta didik dan pengajarnya dari fitrahnya sebagai manusia. 


Kembali pada sistem pemerintahan Islam (khilafah islamiyah)  adalah satu-satunya solusi untuk semua problematika yang ada di  negeri ini, khususnya dunia pendidikan. Didalam sejarahnya Khilafah Islam, di setiap masa kepemimpinannya selalu punya perhatian lebih pada dunia pendidikan, peninggalan Universitas Islam masa daulah khilafah tersebar diseluruh dunia dan Jazirah Arab, bahkan Universitas Al Azhar di Mesir sampai saat masih ada dan banyak mencetak ulama. 


Didalam Islam belajar atau menuntut ilmu wajib hukumnya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)


Dan Allah berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


 Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S Al-mujadalah:11) 

Dari dua dalil diatas,  jelas bahwa Islam memberikan keutamaan pada orang- orang yang belajar, menghafal dan berfikir. Karena dengan upaya upaya tersebut manusia bisa berilmu serta bisa mengamalkan ilmunya dalam kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak