Oleh: CT Bar Ummu Layana
Bulan dipenghujung tahun 2019 telah tiba. Setahun berlalu tentu banyak kisah dan cerita yang telah dilalui. Ada suka cita dan duka lara mewarnai setiap kejadian dan keadaan. Inilah waktu yang tepat bagi manusia untuk kilas balik melihat masa lalu yang hendaknya bisa diperbaiki di masa depan. Apakah sampai saat ini hidup kita sudah sampai titik kesuksesan, kebahagiaan atau masih dalam keterpurukan.
Kebahagiaan seseorang biasanya lahir dalam ketentraman hati dan terpenuhinya kebutuhan hidup serta kenyamanan beribadah. Lalu apakah hal-hal demikian telah kita rasakan pada tahun 2019. Mungkin ada sebagian yang sudah merasakannya namun ketika melihat bagaimana pendidikan, kesehatan dan kebebasan dalam beragama serta pemenuhan kebutuhan di negara ini maka masih dirasa sangat jauh dari kata sejahtera.
Di bidang pendidikan Indonesia banyak mengalami kemerosotan. Minat belajar anak semakin terjun bebas. Hal ini banyak disebabkan anak-anak pelajar lebih tertarik dengan smartphone nya dari pada dengan belajar menggunakan buku. Sekarang anak Sekolah Dasar pun sudah difasilitasi smartphone yang semakin mengikis minat belajarnya. Selain itu kemerosotan pendididkan juga terjadi karena mahalnya biaya pendidikan.
Bantuan-bantuan pendidikan nampaknya tak banyak memberikan pengaruh pada meningkatnya kualitas pendidikan. Pendidikan dengan kualitas yang lebih bagus yaitu yang rata-rata milik swasta memiliki biaya pendidikan yang lebih mahal. Jadi untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik harus mengeluarkan biaya yang tinggi sehingga itu tidak terjangkau oleh masyarakat. Akhirnya masyarakat hanya memperoleh pendidikan seadanya saja sesuai kemampuan finansialnya.Dan untuk melanjutkan pendidikan dengan jenjang lebih tinggi lagi itu juga akan lebih mahal sehingga patutlah kalau dikatakan pendidikan dan kepandaian hanya bagi para borjuis.
Selain dibidang pendidikan, bidang kesehatan juga tak kalah memilukan. Program BPJS yang dimaksudkan untuk gotong royong dalam menunjang kesehatan masyarakat ternyata tidak lebih dari bentuk halus pemalakan terhadap rakyat. Selain kenaikan tarif BPJS yang sudah memberatkan, ada lagi yang lebih menyengsarakan rakyat yaitu resiko bagi yang melakukan penunggakan pembayarannya.
Di era ini pemenuhan kebutuhan semakin sulit. Pencabutan-pencabutan subsidi sumber daya alam yang dilakukan semakin membuat beban hidup semakin berat. Karena pencabutan subsidi ataupun kenaikan suatu tarif akan berpengaruh pada harga-harga yang lain sehingga akan mempengaruhi pola dan gaya hidup seseorang. Banyaknya tindak kriminal yang terjadi saat ini mungkin tak lepas dari beratnya beban hidup yang dialami oleh masyarakat.
Akhir-akhir ini ketenangan dalam menjalankan peribadahan juga semakin terkikis. Karena bagi seorang muslim beribadah tak hanya sekedar ibadah Mahdah saja. Sehingga setiap perkara yang dilakukan oleh kaum Muslim adalah ibadah. Termasuk bagaimana mempertahankan akidah dan berpenampilan. Sehingga tidak patutlah kalau dengan melihat penampilan seseorang mampu membuat orang lain berfikir yang bukan-bukan bahkan memberi label dengan sesuatu tuduhan yang menyakitkan. Karena hal ini sangat mengganggu kebebasan orang lain dalam mengekspresikan agama yang dianutnya.
Banyaknya kemunduran dan kemerosotan kehidupan masyarakat ini tak lepas dari ditinggalkannya hukum Allah Swt. Karena kebanggaan menggunakan hukum manusia telah mampu membuat kehidupan semakin terpuruk. Sudah saatnya kita kembali pada aturan Allah Swt untuk mengatur kehidupan kita dan menyelesaikan probematika untuk umat saat ini.
Aturan Allah tidak hanya mencakup masalah ibadah ritual saja seperti salat, puasa dan haji namun lebih dari itu. Allah mengatur bagaimana seharusnya pengelolaan pendidikan, kesehatan, sumber daya alam dan juga pemenuhan kebutuhan hidup serta mempertahankan akidah sebagai seorang muslim. Dan hal itu telah dicontohkan oleh Rasulullah serta para khalifah-khalifah setelahnya yang telah membawa kaum muslim pada puncak kejayaannya.
Dengan melihat kilas balik dua ribu sembilan belas, masih ada asa untuk memperbaiki segala keterpurukan ini yaitu dengan kembali pada aturan Illahi Rabbi dengan berpegang pada Al-Qur’an dan mencontoh suri tauladan kita yaitu Rasulullah Saw.
Waallahua’lam bishshowab