Oleh : Lilik Yani
Adanya hubungan baik antara sesama manusia, maka akan mendapat kemudahan ketika kita mengalami kesulitan. Apalagi jika hubungan baik itu kita lakukan terhadap Sang Pemilik dunia. Coba perhatikan, bagaimana hubunganmu dengan Allah? Sudah harmoniskah? Atau masih sering abai dan tidak peduli?
********
Ketika engkau memanggil anakmu untuk suatu keperluan, tetapi dia tak kunjung datang. Hingga engkau harus mengulangi panggilanmu berkali-kali, baru dia datang menemuimu. Ternyata dia tidak mendengar karena lagi menikmati musik di kamarnya.
Ketika engkau mengajak anakmu bicara, tetapi dia sibuk dengan HP yang dipegangnya karena harus membalas chatting teman-temannya, atau main game lagi seru-serunya. Wajahnya hanya sesekali saja menolehmu dan mengangguk-angguk, seolah-olah menyetujui nasehatmu.
Ketika engkau mengajar anak-anak didikmu, ternyata kebanyakan hanya hadir secara fisik. Pandangannya tidak menuju padamu, tapi pada layar HP yang disembunyikan di bawah bukunya. Pendengarannya juga tidak konsentrasi pada pelajaranmu, tapi ada headset yang menghalanginya. Ada musik yang menjadi tandinganmu. Apalagi hatinya, bisa mengembara ke mana-mana.
Ketika janjian bertemu teman lama, setelah bertemu tentu senang kangen-kangenan dan tanya-tanya kabar. Beberapa menit kemudian, masing-masing sudah pegang HP dan sibuk dengan teman-teman dunia mayanya. Mereka lupa dengan teman lama yang berada di hadapannya.
Bagaimana perasaanmu mengalami kisah-kisah seperti itu? Sedih, kecewa, jengkel, marah, merasa diremehkan, merasa tidak berharga.
Coba engkau muhasabah diri, apakah pada saat Allah memanggilmu dengan alunan merdu Adzan dari masjid terdekat dan saling bersahut-sahutan dengan masjid-masjid sekitarnya, tetapi engkau tak segera bergegas untuk datang menyambut panggilanNya. Justru engkau berdalih, menyelesaikan pekerjaan dulu, sebentar lagi kelar.
Ketika Allah mengajakmu dialog, tetapi engkau membaca bacaan sholat dengan terburu-buru hingga engkau tidak memberi kesempatan sedikit pun bagi Allah untuk menjawab. Padahal Allah seneng sekali berdialog denganmu, terutama pada saat engkau menjalankan ibadah Sholat.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda “Allah Ta’ala berfirman:
Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku.
Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”
(HR. Muslim no. 395).
Ketika Allah menginginkan surat cintaNya yang dititipkan kepada Rasulullah saw untuk disampaikan kepadamu. Adakah engkau sudah membacanya? Sudah tuntaskah engkau membaca ayat-ayat cinta itu, ayat-ayat Al Qur’an yang berisi Firman Allah untuk hamba-hamba yang dicintainya agar selamat dunia akherat. Masalahnya, apakah kalian sudah membaca dan memahami isinya?
Saudaraku, jika kita marah dan merasa tidak dihargai karena anak-anak yang tidak memperhatikan panggilan dan nasehat kita. Jika kita kesal karena anak-anak didik yang tidak memperhatikan apa yang kita ajarkan. Jika kita merasa tidak berharga karena teman-teman lebih mesra dengan teman-teman dunia maya dibanding kita yang berada di depan matanya.
Jika untuk hal-hal seperti itu saja kita marah, bagaimana dengan Allah yang menciptakan kita dan mengurus semua urusan kita, mencukupi semua kebutuhan kita, tetapi kita sering mengabaikan panggilanNya. Kita sering tidak memperhatikan kehadirannya saat kita sholat, Dia ingin dialog dengan kita tapi kita justru terburu-buru ingin segera menyelesaikan sholat, dengan alasan masih banyak pekerjaan.
Astaghfirullahal adziim. Ampunilah kami Yaa Allah.
Apalagi surat cinta itu, kami hanya menjadikan pajangan indah di rak buku, biar terkesan rumah itu Islami maka ada Al Qur’an berjajar dengan berbagai penerbit, tetapi kami merasa sok sibuk sehingga tidak meluangkan waktu untuk membaca ayat-ayat itu. Astaghfirullahal Adziim. Ampunilah kami yaa Allah, yang sering mengabaikanMu.
Bagaimana mungkin kita menuntut orang lain menghargai kita, jika kita sendiri tidak menghargai Allah dzat yang menciptakan dan mengatur semua urusan yang di langit dan di bumi ini. Bukankah seharusnya kita yang harus menundukkan diri ini, dengan ketundukan total kepada Allah. Sebagai rasa syukur kita sebagai hamba Allah.
Saudaraku, mari kita perbaiki hubungan kita dengan Allah. Kita jalin keakraban dengan Allah. Karena Dia pemegang kendali setiap hati hamba-hambaNya. Semoga Allah berkenan membimbing anak-anak kita, anak-anak didik kita, dan kita semuanya untuk selalu melangkah di jalan yang diridloi Allah. Hingga suatu saat kelak, Allah ijinkan kita bisa bersama menikmati indahnya jannah.
Wallahu a'lam bisshawab
Surabaya, 7 Desember 2019
Tags
renungan