Oleh: Liza Pratiwi, Ibu Rumah Tangga
Di berbagai media, isu radikalisme adalah topik hangat untuk dibincangkan, agar jangan sampai seseorang punya paham radikalisme. Bahkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan guru mengaji tak boleh mengajarkan radikalisme. Hal ini terkait seorang guru mengaji berinisial SA yang diduga memengaruhi terduga pelaku bom bunuh diri di Medan, Rabbial Muslim Nasution (www.cnn.indonesia)
Radikalisme itu sendiri, artinya seseorang tersebut punya pemahaman mengakar, mendasar. Ketika dikatakan guru ngaji jangan sampai mengajarkan radikalisme, tentu kita tahu guru ngaji pasti mengajarkan Islam kepada santri-santrinya. Itu artinya, guru ngaji mengajarkan Islam atau bacaan iqro' dari yang mendasar. Tentu itu hal yang bagus bukan? Kenapa hal tersebut dipermasalahkan?
Kemudian dimuat dalam media kumparan.com, percuma jika anak-anak diajarkan agama, namun bertujuan untuk membunuh sesama manusia. Megawati menegaskan sikap ini bukan ciri-ciri manusia Indonesia. Bukankah anak-anak sedari kecil harus ditanamkan nilai-nilai agama? Apakah setiap seseorang yang ditanamkan agama ujung-ujungnya membunuh orang dengan alasan yang tidak syar'i? Tentu pernyataan bu Mega tidak dapat diterima.
Jika kita cermati apa perkataan ibu Megawati Soekarno Putri bahwa percuma jika anak-anak diajarkan agama, namun bertujuan untuk membunuh sesama manusia. Ini artinya ketika seseorang belajar agama, ujung dari belajar itu akhirnya ia membunuh. Jika yang dikaitkan itu Islam, jelas tidak dapat diterima. Tujuan belajar yakni agar kita tidak salah melangkah dalam beramal.
Isu radikalisme ini harus diperhatikan dari dua sisi: yang pertama, isu radikalisme ini yang diopinikan yakni mengarahkan pada Islam, karena ada penggiringan opini bahwa Islam mengajarkan kepada kekerasan. Tentu ini tidak dapat diterima. Jangankan dengan orang Muslim, dengan orang kafir pun tidak semua dimusuhi atau dibunuh. Dalam Islam kategori kafir ada dua macam, yaitu kafir harbi dan kafir dzimmi. Kafir harbi adalah kafir yang jelas-jelas memusuhi Islam. Kafir dzimmi adalah kafir yang dilindungi oleh Daulah Islam. Mengenai kafir harbi yang jelas-jelas memusuhi Islam maka solusinya tidak lain adalah jihad. Seperti apa yang diajarkan baginda Rasulullah Saw kepada ummatnya dan ini diperintahkan oleh seorang khalifah.
Yang kedua, isu radikalisme mengarahkan kepada persoalan orang-orang yang punya pemahaman Islam sampai kepada mendasar. Lalu dimana letak salahnya? Sebagai seorang Muslim harus lah punya pemahaman Islam sampai mendasar hingga keseluruhan. Hal ini haruslah di mulai sejak masih anak-anak.
Agama adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Bahkan ia adalah sesuatu yang mendasar. Ketika anak-anak tidak diajarkan dengan agama, maka akan diajarkan dengan apa? Ditambah kasus sosial kian marak ditengah remaja, mulai dari pergaulan bebas, narkoba sampai kepada pembunuhan. Masih kita ingat kasus Mahasiswi UIN Makassar yang dibunuh oleh pacarnya, yang sebelumnya hamil diluar nikah. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan. Lalu apa solusi yang ditawarkan pemerintah terhadap kasus ini? Maka sebagai seorang muslim harus belajar agama. Agama yang pasti benar yakni agama Islam. Agama yang paling diridhoi oleh Allah Swt.
Islam akan terus di'fitnah' selama kita masih berdiam diri melihat kezaliman terjadi. Opini Islam yang negatif membuat orang yang ingin hijrah menjadi lebih baik menjadi takut untuk belajar Islam. Bahkan anak-anak kita yang menjadi harapan penerus generasi terdepan agar jangan sampai punya pemahaman Islam yang mendasar (radikalisme). Maka saatnya kita hentikan kezaliman ini dengan mewujudkan Islam Kaffah dibawah naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam bishshawab