Oleh: Sunti
Tahun ini adalah tahun dimana secara beruntun Islam mengalami penghinaan, mulai dari pernyataan Sukmawati Sukarno Putri dalam pidatonya yang membandingkan Nabi Muhammad dengan ayahnya, kemudian oleh abu janda yang mengatakan bahwa teroris itu punya agama dan agamanya adalah Islam, sekarang muncul ceramah Gus Muwafiq yang mengatakan bahwa kecilan Nabi Muhammad itu rembes, tidak terurus. Kutipan ceramah beliau ini bisa kita lihat di laman Tempo.co, tanggal 03 Desember 2019 bahwa Pendakwah Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq mendapat sorotan setelah ceramahnya dianggap menghina Nabi Muhammad. Dalam potongan ceramahnya yang viral, Muwafiq mengisahkan tentang kelahiran Nabi Muhammad dan kehidupannya di masa kecil. Ia menyebut Nabi lahir biasa saja. Sebab jika terlihat bersinar maka ketahuan oleh bala tentara Abrahah. Muwafiq dalam ceramahnya juga menyebut Nabi saat kecil rembes karena ikut kakeknya. Pernyataan ini menuai kritikan karena dianggap menghina Nabi Muhammad.
Mungkin bisa dimaklumi jika seandainya yang menghina Islam itu adalah Non muslim karena barangkali didalam hatinya ada kebencian terhadap agama ini, ada suatu sentimen tersendiri terhadap Islam. Tetapi fakta yang terjadi hari ini justru orang-orang Islam sendiri yang menghina Islam, mem-framing seolah olah Islam bukanlah agama yang membawa kebaikan, yang banyak cacatnya sehingga boleh untuk dihina dan dibuat bahan olokan. Bahkan terhadap junjungan Nabi Muhammad yang membawa risalah Islam ini saja mereka tidak ada rasa hormatnya malah dibuat bahan candaan.
Kenapa penistaan Islam marak? Sebelumnya penistaan terhadap Islam sudah pernah terjadi dan dari beberapa kasus yang dilaporkan proses hukum berjalan lambat bahkan berhenti dan tidak ada kelanjutan hukumnya. Para penista seolah kebal hukum. Para penista merasa di atas angin dan bebas melakukan penistaan dan penistaan lagi yang bisa menyakiti hati umat Islam yang masih memiliki iman dalam dada mereka.
Sementara penistaan Islam dianggap biasa, lain halnya dengan ujaran kebencian, terutama kepada rezim akan diproses cepat dan berujung pada pidana. Beginilah ketidakadilan dan kebobrokan perangkat hukum sekarang ini dimana tidak ada ketegasan hukum bagi para penista agama. Sebaliknya, dalam sistem Islam hampir tidak dijumpai penistaan agama karena mereka akan mendapatkan hukuman yang sangat tegas. Ayat-ayat Al-Qur’an secara tegas telah menerangkan bahwa orang yang menghina, melecehkan agama Islam adalah orang yang kafir, murtad jika sebelumnya ia adalah seorang muslim. Kekafiran orang tersebut adalah kekafiran yang berat, bahkan lebih berat dari kekafiran orang kafir asli seperti Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik.
Alloh berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 193, "Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Alloh belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zhalim".
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan ayat ini dengan menyatakan bahwa Alloh memerintahkan memerangi mereka hingga mereka berhenti melakukan sebab-sebab fitnah yaitu kesyirikan. Alloh juga menjelaskan bahwa tidak ada permusuhan kecuali kepada orang-orang yang zhalim. Orang yang sengaja menghina dan memusuhi agama Islam berarti tidak berhenti dari kekufuran, sehingga memeranginya dan membunuhnya hukumnya wajib. Penghina agama ini seorang yang zhalim sehingga diberlakukan permusuhan
Lantas sebagai seorang muslim apa yang harus kita lakukan? Diamnya seorang muslim beserta tokoh-tokohnya membuat penistaan terhadap agama ini terus berulang. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika agama Islam dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi-jadi. Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. Mereka seperti lupa dengan sindiran Imam asy-Syafii kepada orang yang diam saat agamanya dihina, "Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai" (HR al-Baihaqi). Ulama besar Buya Hamka rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dihina. Beliau menyamakan orang-orang seperti itu seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”
Pada zaman Nabi Muhammad ada seorang pria yang amat marah kepada istrinya karena terus-menerus menghina Nabi Muhammad. Akhirnya, sang suami membunuh istrinya tersebut. Ketika kabar ini sampai kepada Nabi Muhammad dan pria ini mengakui perbuatannya, beliau bersabda, "Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)." (HR Abu Dawud).
Karena itu, wahai kaum Muslim, mari bela agama kita. Belalah Nabi kita yang mulia. Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah SWT yang layak mendapatkan Jannah-Nya kelak.
Agama ini (Islam) sungguh tak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat. Dulu Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi Muhamnad. Saat itu Sultan Abdul Hamid II langsung mengultimatum Kerajaan Inggris yang tetap bersikukuh akan mengizinkan pementasan drama murahan tersebut. Sultan berkata, “Kalau begitu, saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita. Saya akan mengobarkan jihad akbar.” Kerajaan Inggris pun ketakutan. Pementasan itu dibatalkan. Sungguh, saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung itu. Yaitu khilafah. Wallohu a'lam bish-shawab.