Oleh: Nurmin M. Ely
Mahasiswa sastra inggris
(FIB, Unkhair)
Nasib guru 5 tahun kedepan akan semakin suram. Layaknya Indonesia saat ini, kedepannya akan lebih suram dan bernasib sama seperti nasib para guru saat ini. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Karena jika Indonesia terus-menrus menganut paham sekuler maka tidak ada yang namanya kesejahteraan melainkan kesengsaraan yang dirasakan oleh rakyat. baru-baru ini para guru mulai bergerak menuntut haknya, para guru honorer mulai melakukan aksi (demo) yang kian masif berlangsung di berbagai penjuru tanah air. Bahkan mereka berencana mogok mengajar hingga 31 oktober 2018.muslimahNews.
Aksi para guru di depan istana akhir bulan lalu nampak menyisakan kekecewaan yang luar biasa. Bukan hanya itu mereka juga menuntut agar diangkat çatnya. Dalam aksi tersebut ada sekitar 70 ribu guru honorer yang hadir dari 34 provinsi datang berbondong-bondong untuk mendatangi istana dengan tujuan untuk memperjelas status dan nasib mereka, akan tetapi kehadiran mereka justru tidak dianggap sama sekali bahkan diabaikan.
Padahal sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa yang hadir dalam aksi tersebut adalah para guru yang sudah bertahun-tahun mengabdi sebagai pendidik generasi bangsa, namun pengabdian dan pengorbanan mereka selama ini nyaris tak mendapatkan apresiasi yang selayaknya dari negara. Gaji minim dan kerap ditunggak hingga fasilitas sekolah yang seadanya, mirisnya media justru bungkam dan mempertontonkan ketidakdewasaan penguasa. Namun perjuangan para peserta aksi yang rela bermalam dan mengorbankan banyak hal hanya sekedar menyampaikan aspirasi mereka justru tidak dipersoalkan oleh kepala negara. Kepala negara malah memprioritaskan hadir di sebuah acara seremonial, lalu siapa yang akan menyelesaikan persoalan tersebut.Muslimahnews.
Nasib para guru ini memang sudah terjadi sejak lama, namun negara nampak gagal dalam menanggapi persoalan tersebut dan tidak mampu memberikan solusi yang tepat atas persoalan yang minim kesejahteraannya, yang sejatinya memang sudah menjadi hak setiap rakyat sekaligus menjadi tugas negara dalam menyikapi/memenuhinya. Seperti yang kita ketahui bahwa apapun dan bagaimanapun status kepegawaiannya mereka tetaplah sama yang telah berjasa dalam memperkenalkan generasi pada dunia. Bukan hanya itu peran guru juga sangat penting dalam mendidik anak-anak baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang menyangkut dengan mata pelajaran yang diajarkan, semata-mata karena ingin memberikan pengetahuan yang luas terhadap generasi penerus bangsa.
Namun pada tahun 2018, tercatat jumlah guru secara nasional ada sekitar 3,017 juta orang. Jumlah tersebut setengahnya meliputi guru dengan status PNS dan setengahnya lagi dengan status honorer, baik di sekolah negeri maupun swasta(Detik.com). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa status guru PNS jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan para guru yang berstatus honorer, padahal status mereka sama, sama-sama guru. Ini menunjukkan bahwa sistem saat ini tidak mampu memberikan kesejahteraan terhadap rakyat, semua problematika yang terjadi solusinya hanya hebat diatas kertas saja dalam sistem kapitalis-liberal. Dengan sistem kebobrokan maka akan melahirkan generasi kebobrokan pula di bawa naungan kapitalisme.
Dalam hal ini hanya sistem islamlah yang kemudian mampu memberikan kesejahteraan umat dari berbagai penjuru. Mengapa hanya islam yang kemudian mampu menuntaskan problematika umat? Karena dalam sistem islam mengatur mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Mulai dari aspek Ekonomi, Pendidikan, Muamalah dan Politik serta yang lainnya semua itu diatur oleh islam secara kaffah/keseluruhan. “Dan yang paling penting , posisi guru dalam sistem islam semuanya sama sebagai aparatur negara (Muwazif Daulah), tidak ada pembedaan status antara guru negeri dan guru honorer. Semua guru dimuliakan dalam sistem islam karena perannya yang begitu strategis. Maka sudah saatnya para guru menyadari bahwa sistem sekulerlah yang telah menzolimi dan merendahkan martabat guru dari derajatnya yang hakiki”.(ujarnya: Ustazah Yusriana). Tetapi jika dalam sisitem islam tidak ada yang namanya kesengsaraan melainkan kesejahteraan yang hakiki.