Oleh: Hasrianti (Aktivis)
Gedung-gedung tinggi hangus pekat
asap menutupi langit, pepohonan dan rindang taman layu tak berdaya,
terhempaskan hanya sekali dentuman, tercerai damai dengan kenyataan luka.
Tolong kabarkan kepada siapa saja yang masih memiliki nurani untuk berjuang membebaskan
tanah suci ini.
Penggalan puisi di atas
menggambarkan bagaimana kondisi Palestina saat ini, langit menjadi hitam akibat
serangan bom disebut sebagai alaram
menakutkan bagi palestina khususnya
Gaza. Serangan demi serangan terus menggempur Gaza, tak terhitung banyaknya.
Sungguh, zionis Israel dan sekutunya tak akan pernah diam melihat kaum muslimin terlepas dari penderitaan.
Dilansir oleh www.bbc.com - Kekerasan lintas perbatasan antara Israel
dan para militan Palestina di Jalur Gaza terus berlanjut, sehari setelah
serangan udara Israel menewaskan komandan Jihad Islam Palestina. Kekerasan
lintas-perbatasan antara Israel dan para militan Palestina di Jalur Gaza terus
berlanjut, sehari setelah serangan udara Israel menewaskan komandan Jihad Islam
Palestina.
Rabu malam, kelompok
militan Palestinian Islamic Jihad (PIJ) menawarkan sejumlah syarat
untuk gencatan senjata, yang mencakup diakhirinya penargetan pembunuhan militan
dan pengunjuk rasa perbatasan Gaza oleh Israel serta langkah-langkah untuk meringankan
blokade ke daerah kantung Palestina (13/9/2019).
Terkait penyerangan tersebut
Indonesia mengecam serangan Israel di Jalur Gaza yang menewaskan
sedikitnya 34 warga sipil dan pimpinan Jihad Islam. Kecaman tersebut
disampaikan Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku
Faizasyah (www.suara.com 17/11/2019).
Puluhan warga sipil di Gaza
kembali terbunuh dan ratusan lainnya terluka parah. Di antara mereka adalah
anak-anak dan para wanita. Serangan
tersebut berawal dari zionis Israel yang melakukan penyerangan di wilayah
distrik Shujaiya jalur Gaza. Insiden yang menewaskan pemimpin kelompok militan
Jihad Islam yakni Baha Abu Al-Ata dan keluarganya.
Akibatnya, serangan dua hari
beruntun menjadi pemicu semakin panasnya konflik Israel dan kelompok militan
Palestina. Namun, serangan itu juga terjadi di tengah kondisi politik Israel
yang sedang sensitif tidak ada pemerintahan baru, akibat kebuntuan pada saat
pembentukannya, pasca pemilihan beberapa bulan sebelumnya.
Dunia Hanya Membisu
Menyaksikan pembantaian umat
Islam terus terulang untuk ke sekian kalinya, dunia kembali bungkam seolah
menganaktirikan Gaza. PBB dan lembaga-lembaga HAM dunia juga tidak memberikan
kebijakan yang tegas. Padahal jelas, di
mata Allah s.w.t terbunuhnya nyawa satu orang saja tanpa haq, sama dengan
membunuh seluruh manusia.
Bukan hanya fokus pada pembahasan
problem Gaza, hingga kini masih berlangsung pembantaian umat Islam di Suriah,
Myanmar (Burma), Xinjiang (Cina), Kashmir (India), Afrika, Irak, dan lain-lain.
Sederet penderitaan umat muslim
di berbagai belahan dunia saat ini, kita patut bertanya siapa yang membela?
Tidak ada.
Kaum muslimin pun saat ini
utamanya pemimpin islam berbagai Negara kebanyakan hanya berpangku tangan. Ada
juga yang hanya sekedar mengutuk namun pada hakikatnya berkedok untuk menutupi
sikap pengecut mereka. Lebih dari itu tidak ada mereka lakukan, seperti
mengerahkan pasukan militer untuk menghentikan serangan Zionis Israel.
Derita Palestina merupakan
tragedi serangan berulang sejak Israel resmi menduduki wilayah Palestina pada
tahun 1948. Saat ini tulah penderitaan kaum muslimin silih berganti. Palestina
tengah berjuang mendapat pengakuan internasional, Israel justru memperluas
wilayah kekuasaan dengan membangun permukiman baru di tanah Palestina.
Disisi lain HAM terus
digaungkan namun tetap saja hal ini tak berlaku bagi Gaza, Palestina.
Keberdaaan PBB terbukti tidak mampu mengatasi konflik Israel-Palestina,
harusnya PBB sebagai wadah perdamaian dunia mampu mengatasi hal tersebut.
Justru negara adikuasa penggerak
PBB yakni Amerika condong kepada Israel memberikan dukungan untuk melancarkan
serangan. Lantas apa yang bisa kita harapkan dari PBB untuk menolong rakyat
Palestina.
Sistem kapitalisme yang menjadi
ideologi Barat bahkan mendominasi dunia pada dasarnya selalu membawa malapetaka
bagi umat. Kapitalisme melahirkan nation state yang melahirkan
ketimpangan serta menyebabkan sekat-sekat diantara negara. Tujuan
dari nationstate tidak lain untuk memecah belah persatuan kaum
muslim.
Kebanyakan para penguasa Muslim
dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS dan Rusia. Wajar jika mereka
cenderung membiarkan bahkan mendukung kebijakan tuan-tuan mereka meski jelas
dalam rangka meredam kaum Muslim di berbagai negeri Islam, khususnya di
Palestina.
Indonesia sebagai negara muslim
terbesar di dunia sudah semestinya menjadi pionir untuk misi pembebasan
Palestina. Namun, pada kenyataannya tidak mengalami kemajuan selain kecaman dan
aksi kutukan belaka.
Derita yang dirasakan rakyat
Gaza, Palestina terasa lebih berat dibanding masa sebelumnya. Saat ini kita
bisa melihat dengan jelas bagaimana kaum muslimin mayoritas di dunia
hanya diam tanpa melakukan perlawanan fisik terhadap Israel.
Penderitaan ini tidak cukup hanya
dengan mengutuk, mengirimkan doa dan bantuan. Butuh solusi fundamental untuk
mengahiri derita kamu muslimin Gaza, Palestina.
Kaum Muslimin Butuh Pelindung
Tragedi Gaza hanyalah pengulangan
belaka dari ratusan bahkan ribuan penyiksaan yang menimpa umat islam diseluruh
dunia. Nyawa kaum muslimin begitu mudahya di hilangkan, padahal jelas Allah
s.w.t sudah menegaskan bahwasanya kaum muslimin itu harus saling melindungi.
Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ,
“Perumpamaan
kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama
tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah
tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim].
Melihat kembali sejarah Palestina
dikuasai oleh umat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Al-khaththab
pada tahun 637 M. Dengan kekuatan Iman, militer dan strategi perang berhasil
menghantarkan kaum muslimin mencapai kemenagan di perang Yarmuk melawan ratusan
ribu kaum romawi. Inilah awal kemenangan Al-Quds, setelah dikepung selama 6
bulan oleh Abu Ubaidah, akhirnya kunci kota Al Quds diserahkan kepada Khalifah
Umar oleh pemimpin gereja kristen Patriach Sophoronius dengan jaminan
perlindungan.
Disisi lain ada pula khalifah
Abdul Hamid II hingga ahir masa kekhalifahannya ia tegas mempertahankan tanah
Palestina.
Satu-satunya solusi tuntas bagi
Konflik Israel-Palestina dan seluruh muslim dunia ialah terbentuknya sistem Islam. Sebagaimana sistem
ini telah terbukti pernah berhasil melumpuhkan rencana kafir untuk menduduki
Palestina. Dalam kondisi carut marut kaum muslimin butuh konstitusi untuk
menggerakan umat. Terutama dari segi kekuatan militer.
Selama kaum muslimin bersatu maka
musuh-musuh Islam akan meredup tak punya nyali untuk melawan ataupun
menghinakan kaum muslimin.
Penerapan Islam secara kaffah
telah dijanjikan langsung oleh Allah Swt akan diraih melalui jalan dakwah yang
ditempuh Rasulullah saw serta para sahabat terdahulu. Maka sudah seharusnya
seluruh kaum muslimin memperjuangkannya dalam aktivitas dakwah islam.
Wallahualam bishowab.