Duka Uyghur, Duka Indonesia, Duka Kita Semua



(Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis)

Kabar mengenai kondisi kaum muslim di Uyghur telah membuat banyak negara di dunia berduka. Bagi kaum muslimin, tentu lukanya sangat dalam dan menganga. Maka tidak heran, beberapa minggu kemarin banyak daerah di Indonesia yang menggelar aksi turun ke jalan dalam rangka menyampaikan aspirasinya dan rasa simpatiknya kepada muslim Uyghur. 

Seperti diketahui Bersama beberapa waktu lalu Surat kabar New York Times menuliskan laporan mengenai tindakan persekusi terhadap etnis minoritas Uyghur yang tinggal di Provinsi otonomis Xinjiang China. Dokumen rahasia itu memaparkan bahwa terjadi persekusi terhadap etnis Uyghur.


PBB bereaksi, 23 Negara PBB bereaksi seperti Inggris, Australia, Kanada mengututuk tindakan Pemerintah China yang menciptakan camp penahanan bagi muslim Uyghur. 23 Negara juga mendesak Beijing untuk melakukan rekomendasi PBB di Xinjiang. Tindakan yang dilakukan Pemerintah China merupakan pelanggaran HAM.

Namun, ada keanehan cukup besar yang kita bisa temukan melalui media sosial, maupun media online lainnya,  ketika banyak negara bahkan PBB menanggapi serius kasus muslim Uyghur, di sisi lain ada sebagian negeri muslim yang diam seribu bahsa? Mereka bahkan menyangkal, bahwa telah terjadi tindakan tidak manusiawi di Xinjiang.  Seolah ada kekuatan maha dahsyat yang membuat lidah mereka kelu meski sekedar mengecam. Ada ketakutan yang mereka sembunyikan seolah menganggap muslim Uighur tidak mengalami apa-apa. Bahkan banyak negara justru mendukung kekejaman China tersebut.

Seperti dilansir Republika.co.id , Jenewa 16/07/2019. Arab Saudi, Rusia, dan 35 negara lain telah secara resmi menuliskan surat kepada PBB terkait kebijakan Cina di wilayah barat Xianjiang. Menurut salinan surat yang dipantau Reuters, surat tersebut mendukung kebijakan Cina yang sama sekali bertolak belakang dengan kritik Barat yang kuat terhadap Cina soal Xianjiang.

Hegemoni China atas negeri-negeri Islam disinyalir menjadikan pemimpin dunia tak berkutik. Perjanjian bilateral yang membatasi ruang gerak mereka dalam mengecam tindakan rezim China atas muslim Uighur. Bantuan dalam bentuk hutang yang digelontorkan pada sejumlah negara berkembang membuat China diatas angin.

China memang sedang memperbesar pengaruhnya di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang  tak terkecuali Indonesia. Dengan memberikan bantuan berupa hutang  dalam  jumlah besar. Salah satu bentuk kolonialisme yang menjebak negara penghutang , dan akan menuntut konsesi jika tidak mampu melunasi.

Hal ini lah yang membuat banyak negara tak mampu bersuara mengecam kebiadaban pemerintah China atas muslim Uighur. Dan yang paling menyedihkan, China disinyalir merayu ormas Islam agar turut bungkam. Dengan memberikan bantuan uang dalam jumlah besar, China berusaha menyumpal mulut para petinggi ormas Islam.

Beginilah nasib umat Islam tanpa satu kepemimpinan. Penindasan oleh kafir penjajah atas muslim minoritas selalu terjadi di hampir setiap negara. Bercerai berai disekat negara bangsa. Bersatu pun sulit karena terhalang kebijakan setiap negara. Umat hanya mampu mengecam dalam diam. Tidak bisa bertindak karena terhalang konstitusi.

Dalam Islam nyawa seorang muslim sangat berharga. Bahkan menyakitinya pun mendapat balasan yang setimpal dalam hukum Islam. Menghilangkan nyawa tanpa hak merupakan kejahatan besar.

Allah berfirman:
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32)

Maka, disinilah sebenarnya pentingnya junnah atas kaum muslimin. Dan sebagaimana yang diajarkan Rosulullah juga para sahabat sepeninggal beliau, bahwa junnah atau perisai atau pelindung bagi kaum muslimin itu tidak lain adalah sebuah institusi negara yang mengemban mabda’ islam. Lalu, masihkah kita akan terus berselisih, sementara fakta sudah terlalu banyak di depan mata.
Wallhu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak