Dua Mata Air Abadi Terancam Penambangan di Gunung Sirnalanggeng Karawang



Oleh. Reni Tresnawati 


Beberapa waktu lalu, Gunung Sirnalanggeng terbakar. Salah satu gunung yang ada di Karawang Selatan. Tepatnya, senin 21 Oktober 2019. Meski kebakaran di gunung itu sudah padam, namun daerah itu tetap dalam pemantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang. Separuh Sirnalanggeng sudah habis di tambang PT. Altasindo Utama. 

Bahkan, meski izin lingkungannya sempat dibekukan pemerintah pada 22/10/2018, perusahaan itu berencana menambang kembali separuh Gunung Sirnalanggeng yang masih tersisa. 
Siswa peduli lingkungan dari SMKN1 Rengasdengklok, yang tergabung dalam Bara Rimba, menemukan mata air di dekat wilayah pertambangan PT Altasindo Utama. 

" Kami menemukan dua titik mata air yang digunakan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih", kata Nuraidah, kepala Kesatuan Bara Rimba melalui pesan singkat, Kamis (24/10/2019) (Kompas. Com) 


Nuraidah menyebut dua titik mata air tersebut, diketahui termasuk mata air permanen, yang artinya sepanjang tahun tetap mengalir meski masuk musim kemarau seperti sekarang ini. Atau bisa disebut pula mata air abadi. 
Penemuan mata air abadi oleh tim Bara Rimba, akan terancam kena cemaran limbah dari pabrik itu, karena PT Altasindo Utama berencana melanjutkan penambangan Gunung Sirnalanggeng sampai tak tersisa. 

Padahal, mata air itu satu-satunya harapan warga setempat yang masih bersih, dan digunakan untuk kebutuhan warga. Eksploitasi alam sungguh merusak lingkungan sekitar, jika sisa gunung itu ditambang sampai habis, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kebakaran lagi, jika musim hujan tiba akan mengalami kebanjiran, penurunan kualitas air, sehingga warga kesulitan mendapatkan air bersih. 

Sebab, kondisi gunung sudah gundul dan tidak bisa menyerap air lagi. Dan ini pun berimbas pada manusia, karena udara sudah tercemari, yang akan mengakibatkan masyarakat  terkena penyakit pernapasan, terutama anak-anak akan mudah terkena flek (TBC). 
Sementara pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa, padahal mereka mengetahui, dampaknya akan merugikan rakyatnya.

Tindakan pemerintah, hanya bersifat sementara, seperti halnya PT. Altasindo Utama, yang sempat dibekukan, tapi kini beroperasi lagi. Padahal, sudah jelas merugikan alam dan masyarakat yang dekat tempat itu. Kenapa tidak ada tindakan tegas dari pemerintah?


Penguasa dan pengusaha setali tiga uang. Mereka hanya mengejar pertumbuhan ekonomi saja. Hanya fokus pada investasi. Sedangkan, kehidupan rakyatnya tidak mereka pikirkan. Mereka tak perduli warga di sekeliling pabrik terkena dampak dari polusi udara yang mencemari lingkungan dan rumah-rumah warga, akibat dari timbunan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).


Sistem kapitalisme hanya mencari keuntungan semata dalam setiap bidang. Misal, mendirikan bangunan atau infrastruktur. Mereka hanya melihat keuntungan yang didapat. Mereka tidak menghiraukan orang sekitar. Apakah manusia di sekitar dirugikan apa tidak? Yang penting mereka bisa meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.
 

Beda hal dengan sistem Islam. Sebelum ingin mendirikan infrastruktur, seorang khalifah atau kepala negara, memikirkan tentang kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga pembuatan infrastruktur, pabrik dll, tidak merugikan rakyatnya. Khalifah memikirkan sedemikian rupa, bagaimana caranya, agar pembangunan tidak berimbas kepada penderitaan masyarakat sekitar. Wallahu'alam. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak