Oleh : Iffah Hanifah ( Pemerhati Remaja Milenial)
Lagi-lagi media sosial dibuatnya ricuh. Lantaran keberadaan isu radikalis dan isu teroris, yang kian hari kian mencuat. Meski isu ini sudah tersiar lama. Namun, auranya tetap menyatu dalam ruang publik opini umum. Baik nasional maupun internasional.
Kedua isu ini, menjadi sorotan para penguasa di rana publik. Dengan bermulanya seorang ASN (Aparatur sipil negara) yang memakai cadar. Kemudian seorang yang menyebarkan opini syariah dan khilafah. Pun seorang anak kecil yang tidak mau berjalan bersama lawan jenisnya.q
Anehnya, penjurusan julukan ini selalu diarahkan kepada kaum muslimin. Hingga julukan ini menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa mereka tidak menyudutkan seseorang yang bukan non muslim dengan radikal dan teroris?. Mengapa mereka tidak menjuluki seorang wanita yang memakai rok mini dan berpakaian pendek sebagai radikal? Mengapa harus umat islam yang disudutkan ?.
Padahal, mayoritas masyarakat Indonesia beragama islam. Artinya, sudah sepantasnya untuk menjaga nama baik agama islam. Bukan malah menyudutkan dengan isu yang masih kondisional dan fleksibel.
*Ada Udang Dibalik Batu*
Ternyata, jika kita teliti lebih dalam. Mengapa isu ini kerap di justifikasi kepada umat islam?. Dan mengapa yang menjustifikasikan notabene umat islam itu sendiri? teroris, radikal. Yang pasti, penjustifikasian isu ini kepada islam, tidak serta merta ada. Meski pun yang mengecap, umat yang beragama islam.
Dimulai dari KBBI offline. Tercantum bahwa teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik. Sementara radikal adalah secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip); Amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); maju dalam berpikir atau bertindak.
Adapun secara garis besar, dapat dijabarkan dari pengertian KBBI tersebut. Pertama, yang seharusnya penjuluk dan yang dijuluki teroris, adalah bukan orang islam. Mengapa?. Karena orang islam tidak kenal yang namanya kekerasan. Baik dalam berpolitik maupun yang lain.
Hal ini telah terbukti, berabad-abad yang lalu. Saat rasul Muhammad SAW dan para sahabat, melakukan penyebaran islam. Saat Rasulullah SAW menggunakan politik islamnya. Mereka tidak memakai kekerasan. Begitu juga untuk mendirikan negara islam pertama di kota Madinah. Justru, masyarakat Madinah, yang suka rela menyerahkan semuanya kepada rasul dan para sahabatnya.
Kedua, sebuah perubahan, adalah sesuatu yang diharapkan oleh semua pihak. Dan perubahan mendasar atau yang radikal pun pasti menjadi acuhannya. Baik itu di kalangan para penguasa ataupun rakyat biasa. Alhasil, radikal bisa diarahkan pada perubahan yang negatif atau positif. Bisa digunakan seorang individu maupun sebuah kelompok. Jadi, bukan hanya islam saja yang dapat dijustifikasikan sebagai radikal. Orang non muslim pun bisa.
Dari penjabaran garis besar dalam dua pengertian makna teroris dan radikal. Kita dapati satu kesimpulan yang sangat rasional dan logis. Bahwa yang menginginkan keberadaan isu ini bukanlah ummat islam. Bukan mereka yang menginginkan perubahan pada islam secara keseluruhan. Melainkan orang yang tidak setuju. Atau bahkan menolak kebangkitan islam yang kedua kalinya.
Sudah dapat tereka, selama ini biang kegaduan akan isu-isu negatif ini adalah orang barat yang tidak mengharapkan akan kebangkitan islam yang kedua kalinya.
Seperti halnya dalam kalam Allah SWT :
" Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.." (Al-Baqarah ayat 120)
Nah, dari sinilah nampak terangnya. Kalau keberadaan isu teroris. Isu radikalis. Dan isu-isu busuk yang lain adalah murni ciptaan mereka.
Mereka tak lagi memainkan pistolnya. Tak lagi melempar rudal ke negara tetangganya. Dan tak lagi menggunakan senjata-senjata mereka yang lain. Karena kata mereka, melakukan hal itu sudah biasa.
Walhasil mereka mengganti strategi yang lama dengan yang praktis. Mengemasi senjata mereka. Bukan lagi menyerang fisiknya. Tapi, kini menyerang pemikiran umat islam. Yang dulu sangat memegang teguh aqidah islam. Kini mulai memegang teguh aqidah barat. Yang dulunya sering belajar islam. Kini terbuai oleh food, fun dan fashionnya barat.
Strategi ini, berhasil berjalan mulus. Lebih tragisnya, barat tidak bertindak secara langsung. Melainkan, memakai kaki tangannya. Yakni umat islam sendiri. Umat islam yang tidak senang sebuah perubahan mendasar yang memakai aturan Allah. Umat islam yang dibuat oleh Barat benci, dengan saudaranya sendiri.
Ya. Tiada jalan lain selain kita sebagai umat yang peduli akan islam. Yakni dengan cara menyebarkan banyak opini. Dengan mengatakan bahwa isu teroris dan isu radikalis adalah masterpiece ala barat. Permainan barat, yang ingin menjauhkan umat islam dari agamanya. Dan semoga ummat islam yang ikut membela mati-matian isu ini, mendapatkan hidayah dari Allah dan dapat berbalik untuk membantu kita membongkar hakikat siapa dibalik isu ini.
Wallahu a'lam bi Asshowab..