Oleh : Ummu Nadiatul haq
(Akademi Menulis Kreatif 4)
Jalur Gaza adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah, bagian dari wilayah Negara Palestina, berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya, dan Israel di sebelah timur dan utara (Wikipedia).
Gaza jatuh ke tangan pasukan Inggris pada Perang Dunia I, menjadikannya sebuah bagian dari Mandat Palestina. Akibat Perang Arab–Israel 1948, Mesir memerintah teritorial Jalur Gaza yang baru dibentuk dan beberapa penanganan dilakukan di kota tersebut. Gaza ditaklukan oleh Israel saat Perang Enam Hari pada 1967, tetapi pada 1993, kota tersebut diserahkan kepada Otoritas Nasional Palestina. Pada bulan-bulan setelah pemilihan 2006, sebuah konflik bersenjata pecah antara faksi politik Palestina Fatah dan Hamas, yang mengakibatkan Hamas mengambil kekuasaan atas Gaza. Mesir dan Israel kemudian melakukan blokade di Jalur Gaza.
Belakangan ini, Gaza kembali bergolak. Gempuran udara Israel ke wilayah Gaza terus berlanjut dan memicu banyak korban jiwa. Sedikitnya 32 warga Palestina, termasuk seorang bocah berusia 7 tahun, tewas akibat serangan udara Israel yang ditargetkan terhadap posisi militan Jihad Islam di wilayah Gaza sejak Selasa (12/11) waktu setempat. Seperti dilansir Associated Press, Kamis (14/11/2019), jumlah korban tewas akibat gempuran udara Israel ke Gaza hingga kini mencapai 32 orang. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 16 korban tewas di antaranya merupakan anggota kelompok militan setempat. (Detiknews, 14 November 2019).
Kondisi Gaza berdarah-darah terus berlanjut dan pasti sulit dihentikan dengan perdamaian apapun. Dalam diri warga Palestina mengalir darah seorang muslim. Masih ada keimanan dalam diri mereka. Karenanya, mereka akan berusaha mempertahankan wilayahnya sampai titik darah penghabisan.
Setiap manusia pasti menginginkan perdamaian, ketenangan dan ketentraman dalam menjalani kehidupan. Namun malang bagi warga Gaza. Mereka terus dihantui dengan suasana mencekam dan ketidakpastian hidup.
Kondisi Gaza yang seperti ini seharusnya memunculkan kesadaran umum di tengah-tengah kita tentang apa yang menjadi pangkal persoalan dan solusinya. Pangkal persoalannya saat ini adalah karena umat Islam tidak memiliki pemimpin yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan mereka secara tegas.
Kondisi saat ini seperti anak- anak kehilangan ibu nya. Mereka menangis merindukan ibu yang mampu menyatukan, merawat, mengurusi semua urusan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan. Hanya saja anak-anaknya banyak yang belum menyadari siapa yang sudah membunuh ibu nya. Mereka masih bersahabat dengan pembunuh itu.
Ikatan ukhuwah islamiyah diantara mereka sudah hilang tersekat dengan ide nasionalisme yang merupakan senjata barat ketika menghancurkan Islam dari dalam. Kondisi yang tak kunjung selesai harus menjadi peringatan kepada kita umat Islam sedunia bahwa persoalan ini tidak akan selesai tanpa adanya Khilafah Islamiyah yang mampu menyatukan kaum muslimin sedunia. Bukan hanya permasalahan antar dua negara.
Air mata dan darah di Palestina akan berhenti hanya dengan satu kepemimpinan Islam yang menjadi perisai umat dan membawa peradaban dunia menuju titik terang.
Tags
Opini