Teror Mapolrestabes Medan, Jangan Sangkutpautkan dengan Islam



Oleh : Tri Silvia 



Rabu (13/11), tepat pukul 08.45 telah terjadi sebuah ledakan di halaman Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolrestabes) kota Medan. Saat kejadian, ada banyak masyarakat yang berada di sana untuk keperluan mengurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), mengingat telah dekatnya jadwal rekrutmen calon pegawai negeri sipil di sejumlah kementerian dan lembaga, juga pemerintahan daerah.


Hal tersebut pulalah yang menjadi alasan tersangka bisa lolos masuk ke dalam Mapolrestabes. Akibat ledakan yang terjadi, sejumlah orang turut menjadi korban yakni 4 orang polisi, satu pekerja harian lepas, dan satu orang masyarakat umum. Selain itu, empat buah mobil yang sedang terparkir pun turut hancur pada saat kejadian, tiga di antaranya kendaraan dinas. (m.detik.com, 13/11)


Walau belum ada keterangan apapun terkait dengan kejadian kemarin, namun telah banyak asumsi yang berkembang di tengah masyarakat. Termasuk yang disampaikan oleh Bapak Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), bahwa apa yang terjadi adalah bentuk ancaman dari radikalisme. 


Secara pribadi beliau menolak anggapan kecolongan yang dituduhkan padanya, sebab beliau berujar bahwa mengungkap jaringan teroris bukanlah hal yang sulit bagi pihak kepolisian. Bahkan yang lebih menggemaskan beliau menyampaikan agar masyarakat tak usah nyinyir pada pemerintah sebab kinerja yang terlalu agresif atau lambat dalam menghadapi aksi teror tersebut. (Kompas.com, 13/11)


Di balik berbagai pemberitaan dan asumsi yang beredar, apa yang terjadi di halaman Mapolrestabes Kota Medan kemarin adalah aksi tak terpuji yang tidak dapat dibenarkan oleh siapapun, agama manapun dan dari sisi manapun, termasuk Islam. Islam adalah agama yang sangat menghargai jiwa manusia, baik muslim ataupun non muslim. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran yang artinya :


"... janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar... " (QS. Al-An'am : 151)


"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. An-Nisa : 93)


Begitu berharganya sebuah nyawa dalam Islam, sehingga Allah pun memberikan harga yang sangat mahal baginya. Sebagaimana hadis di bawah ini, “Sesungguhnya hancurnya dunia itu lebih ringan di sisi Allah, daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Nasa’i 3987)


Selain dalil berharganya nyawa manusia, Islam pun menyediakan aturan terkait hilangnya sebuah nyawa. Yakni hukum qishosh dan diyat. Hukum qishosh yang mengharuskan nyawa dibalas dengan nyawa menjadikan manusia lebih berhati-hati dalam bertindak yang merugikan apalagi hingga menghilangkan nyawa orang lain.


Adapun jika keluarga korban memberikan pengampunan kepada tersangka, maka tersangka wajib memberikan diyat berupa sejumlah uang kepada pihak keluarga korban dengan jumlah yang tak main-main, yakni setara dengan 100 ekor unta. Jika harga unta saat ini 32 juta rupiah, maka 3,2 miliyar rupiahlah besaran uang yang harus dikeluarkan untuk pihak keluarga korban.


Melihat aturan yang seperti itu, seharusnya umat sadar bahwa aturan Islam sangat menghargai nyawa manusia. Satu nyawa orang yang tidak berdosa saja dihargai dengan hancurnya dunia dan seluruh isinya, bagaimana jika dua, tiga atau ratusan orang? Menjadi sangat salah jika masih ada orang yang menuduh Islam ada di balik berbagai aksi teror yang terjadi.


Islam tidak pernah ajarkan keburukan, kejahatan apalagi pembunuhan. Islam mengajarkan sopan santun dan kasih sayang, bukan hujatan apalagi caci maki. Islam agama yang damai, sehingga keberadaannya tak akan mungkin mengusik orang-orang atau apapun yang ada di sekitarnya.


Sungguh, slogan Islam rahmatan lil alamin adalah hal yang benar adanya. Istilah baldatun thoyyibatun warobbun ghofur pun merupakan hal yang sangat pasti terjadi. Tentunya kita semua ingin merasakannya, namun sayangnya kedua hal tersebut tidak akan mewujud sebelum aturan Islam yang kaffah kembali diterapkan di muka bumi. 


Wallahu A'lam bis Shawab 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak