Oleh : Heni Andriani
Saat ini hampir seluruh media dikuasai oleh rezim, tak terkecuali lembaga survei. Sungguh tak heran apabila apa yang disampaikan oleh rezim diamini oleh seluruh media. Kita bisa melihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan oleh media mainstream hasilnya sungguh mencengangkan. Berikut salah satu hasil survei yang dilansir di media online yaitu :
Lembaga Survei Indonesia ( LSI) melakukan survei tentang tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo, nasionalisme, dan kebebasan sipil pada era pemerintahan Jokowi.
Survei itu dilakukan LSI mulai dari 8 sampai 17 September 2019. Survei melibatkan 1.550 responden yang dipilih secara acak, dengan margin of error 2,5 persen.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, merilis hasil survei lembaganya, Minggu (3/11/2019).
Dikatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat menguat pada 2019
Bahkan, dibanding tiga tahun sebelumnya, saat ini tingkat kepercayaan terhadap Jokowi adalah yang paling tinggi.
"Kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo cukup tinggi, 71,8 persen," kata Djayadi di kawasan Jakarta Pusat, Minggu.
Berdasarkan hasil survei, 10,6 persen masyarakat merasa sangat puas dengan hasil kerja Jokowi. Kemudian, sebanyak 61,2 persen merasa cukup puas.
Hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya. Justru masyarakat kian menurun tingkat kepercayaan, bahkan publik mengalami ketakutan di masa rezim ini berkuasa. Berbagai kasus yang menimpa masyarakat, pembungkaman suara mahasiswa, kriminalisasi ulama, hilangnya nyawa yang dialami KPPS hingga saat ini beritanya hilang begitu saja.
Di sistem demokrasi kapitalis mencari keuntungan menjadi poin utama, tidak peduli dengan menghalalkan segala cara seperti dengan memanipulasi survei demi menguntungkan tuannya. Apalagi penguasa tidak memiliki prestasi dimata publik maka lembaga survei memoles sedemikian rupa agar menghasilkan opini yang baik dimata publik. Bahkan para mafia kekuasaan ikut berperan karena banyak lahan empuk yang dijadikan bisnis dalam pengarusutamaan opini. Opini dibuat untuk menguntungkan penguasa, salah pun bisa menjadi benar ataupun sebaliknya. Semuanya dilakukan demi mengikuti hawa nafsu dunia.
Amerika Serikat sebagai kampung demokrasi diliputi dengan berbagai kebohongan dan berita palsu seperti saat Pillpres 2016. Kebohongan dibalut dengan berbagai kata-kata yang indah namun sesungguhnya racun mematikan. Jika negara ini hidup dengan kebohongan maka akan melahirkan para pemangku kekuasaan yang suka berbohong. Semua dilakukan demi keuntungan pribadi dan Barat.
Survei Alvara merupakan lembaga survei yang meneliti berkenan dengan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi - JK. Dimana diujung masa jabatannya salah satu poin tentang pembangunan infrastruktur sekitar ( 84,7%). Infrastruktur menjadi trade mark dimasa pemerintahan Jokowi - JK. Berbagai proyek pembangunan seperti jalan tol, LRT Jabodebek yang investasinya membengkak hingga 31 triliun. Masyarakat dibuat nyaman dan merasakan kepastian tanpa mengetahui harus membayar mahal dikemudian hari.
Semua ini terjadi karena penerapan sistem demokrasi kapitalis mempertontonkan kecurangan, kebohongan hingga membuat kesengsaraan rakyat. Rakyat hanya menelan pil pahit disetiap opini yang digencarkan. Semuanya penuh kebohongan.
Berbanding terbalik dengan Islam semuanya dilandasi akidah yang kokoh dan rasa takut kepada Allah Swt. Patut dicatat bahwa Islam senantiasa mengharamkan tentang perilaku curang sebagaimana Rasulullah Saw bersabda :
"Tidaklah seorang pemimpin yang mengatasi persoalan kaum muslim, kemudian ia mati sementara ia menipu rakyatnya kecuali Allah mengharamkan masuk surga (HR Bukhari dan Muslim). "
Seorang muslim tentu takut terhadap azab Allah Swt di akhirat kelak. Dan kecelakaan bagi mereka yang terus berbuat curang didunia hidupnya tidak akan tenang, di akhirat azab ditimpakan. Naudzubillah.
Dengan demikian mengharapkan pemerintahan yang bersih dari manipulasi tentu hanya akan didapatkan di sistem Islam bukan sistem demokrasi kapitalis.
Wallahu a’lam bisshowaab.
Tags
Opini