Oleh: Arimbi
Tak henti-hentinya penguasa membuat rakyatnya semakin menderita. Tak cukup dengan menaikkan tagihan pokok seperti biaya listrik, menaikkan iuran BPJS yang jika tidak dibayar akan diancam macam-macam, dan banyak lagi yang lain. Kali ini penguasa menyerahkan rakyatnya untuk dihisap kekayaan negerinya dengan kedok kerja sama multilateral ASEAN.
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu negara Iriana bertolak menuju Bangkok, Thailand untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-35, Sabtu (2/11/2019). Konferensi yang digelar pada 2-4 November 2019 ini bertema Memperluas Kerja sama untuk Kesinambungan (Advancing Partnership for Sustainability). Konferensi ini akan difokuskan membahas kepastian kemitraan negara anggota ASEAN dan negara lainnya bagi keberlanjutan kemajuan di Kawasan. Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia akan mengajak seluruh anggota ASEAN untuk bersama membangun infrastruktur yang berkaitan dengan konsep Indo-Pasifik. Sehingga, jelasnya, kerja sama ini memberikan dampak ekonomi yang baik kepada negara anggota ASEAN. (SuaraTani.com)
Kerja sama–kerja sama seperti ini terus dilakukan oleh penguasa negeri, tak peduli berganti-ganti pemimpinnya. Kerja sama yang terjadi seolah membawa harapan baru, memberikan secercah cahaya bagi masa depan masyarakat, bangsa dan negara yang nampak suram. Tak tanggung-tanggung, iming-iming kesejahteraan dan ekonomi meningkat, selalu disodorkan, layaknya madu yang akan memikat serangga. Tapi faktanya, kerja sama-kerja sama itu tak ubahnya topeng belaka, yang tampilannya mukanya tersenyum manis dan menyembunyikan sosok asli penjajah di baliknya.
Masyarakat mana yang merasakan manfaat dari kerja sama-kerja sama yang terjalin selama ini? Masyarakat kalangan bawah yang miskin papa dan membutuhkan kesejahteraan? Minimal yg berada di garis kemiskinan sajalah. Bukan, bukan mereka yang merasakan manfaat peningkatan ekonomi, tapi para pemodal besarlah, yang merasakan, jika merekalah yang dimaksud dengan masyarakat.
Sungguh tak bisa di nalar, setelah sekian lama melakukan kerja sama-kerja sama yang selama ini hanya kedok untuk menjajah, menghisap kekayaan negeri dan hanya menguntungkan segelintir orang. Masih saja cara-cara dan sistem seperti ini dipertahankan dan dilanjutkan. Sebagai rakyat biasa, sudah jengah rasanya melihat penguasa bermanis muka padahal sedang mempersilahkan penjajah menghisap darah rakyatnya. Berhentilah beralibi kerja sama, padahal manfaatnya untuk rakyat yang sebenar-benar rakyat sangatlah minim. Mengapa tak beralih ke cara dan sistem lain yang terbukti memberikan kesejahteraan bagi rakyat? Mengapa tak memberi sistem Islam kesempatan? Sistem yang bersumber dari pencipta alam semesta, yang tahu apa yang terbaik bagi makhlukNya.
Dalam Islam, kerjasama atau hubungan-hubungan dengan negara lain hanya berlandaskan satu hal, yaitu bertujuan menyebarkan Islam. Baik kerja sama berbentuk perjanjian-perjanjian dengan negara dan bangsa lain atau bentuk kerja sama yang lain. Cara bisa berbeda-beda antara pemimpin satu dengan pemimpin lainnya, namun landasannya tidak berubah sejak Rasulullah menjadi kepala negara di Madinah sampai pada kepemimpinan di kekhilafahan terakhir. Jadi kerja sama atau hubungan yang terjalin bukan bertujuan untuk menjajah, mengeksploitasi atau menghisap kekayaan alam negeri yang lain.
Jika Islam sudah menyebar dan sistem peraturan kehidupannya dilaksanakan oleh suatu negara, maka kehidupan masyarakat tak terkecuali ekonominya bisa meningkat. Sejarah sudah membuktikan.