Oleh: Chezo
(Aktivis BMI Community Cirebon)
Minggu ini, dunia kampus dibuat geger dengan penemuan kamera GoPro dan ponsel tersembunyi di toilet wanita kampus Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar dimana pelaku pemasangan kamera tercatat sebagai mahasiswa kampus tersebut. Sayangnya banyak orang yang tidak menyangka jika ia yang menjadi pelaku pemasangan kamera tersebut karena ia dikenal sebagai anak yang rajin mengaji.
"Selama ini anak itu sangat religius. Jika ada kegiatan kampus, dia yang mengaji. Tapi memang kalau kita berkumpul-kumpul, pembicaraan seolah dia tidak cocok. Kalau kita bicara soal cewek, dia hanya senyum malu-malu. Kalau seperti kami memang kadang bicarakan cewek kalau ngumpul sesama laki-laki tapi kalau mau bertindak seperti pelaku itu, kami masih berpikir. Kepada kami, pelaku mengakui perbuatannya," ujar F, (27) senior pelaku yang tidak ingin disebut namanya (m.merdeka.com)
Bagaimana bisa hal ini dilakukan oleh orang yang senantiasa mengaji? Lantas apakah ia mengalami gangguan kepribadian?
Split personality atau juga sering disebut kepribadian ganda didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu, atau memiliki dua pribadi sekaligus. Kadang si penderita tidak tahu bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih parah lagi kadang-kadang saling bertolak belakang sifatnya. Kepribadian ganda bisa dikategorikan sebagai gangguan mental, masuk dalam dissciative disorders. Dissciative disorders adalah gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memori atau hilangnya kontrol terhadap emosi. Biasa terjadi karena trauma, siksaan, ketika ada masalah yang sangat berat, dan sebagainya.
Keadaan tersebut diperparah oleh penerapan sistem sekuler, himpitan kehidupan dan rendahnya keimanan. Sehingga ketika seorang individu dilanda sebuah musibah dalam kehidupan, seseorang tidak memiliki penopang yang menguatkan. Ketidakmampuan menghadapi sebuah musibah membuat seseorang menciptakan pertahanan diri dengan menciptakan kesadaran lain diluar kesadarannya. Hal ini dilakukan agar bisa terlepas dari trauma hebat yang dialaminya. Dengan kata lain mencari zona aman dalam pikiran yang justru memiliki dampak yang jauh lebih berbahaya.
Jika dilihat lebih jauh, kondisi semacam ini semakin menjamur. Akibat tekanan sistem yang diterapkan serta lemahnya akidah. Dengan adanya penerapan sistem sekuler telah menyebabkan rusaknya pemikiran di tengah masyarakat. Dimana dengan memisahkan agama dari kehidupan melahirkan pribadi berstandar ganda. Menganggap agama hanya sebagai ritual ibadah mahdhoh yang tidak pantas mengatur dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah “split personality” kemudian sering dipakai juga ketika melihat seorang Muslim yang memiliki perilaku berbeda dalam keseharian. Sejatinya, seorang Muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, adalah orang yang menyatu antara hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan. Antara pemahaman dan perilakunya. Tidak ada pertentangan anara yang satu dan lainnya. Karena memang keimanan itu semestinya akan terefleksi dalam cara berfikir dan perilaku sehari-hari. Sehingga, akan terbentuk sosok seorang muslim yang memiliki kepribadian utuh, kepribadian islam. Dan akan tampak dalam semua aktivitas, baik pada waktu melakukan ibadah (mahdhah), memperlakukan dirinya sendiri seperti dalam berpakaian, makan berakhlak maupun dalam kegiatan bermuamalah.
Kenyataannya, ditengah kehidupan sehari – hari, betapa banyak kaum Muslimin yang tidak memiliki kepribadian utuh seperti itu. Pada satu sisi dan kondisi tertentu, ia adalah sosok yang baik, cerdas, dan bertakwa. Namun pada satu sisi dan kondisi yang lain, ia adalah sosok yang buruk, bodoh, dan fasik. Musalnya, baik ketika beribadah, tetapi berlaku zalim. Tampak shalih ketika ada masjid dan mushalah, tetapi melakukan aktivitas yang melanggar hukum Allah saat berada dipasar, di tempat kerja, dan di tempat kehidupan lainnya. Atau rajin beramar ma’ruf nahi mungkar, tapi perbuatan tidak mencerminkan apa yang diucapkan.
Dalam Islam setiap individu dibentuk untuk memiliki kepribadian Islam (sakhsiyyah Islamiyyah). Kepribadian yang khas. Yang terbentuk oleh pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan pola sikap Islami (nafsiyah Islamiyah). Pola sikap Islami menjadikan kaum muslim memiliki pemahaman tentang akidah serta hukum-hukum syara’. Sedangkan pola sikap Islami menjadi manifestasi pelaksanaan dari pemahaman yang telah dimiliki.
Kepribadian Islam membentuk individu yang tangguh. Paham akan tujuan penciptaannya. Sehingga setiap perbuatannya hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah. Maka ketika ada ujian yang datang menghadang, tidak membuat hatinya menciut. Karena tersemat keyakinan bahwa Allah selalu ada bersamanya. Ujian yang datang justru dijadikan sebagai ladang untuk meraup pahala. Dengan cara bersabar dan terus berikhtiar.
Kepribadian Islam bisa saja dimiliki oleh semua orang. Hanya saja akan lebih sulit membentuk kepribadian Islam ditengah belitan sistem sekuler. Perlu peran serta masyarakat dan negara yang menerapkan aturan Islam dalam kehidupan karena sebagai seorang muslim, syariat Allah harus diterapkan secara menyeluruh untuk mengatur seluruh aspek kehidupan.