Rezim Baru Sigap Tumpas Radikalisme



Oleh Yanti Nurhayati, S.IP. (Komunitas Muslimah Peduli Umat)

Harapan rakyat untuk bisa memperbaiki kehidupan ke taraf yang lebih sejahtera sepertinya sirna sudah dan begitupun harapan bersatunya kaum muslim dinegeri ini lenyap begitu saja. Kabinet Indonesia maju yang dibentuk Presiden Jokowi yang sudah memulai kerjanya, secara khusus beberapa kementrian diberikan tugas dengan agenda utamanya memerangi radikalisme.
Setelah pelantikan beberapa minggu yang lalu, langsung bergerak para menteri melaksanakan perintah sang pemimpin, salahsatunya Menko Polhukam Mahfud MD, yang tak lama diangkat segera saja meminta mesjid-mesjid milik pemerintah untuk tidak menyiarkan ceramah adu domba dan permusuhan. Karena selama ini mesjid-mesjid pemerintah sering dituding memberikan tempat bagi penceramah-penceramah radikal. Ini didasari dari hasil survey Badan Intelejen Negara yang mengatakan bahwa 41 mesjid dilingkungan pemerintahan terpapar radikalisme. Belum lagi isu akan diberlakukannya pelarangan cadar dan celana cungkring dilingkungan lembaga pemerintahan.
Rizal Ramli mantan menteri diera Abdurahman Wahid menyatakan bahwa isu 3 R (radikalisme, radikulisasi, radikolisasi) akan terus dimainkan dalam setahun era pemerintahan Jokowi Widodo - Ma'ruf Amin untuk menutupi perfoma ekonomi yang kembali memburuk, ternyata relevan dengan realitas. Beliau menilai bahwa jurus  yang dimainkan Sri Mulyani tidak akan mampu mendongkak ekonomi Indonesia.
Agenda utama ini semakin memperkuat anggapan bahwa rezim ini dikuasai radikal liberal sekuler yang anti Islam. Beberapa pihak bertanya kenapa radikalisme selama ini terus dilayangkan kepada umat muslim saja, seolah umat muslim adalah sosok yang sangat mengancam kehancuran negeri ini, sementara negeri kita mayoritas beragama Islam. 
Lalu bagaimana dengan kaum Nasrani yang di Papua yang mendukung disintegrasi bahkan memprovokasi melakukan pembakaran mesjid. Kejadiaan ini yang mungkin justru seharusnya merekalah yang layak diberikan label radikal.
Pemberantasan anti radikalisme ini bukan hanya di Indonesia tapi  tentu saja  imperialis Barat yang paling gencar mengadu domba umat Islam. Dengan tujuan utamanya memecah belah kaum muslim dan menghalangi terwujudnya syariat Islam secara kaffah. Isu radikalisme digunakan untuk memperlemah dan mengkriminalkan perlawanan umat Islam menentang intervensi dan penjajahan imperialis Barat. Kontra radikalisme ini sebenarnya hanyalah untuk menunjukkan pengabdian dan kesetiaan mereka terhadap Barat. Semakin terlihat semakin sekulernya negeri ini. Mengaku beragama Islam tapi kenapa takut dengan ajaran Islam.
Namun sebagian besar masyarakat sesungguhnya telah memahami bahwa isu radikalisme ini semata-mata hanyalah sebagai pengalihan untuk menutupi kebokbrokan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.
Sesungguhnya walaupun dengan berbagai cara dan tipu daya untuk menghancurkan umat Islam namun kemenangan bagi kaum muslimin telah dijanjikan Allah SWT, tertulis dalam firmannya surat Ali Imran ayat 54: "Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya".
Tentu saja dengan usaha yang bersungguh-sungguh kita sebagai kaum muslim harus memperjuangan syariat Islam secara kaffah, karena hanya dengan Islam kehidupan masyarakat menjadi sejahtera. Hanya dengan penerapan hukum Islam rakyat akan merasa aman dan terjaga.
Wallohualam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak