Oleh: Endah Husna
Retak-retak akibat pengeboman pada proyek pembangunan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) di Gunung Bohong, menimpa ratusan rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih Rt 4/13, Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Kebanyakan yang retak adalah bagian dindingnya, bahkan ada dinding rumah warga yang nyaris ambruk, karena keretakannya terus membesar, seperti yang telah dilansir oleh Tribunjabar.id
Ketua Rw 13 Ahmad M. mengatakan aktivitas pengeboman tersebut dilakukan tanpa memikirkan keselamatan warga sekitar karena aktivitasnya dilakukan tanpa ada kajian serta tidak memiliki izin analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Bahkan pengeboman itu dilakukan tanpa sosialisasi dulu ke warga setempat. Pada 2016 pekerja proyek KCIC hanya melakukan sosialisasi pengeboran, bukan pengeboman. Ditambahkan oleh seorang warga Rt 04, Heru Agam (49) mengatakan selama dua pekan ini pengeboman di proyek tersebut sudah terjadi sebanyak delapan kali dan dentuman terdengar jelas, bahkan barang-barang dirumahpun sampai bergetar. Dentumannya terdengar pagi dan sore hari, saya sampai kaget karena setelah dentuman itu rumah saya retak. https://jabar.tribunnews.com/2019/10/19/gunung-bohong-dibom-untuk-proyek-kereta-cepat-ratusan-rumah-di-cimahi-dindingnya-retak
Miris, harapannya punya rumah sebagai tempat berlindung dari segala marabahaya, ternyata malah bahaya yang mengancam. Sekaliber proyek KCIC, seharusnya proses amdal sudah ditempuh. Demi keselamatan lingkungan sekitar.
Inilah gambaran fakta liberalisasi layanan transportasi yang menyebabkan rakyat terdzalimi. Pembangunan insfrastruktur yang tidak memikirkan dampak bagi lingkungan dan keurgenan pembangunan. Proyek ini sebenarnya mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan, karena insfrastruktur yang dibangun ini tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam sistem kapitalisme, pembangunan insfrastruktur dan transportrasi bukanlah untuk memenuhi hajah masyarakat, tapi lebih kepada mencari proyek untuk diambil sebanyak-banyaknya keuntungan yang masuk kepada kantong-kantong pribadi dan kelompoknya. Hampir sama dengan penjajah dahulu, yang membangun insfrastruktur untuk kepentingan penjajah itu sendiri.
Mengenai keselamatan masyarakat akibat pembangunan insfrasyruktur, negara dalam sistem kapitalisme pun abai. Karena mereka hanya fokus pada keuntungan semata, walau harus mengorbankan nyawa rakyatnya, itu tidaklah mengapa.
Sangat jauh berbeda dalam Islam. Pemimpin dalam Islam mempunyai pemahaman bahwa dirinya adalah pelayan masyarakat, pelindung dan penggembala bagi warganya. Dari pemahaman ini, maka dalam sistem Islam, pemimpin akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Dalam hal pembangunan insfrastruktur, dimana dia adalah merupakan bangunan fisik yang berfungsi untuk memdukung keberlangsungan dan pertumbuhan kegiatan sosial ekonomi suatu masyarakat.
Insfrastruktur juga tergolong milik umum, maka pembangunannya harus dikelola oleh negara dan dibiayai dari dana milik umum, bisa juga dari dana milik negara, tetapi negara tidak boleh mengambil keuntungan dari pengelolaannya.
Mengenai keselamatan warga sekitar proyek, tentu akan sangat diperhatikan. Adanya penelitian, pemeriksaan lingkungan sekitar proyek dan keberlangsungan proyek, tidak akan ada yang terdzalimi. Rakyat senang karena proyek dibangun sesuai kebutuhan mereka.
Inilah Islam, saatnya penerapannya dimulai. Rahmatan lil 'alamin akan tertunaikan. Ketakwaan pemimpin dan rakyatnya akan membawa keridhaan Allah.
Wallahu a'lam bishowab.