Oleh : Indriani Mulyanti
Bidan dan Member Akademi Menulis Kreatif
Apa yang terlintas dibenak kita jika kata Ibu diucapkan? yang terbayang adalah sosok penyayang, tulus memberikan kasih sayang, mencintai buah hati tiada henti, mengurus dan mengayomi anaknya tanpa pamrih. Pelukannya yang hangat, usapan tangannya yang lembut, dan perhatiannya yang luar biasa membuat sosok ibu memiliki arti penting dihati kita. Tapi bagaimana jika sosok ibu yang penuh kehangatan itu hilang? Ibu menjadi sosok yang menakutkan, bahkan berubah sebagai pembunuh berdarah dingin yang tega membunuh anaknya sendiri.
Kejadian ibu yang membunuh anaknya sendiri, bukanlah cerita di negeri dogeng. Akan tetapi ini realita disekitar kita. Sudah ribuan janin dibunuh dengan diaborsi atas kehendak ibunya sendiri. Mungkin jumlah kasus aborsi ini akan semakin meningkat tajam karena dipengaruhi oleh pergaulan bebas yang sedang digandrungi oleh generasi muda.
Dua pekan yang lalu, ada peristiwa yang menggemparkan terjadi di Kebun Jeruk Jakbar. Seorang ibu NP (21) menggelonggong anaknya ZNL (2,5) dengan air galon hingga tewas. Setelah diselediki oleh petugas kepolisian, sang ibu mengakui melakukan penganiayaan dan menggelonggong anaknya karena suaminya mengancam akan menceraikan ia jika istrinya tidak bisa membuat sang anak menjadi gemuk. Karena ekonomi yang pas- pasan, tidak mampu memberikan makanan bergizi yang cukup kepada sang anak, maka tersangka mengambil cara pintas untuk menggemukkan anaknya dengan digelonggong air minum di rumah kontrakannya. Saat digelonggong, korban menangis. Emosi NP semakin tidak terkendali hingga akhirnya melakukan penganiayaan terhadap korban. Korban pun mengalami muntah-muntah hingga akhirnya meninggal. Korban sempat dibawa ke rumah sakit, namun sayang korban sudah tidak bernyawa. Walaupun pelaku mengaku menyesal telah membunuh putrinya sendiri, tapi Polisi tetap melanjutkan kasus ini secara hukum. Tersangka NP dijerat dengan Pasal 80 ayat (4) UU Perlindungan Anak dan atau Pasal 338 KUHP dan atau Pasal 351 KUHP.
Sebelumnya juga terjadi kasus dengan motif yang sama. Di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah Kasatreskrim Polres Boyolali Iptu Mulyanto seperti dilansir Solopos.com-jaringan Suara.com, Rabu (17/7/2019) mengatakan, terjadi pembunuhan akibat aksi penganiayaan terjadi lantaran ibu korban sekaligus tersangka SW tak kuat dengan rengekan anaknya. Kasus yang lebih tragis terjadi di Sukabumi tgl 22 September 2019, NP usia 5thn harus meregang nyawa setelah diperkosa oleh dua kakak tiri RN (14th) RD (16thn) lalu dicekik oleh ibu tirinya SR.
Ibarat fenomena gunung es, kasus diatas hanyalah sepotong kejadian dari kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Indonesia. Masih banyak kasus yang belum terungkap, bahkan kasus yang tidak terungkap jauh lebih banyak dibandingkan dengan kasus yang terdata.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, banyak faktor yang mempengaruhi orangtua berlaku di luar batas kewajaran. "Pemicu (orangtua menganiaya anaknya) bisa dari personal, faktor stres tinggi seperti ekonomi, keluarga. Beragam," ucap Dr. Susanto, MA (ketua KPAI).
Tak bisa dipungkiri, hidup di era kapitalis modern ini memberikan banyak beban terutama kepada kaum wanita. Sistem kapitalisme hanya memberikan kesejahteraan yang semu terhadap wanita. Zaman sekarang wanita dipaksa keluar dari kodratnya (sebagai ummu warobatulbait). Wanita dipaksa bekerja diluar rumah demi memenuhi kebutuhan hidup yang terus meroket. Tekanan beban hidup yang tinggi, ketidakharmonisan rumah tangga, permasalahan ekonomi menjadi pemicu seorang wanita cepat stress bahkan depresi.
Berdasarkan American Psychological Association dilansir dari timesofindia, wanita lebih stres dibanding pria. Stres tersebut bahkan memengaruhi fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, kelelahan, mudah marah, dan kesedihan. Wanita bahkan disebut lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan.
Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Institute of Aging dari University of Wisconsin-Madison, wanita di usia paruh baya lebih stres dibanding dengan pria dan wanita dari kelompok usia lain. Wanita disebut lebih stres karena memiliki tanggung jawab untuk mengelola keluarga dan pekerjaannya. Menyeimbangkan keduanya bukanlah yang mudah.
Dampak stress pada wanita tidak bisa dianggap sepele. Depresi bisa mengganggu siklus tidur, menyebabkan insomnia atau susah bangun tidur. Efeknya bisa membuat tubuh selalu merasa capek. Bahkan bisa menurunkan kekebalan tubuh sehingga rentan kena infeksi dan bisa membuat tubuh gampang jatuh sakit. Depresi juga pemicu seseorang untuk bunuh diri. Kondisi kesehatan mental ini dinyatakan oleh WHO akan jadi beban penyakit kedua tertinggi di dunia pada 2020.
Islam Memuliakan Wanita
Wanita dalam islam adalah permata berharga yang harus dijaga. Karena wanita menentukan nasib masa depan generasi bangsa. Jika wanita telah dirusak maka tunggulah kehancuran suatu negara akan tampak di depan mata.
Dalam Islam wanita memiliki posisi yang mulia. Peran menjadi seorang ibu adalah karir termulia yang diberikan Allah SWT kepada seorang wanita. Karir yang panen pahala disetiap waktu. Kesusahan ibu dalam mendidik anak, kerepotan mengurus rumah tangga, dan kesulitan dalam membentuk generasi soleh/soleha adalah sumber pahala bagi setiap wanita. Bahkan berbakti kepda ibu 3kali lebih utama daripada berbakti kepada ayah.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Peran utama perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh anak-anak, dan peran laki-laki sebagai penjaga dan pencari nafkah bagi keluarga. Perempuan dibolehkan untuk bekerja asalkan tidak melalaikan kewajiban utamanya.
Islam memberikan wanita hak untuk berperan di ranah publik. Seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dakwah,dan lain sebagainya setara dengan laki-laki. Tetapi wanita di ranah publik tidak untuk di eksploitasi yang mengharuskan memberikan kontribusi pendapatan ekonomi kepada negara. Wanita bekerja dalam kondisi lingkungan yang terjamin keamanannya dan bermartabat, sehingga statusnya di masyarakat selalu terjaga. Perempuan yang bekerja berdasarkan pilihannya tanpa keterpaksaan dan mendapatkan haknya sebagai pekerja secara jelas; mendapat upah yang adil dalam jaminan lingkungan yang aman di bawah sistem sosial Islam.
Hanya islam saja yang mampu memuliakan wanita, memberikan kesejahteraan kepada wanita, dan memberikan peran yang sesuai kodratnya. Dari ibu yang hebat lahirlah generasi yang hebat. Karena ibu adalah arsitek peradaban dunia.
Wallahu A'lam Bishowab