Mengukir Peradaban, Berprestasi dengan Karya




          Oleh: Siti Aisah, S. Pd
Guru dan Member Akademi Menulis Kreatif

“Kami bukan kosmetik dan kelompok manusia bodoh yang haus jabatan. Kami menerima tawaran ini hanya karena kecintaan kami ke Indonesia. Bukan karena kekuasaan dan uang.” (akun Twitter : Gracia Billy Mambrasar, tempo.com, 25/11/2019)

Cuitan salah satu staf khusus (stafsus) milenial Jokowi, Gracia Billy Mambrasar, dalam laman nasional.tempo.co (25/11/2019) mengatakan dalam akun media-media sosialnya, bahwa ia tidak melihat materi (baca: gaji) itu saat menerima jabatan itu, CEO Kitong Bisa ini menegaskan pula dalam kicauannya, “Jujur, waktu kerja sebagai insinyur di perusahaan migas, gaji saya jauh di atas itu! Saya juga punya company sendiri saat ini dengan penghasilan jauh di atas angka itu! Saya terima tawaran stafsus karena saya begitu mencintai Indonesia”.

Selain Billy ada beberapa anak muda Indonesia yang juga terpilih menjadi staf khusus presiden pada Kamis, 21 November 2019 di Istana Merdeka, Jakarta. Mereka adalah pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, pendiri Amartha Andi Taufan Garuda Putra, perumus gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, mantan Ketua Umum PMII Aminuddin Ma’ruf, pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan anak Pengusaha Indonesia Chaerul Tanjung, Putri Tanjung yang menempati posisi termuda dalam usia 23 tahun. Ke tujuh stafsus yang baru ini murni dari kalangan milenial. Mereka diperkenalkan Presiden di halaman tengah Istana Merdeka Jakarta, Kamis, 21 November 2019. Ke tujuh stafsus milenial tersebut mendapat tugas untuk memberi gagasan serta mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.

Upaya pemerintah untuk merangkul kaum muda ini, semoga bukan hanya sekedar pencitraan. Namun semata-mata demi perbaikan bangsa ke arah lebih baik. Menilik lebih jauh jiwa muda identik dengan jiwa yang penuh kobaran semangat, penuh impian, harapan yang luas, rasa optimisme, percaya diri, penuh energi, dan kesungguhan meraih cita-cita. Tak hanya itu, ujung tombak dan peran besar pemuda di setiap zaman dan ruang mempunyai andil yang sangat besar dalam Islam.

Tinta emas peradaban Islam telah menulis Usamah bin Zaid, seorang pemuda, putra dari Zaid bin haritsah (anak angkat Rasulullah saw). Pada usianya yang baru menginjak 18 tahun telah diberi amanah menjadi jenderal tentara pasukan Rasulullah saw. Ia berjaya menaklukkan tentara Romawi. Beberapa sahabat senior diantaranya seperti Abu Bakar Siddiq, Umar dan sebagainya, menjadi salah satu pasukannya. Tak hanya itu, Usamah bin Zaid adalah seorang pemberani. Akhlaknya sungguh mulia. Lemah lembut. Pada siang hari bagaikan singa yang berjuang. Pada malam hari menangis di hadapan Tuhannya.


Kisah lain yang menjadi teladan pemuda pengukir peradaban adalah kisah Umar bin Abdul Aziz, yang pada usia 22 tahun sudah menjadi gubernur Madinah, dilanjutkan lagi, pemuda yang sudah menjadi ulama. Beliau adalah rujukan madzhab fiqh Imam Syafi’i yang saat itu usianya memasuki 15 tahun sudah menjadi seorang mufti, dan kisah pemuda fenomenal lainnya adalah Muhammad Al Fatih yaitu pada usia 22 tahun sudah menjadi Sultan bahkan setelah 2 tahun menjabat, berhasil menaklukan benteng legendaris Konstatinopel pada usia 24 tahun. Kemenangan ini seolah sebagai pembuktian dari ucapan Rasulullah SAW 600 tahun sebelumnya. “Pasti akan ditaklukan Konstantinopel. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukan Konstantinopel dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu”.

Pemuda bagaikan sebuah generator yang memiliki medan magnet, yang bergerak kencang mampu menggerakkan roda-roda sehingga dapat berputar dengan baik mengitari jalan-jalan kehidupan. Begitulah seseorang yang mempunyai jiwa penggerak, yang didasari oleh rasa kepedulian dan ikatan batin. Mereka akan merasa sedih melihat kondisi masyarakat yang lalai akan hakikat hidup, melihat saudara seimannya dibombardir oleh negara Yahudi yang tanpa pandang bulu meluncurkan roket-roket bom di tengah pemukiman warga Palestina.

Dengan demikian seyogyanya seorang yang memiliki jiwa pemuda akan bergerak bagai roda-roda saudaranya dari kelalaian dalam memahami arti sebuah kehidupan. Sehingga dia pun tidak rela dan tinggal diam melihat musuh-musuh Islam leluasa mengibarkan sayap-sayap kebatilan mereka untuk mematikan cahaya Islam dan memperdaya kaum muslimin. Bahkan ia akan membangkitkan semangat perjuangan dakwah sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Begitulah perumpamaan seseorang yang bisa mewarnai kehidupan orang lain yang diibaratkan pula dengan seorang penjual minyak wangi. Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda : “Permisalan antara teman baik dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, adapun penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberikan minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan bau harum darinya, adapun pandai besi bisa jadi akan membakar bajumu atau engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya”. (HR. Bukhori, No.5534).

Maka jadilah seorang pemuda yang mampu mengerakkan roda-roda dakwah di tengah kebersamaan dan kehangatan keluarga dengan membacakan kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, sehingga rumah dipenuhi dengan ketenangan dan cahaya keimanan. Mereka pun mampu bergerak di sekolahan, kampus dan lingkungan masyarakat sehingga dapat berputar mengitari kehidupan dengan gigi-gigi aqidah dan keistiqomahan roda dakwah.

Generasi peradaban Islam melahirkan banyak sosok yang terukir dalam sejarah sehingga patut dan pantas untuk dijadikan teladan dan idola. Dengan mengenalkan sosok, kehidupan dan perjuangan mereka pada anak-anak, insya Allah mereka akan menjadi idolanya. Suatu saat, cepat atau lambat, anak-anak kita juga akan berusaha seperti mereka. Inilah sosok idola yang sebenarnya, bahkan boleh dibilang superhero sejati, karena semua itu adalah sosok yang nyata. Bukan rekaan atau khayalan.


Rasulullah SAW pernah bersabda : “Kita di akhirat akan berada bersama orang yang kita cintai”.

Wallahu a’lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak