Oleh: Rini Yuningsih
Ummu wa Rabbatul Bayt, Member AMK 3
Masa remaja adalah masa-masa yang penuh warna. Pada masa ini pula para remaja mencari jati diri. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolancense yang artinya tumbuh/tumbuh menjadi dewasa. Menurut ulama Hasan Basri, remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa anak-anak yang penuh ketergantungan, menuju masa pembentukan tanggung jawab.
Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Baik dalam segi fisik-biologis maupun psikis. Ciri-ciri remaja yaitu: mencari jati diri, emosional, bersemangat, suka mencoba hal-hal baru, tidak suka diatur, berkomunikasi dan ingin diperhatikan.
Peran remaja adalah penerus kehidupan di masa depan. Karena sejatinya remaja akan menjadi pondasi dari sebuah negara. Namun realita yang kita lihat saat ini, kehidupan para remaja sangat memprihatinkan. Banyak diantara para remaja mengalami krisis identitas, mengabaikan ibadah, mengikuti budaya barat yang buruk, hedonisme dan hura-hura, membuang waktu, tidak mandiri, dan memiliki nafsu syahwat yang bergelora hingga menjurus pada pergaulan bebas atau free sex.
Remaja saat ini dipengaruhi oleh 3F yaitu: food (merusak pola makan dan minum), fun (hedonisme, hura-hura, gim online, dll), dan fashion of life style (mengikuti pakaian atau kebiasaan orang-orang barat yang menjadi trend). Food, fun, fashion adalah serangan kebudayaan liberalisme (kebebasan) yang memberikan efek negatif dan merusak bagi para remaja. Sehingga menjauhkan pemahaman agama pada diri remaja muslim, juga merusak moral, akhlak dan kehidupan sosial.
Sebaliknya, remaja dalam Islam seharusnya telah memiliki kepribadian Islam yang baik, memiliki pola pikir dan pola sikap yang khas. Di dalam Alquran terdapat banyak kisah tentang remaja. Ada Yusuf as., pemuda Al Kahfi, Sulaiman as., dan kisah lainnya tentang para pemuda cemerlang. Juga dalam sirah nabawiyah, kita akan menemui pemuda-pemuda mulia dan luar biasa, yang menjadi sahabat Rasulullah saw. Sebut saja Mus'ab bin Umair yang awalnya hidup penuh dengan gelimang harta, tampan, tapi meninggal hanya memiliki selembar kain yang tidak cukup untuk menutupi tubuhnya. Ada juga Ibnu Abbas yang menjadi ahli tafsir, Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid dan masih banyak lagi. Di kalangan sahabiyah bisa kita temui Aisyah yang menjadi rujukan fikih, Asma binti Abu Bakar, Nusaibah binti ka'ab (Ummu Umaroh), dan Fatimah binti Muhammad.
Islam memberikan perhatian khusus dan menganggap bahwa para remaja yang mereka miliki merupakan aset potensial yang ikut menentukan arah masa depan. Mudahnya, bila ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah pada para remajanya.
Pada zaman setelah meninggalnya Rasulullah Saw, atau pada masa Khulafaur Rasyidin kita bisa melihat langsung bagaimana kehidupan mereka saat itu. Begitu tertata dengan baik, dan bahkan terus mengalami kemajuan.
Para remaja Islam saat itu benar-benar membuktikan bahwa mereka merupakan pemuda yang luar biasa. Para remaja menjadikan Rasulullah Saw sebagai satu-satunya sosok yang layak ditiru. Dijadikan panutan dari segala hal aspek kehidupan yang beliau jalankan semasa hidupnya. Baik ibadah, akhlak, serta kepemimpinannya.
Sebagai salah satu contoh adalah kisah Muhammad Al Fatih penakluk konstantinopel. Berkat didikan dan motivasi dari orangtua serta sang guru yang terus memberikan ilmu. Dengan mencontoh semua aspek yang ada dalam diri Rasulullah, manusia yang mulia, sebaik-baik pemimpin dalam Islam. Muhammad Al Fatih (Sultan Mehmed II) diusia 26 tahun mampu menaklukan Konstantinopel. Dengan usaha yang keras, shalat fardu, shalat sunah, shalat tahajud, berpuasa, serta berdo'a kepada Sang Kholiq, Allah Swt. Hal yang tak pernah ia tinggalkan dari awal masa baligh, juga ia terapkan kepada pasukan-pasukan tentaranya.
Apa sesungguhnya yang luar biasa dibalik kesuksesan Mehmed II? Tidak lain adalah karena kedekatan beliau kepada Allah Swt. Sehari sebelum berjalannya strategi, ia memerintahkan semua tentaranya untuk berpuasa pada siang hari dan shalat tahajud pada malam harinya sebelum berperang, berdoa untuk meminta kemenangan kepada Allah Swt. Alhasil, Mehmed II berhasil membawa kemenangan dengan menaklukkan Konstantinopel dan memimpinnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia melindungi seluruh rakyat disana, baik muslim maupun nonmuslim.
Maka jika para remaja mengaku mencintai Rasulullah saw., haruslah dibuktikan dengan mengamalkan seluruh ajaran Islam yang dibawa oleh beliau. Tanpa memilih dan memilah, tanpa keraguan dan tanpa alasan apapun. Jika kita tidak mau mengamalkan sunnahnya maka cinta kita kepada beliau bisa dipastikan cinta palsu, hanya di mulut saja.
Rasulullah saw. mendakwahkan Islam sampai Islam berhasil mewujudkan peradaban yang makmur pada wilayah yang luasnya mencapai dua pertiga dunia. Kemakmuran itu dinikmati dunia selama 13 abad lamanya. Hal ini pun tidak lepas dari peran para sahabat, para khalifah serta para pengemban dakwah yang senantiasa berpegang teguh kepada Alquran dan Assunnah. Di dalam Kitabullah telah diingatkan agar kaum Muslim mengambil semua yang dibawa Nabi Muhammad saw., dan meninggalkan segala hal yang beliau larang. Allah Swt. berfirman:
"Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya." (TQS. Al-Hasyr [59]:7)
Menurut ayat tersebut di atas, jelaslah bahwa warisan Rasulullah saw. (Alquran dan Assunnah). Bukanlah pilihan bagi umat, melainkan wajib diambil secara keseluruhan. Bentuk pemerintahan dan kenegaraan yang dipraktikan oleh Nabi saw. diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dalam wujud Khilafah juga wajib untuk diambil. Tentu meneladani Rasulullah saw. hanya dengan mengambil sebagian sunnah beliau dan mencampakkan sebagian yang lain adalah kedurhakaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.