Nurul Hikmah, S.E. (Komunitas Sinergi Muslimah, Gresik)
Menjelang hijrah, Islam telah ‘menghantui’ seantero Madinah. Digambarkan, tidak ada satu pintu rumah pun yang tidak mengenal Islam. Tentu, tidak otomatis seluruhnya menerima dan memeluknya. Hanya saja, Islam telah menjadi opini umum yang meluas. Itu terjadi setelah Rasulullah mengutus Mushab bin Umair sebagai duta dakwah di Madinah. Satu persatu tokoh berhasil beliau ajak berdiskusi. Hingga melalui pengaruh para tokoh yang telah tercerahkan dengan Islam inilah, dakwah menemukan momentumnya.
Segenap masyarakat terpesona dengan kecemerlangan ide Islam. Pun dengan sosok Rasululullah yang tak pernah mereka jumpai, terjalin rasa rindu dan kasih sayang menggebu. Hingga Rasulullah tiba di Madinah, beliau disambut dengan gempita. Kasih sayang terjalin dengan sendirinya sebagai buah ikatan aqidah. Muhajirin dan Anshar bersatu padu membela Allah, Rasul-Nya, dan Dien-Nya.
Peristiwa hijrah ini menjadi awal mula tegaknya daulah (negara) Islam yang pertama dengan Rasulullah sebagai pemimpinnya. Kekhasan daulah Islam nampak dalam corak kepemimpinannya yang tidak berlepas sedikitpun dari syariat.
Rasulullah memimpin daulah Islam dengan pengaplikasian penuh syariat pada segenap aspek kehidupan. Politik, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, kesehatan, keamanan, seluruhnya diatur dengan aturan Islam. Sepeninggal beliau, para Khalifah pun meneruskan corak kepemimpinan ini. Tak kurang 13 abad Islam mewarnai peradaban dengan kemuliaan ajaran Islam. Inilah peradaban khas yang kita kenal saat ini dengan nama Khilafah atau Imamah.
Sayangnya, Khilafah telah diruntuhkan pada 1924 melalui upaya keji Mustafa Kemal Pasha yang didukung oleh Inggris. Sejak saat itulah, umat Islam seperti anak ayam kehilangan induk. Penerapan syariat Islam hanya tersisa pada level individu dan sebagian kecil masyarakat. Sementara di level negara, tidak ada satu negeri pun yang menerapkannya. Sebagai gantinya, negeri-negeri muslim justru menerapkan sistem kehidupan sekuler kapitalistik buah pikir penjajah barat. Sehingga lazim ditemui saat ini, umat menerapkan syariat dalam pernikahan, perceraian, maupun pewarisan harta. Namun, mereka menerapkan Undang-Undang buatan negara dalam hal ekonomi, pergaulan, politik, hukum, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Tidak ada yang didapatkan dari penerapan aturan buatan manusia yang serba terbatas ini, kecuali kerusakan dan kedzaliman. Negara Barat penjajah mengeruk kekayaan alam negeri-negeri muslim, sekaligus mengimpor berbagai pemikiran dan budaya liberal. Akibatnya, kaum muslim semakin jauh dari aqidahnya. Mereka terjerembab dalam gaya hidup hedonis dan permisif ala Barat. Saat penjajahan pemikiran ini tidak berhasil dilakukan, Barat melakukan invasi secara fisik. Ini sebagaimana yang terjadi di Palestina ataupun Suriah. Keinginan umat untuk kembali kepada syariat serta melawan penjajahan Barat, dihambat dengan peluru dan rudal. Benarlah, kaum muslimin di akhir zaman seperti hidangan lezat yang diperebutkan.
Masih ada fajar di ujung kegelapan. Masih ada harapan di tengah berbagai kesulitan. Predikat umat terbaik masih bisa tersematkan kepada umat ini. Hanya saja, mereka harus mewujudkan syaratnya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 110 yang artinya,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Aktivitas dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) adalah aktivitas yang harus ditegakkan. Melalui dakwah, umat akan memahami kebutuhan mereka akan penerapan syariat kaaffah. Sebaliknya, umat akan mencampakkan aturan apapun yang bertentangan dengan aqidah. Kesadaran yang meluas akan diikuti kesungguh-sungguhan perjuangan dalam rangka mewujudkan penerapan syariat kaaffah dalam bingkai khilafah atau imamah.
Perjuangan ini bukan tanpa tantangan dan ujian. Pengemban ideologi kapitalisme takkan rela Islam bangkit. Karena itulah mereka melakukan segala upaya untuk mencegah kebangkitan Islam. Melihat kesadaran umat yang kian tak terbendung, mereka pun menggunakan tangan penguasa untuk mencegahnya.
Kementerian Agama berencana mengganti setidaknya 155 buku pelajaran agama. Rencananya, materi tentang khilafah akan dihapus dari seluruh buku pelajaran agama. Menurut Fachrul, ada kelompok kerja khusus yang ditugaskan Kemenag mengkaji konten-konten yang dianggap bermasalah.
Menteri Agama yang merupakan mantan Wakil Panglima TNI itu berujar kelompok kerja punya kewenangan menentukan konten yang dihapus. Ia membuka peluang untuk menambah konten nasionalisme dan menghapus konten khilafah.
Ketua PBNU Said Aqil Siradj setuju dengan rencana Kemenag menghapus materi khilafah dari buku-buku pelajaran agama tersebut. Dia antara lain beralasan karena sistem Khilafah sudah basi. Sudah ditolak di banyak negara (12/11).
Wacana yang digulirkan kemenag ini menambah panjang daftar penyakit alergi penguasa terhadap Islam dan ajarannya. Selain larangan celana cingkrang dan cadar bagi ASN, terdapat juga penghapusan materi jihad dan perang dari kurikulum pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Kementerian Agama Republik Indonesia menyatakan, tidak ada lagi materi tentang perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di madrasah. Hal itu diimplementasikan pada tahun ajaran baru 2020.
"Kita akan hapuskan materi tentang perang-perang di pelajaran SKI tahun depan. Berlaku untuk semua jenjang, mulai dari MI (madrasah ibtidaiyah) sampai MA (madrasah aliyah)," kata Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Ahmad Umar, di Jakarta, Jumat, (13/9).
Negara adidaya saat ini sesungguhnya tidak berdiri di atas kaki mereka sendiri. Mereka amat bergantung pada negara berkembang yang mayoritasnya merupakan negeri-negeri muslim. Karena itu, mereka tidak akan membiarkan kebangkitan umat terwujud. Sebelum itu terjadi, mereka akan melakukan segala upaya untuk mencegahnya. Menghapus jejak Khilafah dari benak umat, adalah satu cara yang mereka tempuh.
Khilafah adalah ajaran Islam. Sebagaimana liwa dan rayah pun adalah ajaran Islam. Panji Islam itu telah kembali ke pangkuan umat. Terbukti bahwa umat semakin bangga mengenakannya, semakin semangat membelanya, sekalipun narasi fitnah terus digaungkan. Maka insya Allah, Khilafah pun akan kembali ke pangkuan umat. Ikhtiar tak henti pengemban dakwah akan mengembalikan kecintaan umat akan institusi penerap syariat kaaffah, sekalipun narasi fitnah terus diserukan.