Oleh : Aulia Rahmah
Gresik, Jatim
Maraknya kasus kriminalitas dengan berakhir pembunuhan sungguh menyita banyak perhatian. Seseorang melampiaskan rasa dendam yg lama terpendam, jalan pembunuhan dilakukan. Karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, jalan pembunuhan pun diambil. Seperti yang baru - baru ini terjadi di Kafe Penjara, Kota Gresik, Jatim.
Masih di Jawa Timur, Polres Sampang, menangkap pelaku pembunuhan seorang warga yang terjadi di Desa Bunten Barat, Kecamatan Ketapang, yang terjadi 25 Oktober 2019, dan mayatnya ditemukan warga tergeletak di pinggir jalan desa itu. Dilansir oleh Antara News (1/11).
Tanpa berpikir panjang, seseorang begitu mudah menghilangkan nyawa orang lain. Karena emosi dan juga lemahnya iman, bisikan setan lebih keras terdengar di telinganya daripada hati nuraninya. Membunuh adalah dosa besar. Allah berfirman : " Dan Barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka dan melaknatnya serta menyediakan adzab yang besar baginya " ( Tqs. An Nisa : 93 ).
Tak heran memang, ketika negara membentuk iklim sekularisasi dan kapitalisasi di seluruh lini kehidupan, individu muslim sedikit demi sedikit melalaikan tuntunan Allah dan RosulNya dalam mengatur kehidupannya. Atau mengambil sebagian saja aturan Islam dan meninggalkan bagian yang lainnya. Hukum - hukum tentang Sholat, zakat, puasa, haji diterima tetapi hukum- hukum yang berkaitan dengan hudud dan jinayat ( hukum sanksi dalam Islam ) ditinggalkan. Padahal wahyu yang terakhir turun kepada Rasulullah Saw menjelaskan bahwa Islam adalah Dien / Ideologi yang sempurna. Mengatur seluruh aspek kehidupan, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dari aturan berkeluarga hingga aturan bernegara.
Karena lemah iman pula, rasa malu tak lagi jadi pertimbangan. Dengan beranekaragam kekayaan alam yang tersebar di air, hutan, bahan tambang, dll, negara menaikkan BBM, TDL, pajak, dan BPJS. Bahkan negara akan mengancam dengan mengerahkan ribuan penagih jika peserta BPJS menunggak. Tekanan ini bisa jadi nanti akan semakin menggerus keimanan dan kesabaran Umat Islam. Bukanlah memimpin itu untuk " aji mumpung ", mengeruk keuntungan lebih banyak sehingga tanpa malu - malu korupsipun dilakukan.
Akhirnya rakyat kecilpun terancam jiwa dan kemaslahatannya. Ulama terancam pidana karena aktivitas amar makruf nahyi mungkarnya. ASN terancam dikeluarkan dari institusi, karena kritikannya. Mahasiswa terancam di - DO, karena pembelaannya terhadap ajaran Islam Khilafah. Inilah fakta, sungguh lemahnya iman menjadikan hidup tak aman.
Indonesia layak bertolak dari iman ( Syariat Islam ) sebagai landasan dalam mengatur seluruh sendi kehidupan. Agar negara terselamatkan, dan jiwa - jiwa suci terjamin keberlangsungan hidupnya dengan aman dan sejahtera.
Kita sebagai Umat Islam, tentu yakin bahwa Islam adalah sumber rahmatan lil alamin. sebaliknya akan menolak, jika Islam dianggap sebagai ajaran yang memicu kepada gerakan terorisme dan radikalisme lalu tanpa sadar kita pun termakan isu deradikalisasi, bahkan mendukungnya. Semakin kita menganggap negatif ajaran Islam maka semakin lemahlah iman kita. Disinilah sumber ketidak-amanan itu. Orang semakin pendek akal sehingga fitnah semakin banyak terjadi, kriminalitas marak, pembunuhan pun tak dapat dielakkan.
Sudah saatnya kita, sebagai mayoritas di negeri ini untuk menjadi subyek perubahan ke arah yang lebih baik dengan menjadikan negeri kita baldatun thayyibatun wa robbun ghafur. Negeri yang baik yang selalu mendapat karunia dan ampunan Allah SWT berdasarkan Syariat Islam kaffah sebagai penuntunnya.
Wallahu A'lam.