Oleh: Helmiyatul Hidayati
(Blogger Profesional dan Anggota Komunitas Menulis Revowriter)
Sebelum mengenal Korea seperti sekarang ini. Pada tahun 1724-1776, Korea (waktu itu Joseon) pernah memiliki seorang penguasa bernama Raja Yeongjo. Dia merupakan salah satu raja yang membawa Joseon pada masa kejayaan.
Sebelum Raja Yeongjo berkuasa selama 52 tahun. Dia merupakan pangeran yang lahir dari selir berkasta rendah. Sehingga kenaikan tahtanya penuh dengan gonjang-ganjing. Ia dinobatkan menjadi putra mahkota, 2 bulan setelah kakak tirinya, Raja Gyeonjong resmi menjadi raja. Tidak lama kemudian ia menjadi raja. Ketika Raja Gyeonjong meninggal di usia 33 tahun.
Pada masa pemerintahannya, ia menghapus pajak menjadi setengah, menyuruh para pejabat berhemat hingga ke taraf makanannya, meningkatkan pendidikan rakyat, membuka peluang peningkatan status sosial dan memberantas korupsi.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa Yeongjo adalah penganut Konfusianisme. Salah satu ucapannya yang terkenal adalah sebagai berikut : “Ya Tuhan! Kita mengalami banjir, kekeringan, dan kelaparan selama empat tahun ini karena kurangnya kebajikan yang kulakukan, dan tahun ini kita bahkan harus melalui pemberontakan yang tak pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh pengkhianat bernama Yi Jin Hwa. Bagaimana rakyatku yang malang bisa menjalani hidup mereka di bawah penderitaan hebat semacam itu? Bukankah ada perkataan kuno mengatakan "Perang selalu diikuti oleh setahun yang sengsara".
Untungnya, bagaimanapun juga, kita tidak mengalami masa kelaparan hebat selama 2 tahun ini dan kita menancapkan harapan kita pada masa panen yang baik tahun ini. Namun aku masih khawatir karena, meskipun musim panen sudah mendekat, tak mungkin kita bisa menduga apakah ada banjir ataukah masa kekeringan sebelum semua itu terjadi. Tak ada seorangpun yang tahu kapankah hujan dingin akan tiba-tiba tercurah dan membanjiri ladang-ladang yang akan dipanen. Kurangnya kebajikanku mungkin saja bisa mendatangkan hal-hal buruk demikian karena aku gagal meraih simpati dari Langit. Bagaimana aku dapat meraih simpati dari Langit jika aku tidak merenungkan semua yang telah kulakukan dan berusaha melakukan segalanya dengan usahaku sendiri? Aku seharusnya lebih dulu memulai dengan berintropeksi terhadap perbuatanku selama ini.” (Sejarah dari Yeongjo, tertanggal 27 Juli 1728, pada tahun ke-4 masa pemerintahannya).
Salah satu drama Korea di tahun 2019 yang merupakan “reka ulang berdasarkan fakta sejarah” mengenai kisah raja Yeongjo bisa kita saksikan dalam drama HAECHI. Drama ini mengisahkan “bagaimana” raja Yeongjo memerintah. Pemerintahan yang lebih demokratis dari para pendahulunya tercermin dari segala kebijakan-kebijakannya, karena itu masa dimana raja Yeongjo memerintah disebut sebagai salah satu masa kejayaan Joseon.
Namun 1000 tahun sebelum Yeongjo menjadi raja, di Jazirah Arab telah ada seorang penguasa yang memerintah dengan lebih apik. Ia adalah seorang muslim bernama Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf.
Salah satu pidato Umar Bin Abdul Aziz adalah ketika beliau diangkat menjadi Khalifah : “Amma ba’du, tidak ada lagi nabi setelah nabi kalian, tidak ada kitab selain kitab yang diturunkan kepadanya. Ketahuilah bahwa apa yang Allah halalkan adalah halal sampai hari kiamat. Aku bukanlah seorang hakim, aku hanyalah pelaksana, dan aku bukanlah pelaku bid’ah melainkan aku adalah pengikut sunnah. Tidak ada hak bagi siapapun untuk ditaati dalam kemaksiatan. Ketahuilah! Aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, aku hanyalah seorang laki-laki bagian dari kalian, hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala memberiku beban yang lebih berat dibanding kalian.
Kaum muslimin, siapa yang mendekat kepadaku, hendaknya dia mendekat dengan lima perkara, jika tidak, maka janganlah mendekat: Pertama, mengadukan hajat orang yang tidak kuasa untuk mengadukannya, kedua, membantuku dalam kebaikan sebatas kemampuannya, ketiga, menunjukkan jalan kebaikan kepadaku sebagaimana aku dituntut untuk meniti jalan tersebut, keempat, tidak melakukan ghibah terhadap rakyat, dan kelima, tidak menyangkalku dalam urusan yang bukan urusannya.
Aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertakwa kepada Allah, karena takwa kepada Allah memberikan akibat yang baik dalam setiap hal, dan tidak ada kebaikan apabila tidak ada takwa. Beramalah untuk akhirat kalian, karena barangsiapa beramal untuk akhirat, niscaya Allah akan mencukupkan dunianya.
Perbaikilah (jaga) rahasia (yang ada pada diri kalian), semoga Allah memperbaiki apa yang terlihat dari (amal perbuatan) kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, bersiaplah dengan baik sebelum kematian itu menghampiri kalian, karena kematian adalah penghancur kenikmatan. Sesungguhnya umat ini tidak berselisih tentang Tuhannya, tidak tentang Nabinya, tidak tentang Kitabnya, akan tetapi umat ini berselisih karena dinar dan dirham. Sesungguhnya aku, demi Allah, tidak akan memberikan yang batil kepada seseorang dan tidak akan menghalangi hak seseorang.”
“Jamaah sekalian, barangsiapa yang menaati Allah, maka dia wajib ditaati dan barangsiapa mendurhakai Allah, maka tidak wajib taat kepadanya dalam permasalahan tersebut. Taatilah aku selama aku (memerintahkan untuk) menaati Allah, namun jika (perintahku) mendurhakai-Nya, maka kalian tidak boleh taat dalam hal itu…”
Bila Raja Yeongjo menghapus pajak menjadi setengah dalam revolusi ekonomi negaranya. Umar bin Abdul Aziz tidak perlu menetapkan pajak dalam negerinya, namun sistem perekonomian Islam telah membuatnya mampu mengatur negara hingga kas atau dana Baitul maal melimpah. Pada masa pemerintahan Umar, meskipun hanya 2 tahun 6 bulan tidak ada seorang pun yang miskin di negaranya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ubaid, gubernur Baghdad pada masa itu yakni Yazid bin Abdurrahman mengirim surat pada Umar yang menyatakan bahwa Baitul maal melimpah. Umar memerintahkan untuk memberi upah kepada orang yang biasa menerima upah, memberikan kepada orang yang berutang dan tidak boros, menikahkan yang lajang dan membayar maharnya. Namun dana Baitul maal masih melimpah.
Begitulah masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz yang memerintah dengan ketaatannya. Penegakan syariat Islam tak setengah-tengah. Sosok pemimpin yang begitu dirindu di masa kini. Pemimpin yang mampu mengentaskan kesengsaraan rakyat dengan berani menerapkan Islam secara Kaffah.
Sumber :
Wikipedia
Zakat.or.id
Kisahmuslim.com
Drama HAECHI
Tags
Hikmah