Ketika Tol Laut Bukan (Lagi) Milik Sendiri?


ilustrasi :google



Hendaryati Uti Firnas
(Pegiat Opini)
 

Koalisi masyarakat yang tergabung dalam Barisan Pemeriksa Kondisi Proyek (BPKP) mengungkapkan, alih-alih menguntungkan pengusaha kecil dan menengah, tol laut justru menguntungkan perusahaan ekspedisi besar. (Tribun  News)

Tol laut yang digadang gadang bisa mengatasi pemerataan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa, terutama bagi wilayah timur Indonesia banyak menuai kritikan dari berbagai pihak. 

Penyebabnya adalah seperti yang telah disampaikan oleh presiden bahwa tol laut banyak dimonopoli sewasta. (kompas)

Banyak swasta yang mengirimkan barangnya melalui tol laut. Padahal tol laut adalah jenis angkutan pengiriman barang bersubsidi yang bertujuan untuk menekan harga di wilayah wilayah yang harga barangnya sangat mahal dan jomplang dibandingkan harga di Jawa. 

Dengan adanya monopoli dari pihak sewasta sangat berdampak pada harga di wilayah tersebut. Karena pada akhirnya merekalah yang menetapkan harga di pasaran. Sehingga tidak sesuai dengan harapan untuk bisa menekan harga menjadi murah. Apa lagi untuk daerah daerah pelosok yang tidak bisa disinggahi tol laut.

Monopoli sewasta terhadap tol laut banyak dilakukan ke wilayah timur Indonesia. Terutama wilayah Maluku dan Papua karena wilayah itulah yang banyak permintaan. Dengan jumlah pengiriman terbesar.


Tol Laut dalam Cengkraman Swasta?

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, Capt. Wisnu Handoko, menjelaskan setidaknya ada lima faktor yang berpotensi menjadi celah monopoli tersebut. 

Pertama, Ada oknum shipper atau forwarder yang menguasai booking order untuk sewa kontainer pengiriman. Hal itu bisa terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
"Jadi shipper atau forwarder biasanya menguasai booking order kontainer. Bisa pakai nama berbeda-beda, tetapi sebetulnya sama saja," kata Wisnu, di Jakarta)

Modus kedua adalah adanya forwarder yang bisa secara bersamaan menjadi penerima.

 Faktor ketiga yaitu pada satu perusahaan operator pelayaran, forwarder yang melayani hanya itu-itu saja. Shipper itu seolah menutup kerjasama dengan para forwarder lain yang tidak memiliki perjanjian khusus. 

"Kecenderungan kalau itu-itu saja (forwarder-nya), harga jadi tinggi karena tak ada pilihan lagi. Misalnya di Dobo, yang layani satu 
saja. Harga jadi naik terus. Padahal secara relatif biaya pelabuhannya tidak mengalami kenaikan," tutur Wisnu.

Faktor keempat yang membuat angkutan laut dimonopoli swasta, yakni hanya terdapat satu koperasi TKBM yang melayani di dalam satu pelabuhan.

"Ini yang selama ini kita selalu kritisi di pelabuhan hanya ada 1 TKBM karena tidak ada kompetisi,  akhirnya biaya tinggi. TKBM minta biaya tambahan bisa diluar cargo handling dan sebagainya hingga Rp1 juta," ujar Wishnu. 

Kemudian, faktor kelima adalah conseignee atau pengirim barang yang sudah mendapat barang banyak, seharusnya bisa menjual barangnya dengan harga yang lebih murah karena pengirimannya sudah disubsidi pemerintah. (CNBC Indonesia)

Kelima faktor di atas menunjukan bahwa pada akhirnya pemodal lah yang mampu memenangkan persaingan. Karena ujung ujungnya tol laut pun dipersiapkan untuk kaum pemodal yaitu swasta besar dan para korporasi.

Ini adalah konsekuensi dari negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme neoliberalisme. Yaitu negara hanya sebagai regulator, pelayan dan pemberi fasilitas bagi korporasi dan swasta. Sedangkan yang menjadi operator di lapangan adalah para korporasi. Jadi siapa yang akan meraup keuntungan? Tentu saja merekalah para korporasi yang akan menikmati keuntungan tersebut.

Selama kapitalisme masih berpengaruh dalam lingkaran perekonomian, gagasan sejenius apapun akan mengalami kegagalan. 
Bukankah kapitalisme dibangun di atas kongkalikong, penuh intrik dan juga curang? Sehingga memberi celah untuk adanya monopoli yang dilakukan oleh sewasta besar.

Karena itulah menjadi tidak heran kalau ada pihak pihak yang komplain, sehubungan dengan harga harga yang tak kunjung turun malah terkesan semakin naik.
Seperti yang di sampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, ada Bupati yang komplain kepada presiden bahwa mereka tidak bisa mendapatkan harga Tol Laut dan harga barang seperti dulu.(detikFinance,  31/10/2019)

Sistem yang rusak dan merusak kapitalisme sudah menjadi virus dan mewabah ditengah masyarakat. Sehingga masyarakat sekaliber para intelek pun tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi budak kapitalisme, dengan orientasi hidup yang rakus.


Islam Konsep Nyata dan Sempurna

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, mengurusi semua aspek kehidupan manusia. Tidak terkecuali mengurusi urusan seorang pemimpin dalam mengurusi kesejahteraan rakyatnya.

Sabda Rasulullah ﷺ, 

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Tujuan kepemimpinan di dalam Islam adalah “Iqomatud din wa siyasatud dunya bihi.” (Menegakkan agama dan mengatur urusan dunia dengan agama)

Sabda Rasulullah di atas menegaskan, bahwa semua urusan rakyat termasuk urusan kesejahteraan hidupnya adalah kewajiban dari seorang pemimpin. Maka pemimpin tidak boleh berlaku dzolim dengan menyerahkan urusan tersebut kepada pihak lain.

Dalam kepemimpinannya, seorang pemimpin tidak hanya mengurusi urusan dunia semata. Karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. 
Dengan itu kesempurnaan Islam harus diimplementasikan dalam setiap urusan kehidupan sehingga terhindar dari kedzaliman yang bisa menyengsarakan. 

Sayangnya pemimpin yang yang peduli dengan perkara keridhoan Allah hanya ketika Islam diambil secara kaffah.
Terbukti pada masa kekhilafahan Turki Ustmani.

Sejarah telah mencatat bagaimana Khilafah di masa Turki Utsmaniy berhasil mencapai kemakmuran dengan tingkat ekonomi yang maju karena pemerintah mengendalikan rute-rute perdagangan utama lintas benua.

Dengan Konstantinopel (Istanbul) sebagai ibu kotanya dan kekuasaannya atas wilayah yang luas di sekitar cekungan Mediterania, Khilafah Utsmaniy menjadi pusat interaksi antara dunia Timur dan Barat selama lebih dari enam abad.  

Dengan konsep ini pulalah seyogyanya program Tol Laut itu dibangun. Karena Islam akan menjaga dari berbagai bentuk kecurangan. Dengan menghadirkan rasa takut hanya kepada Allah SWT.
semata.

Keberhasilan sistem pemerintahan Islam, telah terbukti berabad-abad lamanya menyejahterakan masyarakatnya, termasuk kesuksesannya mengelola transportasi laut hingga menguasai perdagangan global. Wallaahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak