Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis
Khofifah didampingi Ketua DPRD Jatim, Kusnadi turut membuka secara resmi MTQ yang diikuti kafilah (peserta, red) dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut, orang nomor satu di Jawa Timur itu menyampaikan apresiasi atas antusias warga Kabupaten Tuban yang menyambut gelaran MTQ ini. Gubernur juga mengajak masyarakat untuk memahami dan mengamalkan kaidah Al-Qur'an, dengan pengamalan Al-Qur'an akan menciptakan masyarakat saling menghormati.
Mantan Menteri Sosial ini menerangkan, bahwa pada gelaran MTQ kali ini sudah menggunakan digital dan teknologi dalam penyelenggaraannya. Ini menandakan seluruh warga Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) siap menghadapi revolusi industri 4.0. Jawa Timur juga ditargetkan dapat memperoleh juara umum MTQ Nasional pada Juni tahun 2020. Pemprov Jatim berupaya memberdayakan pesantren, di antaranya peluncuran One Pesantren One Product (OPOP), yang diharapkan dapat membawa manfaat tidak hanya bagi pesantren tetapi juga seluruh masyarakat. (www.tribunnews.com, 27/10/2019)
Sekilas, program ini adalah program yang bagus. Karena ada upaya pemerintah untuk membekali masyarakat, khususnya para santri untuk mampu bersaing dalam mencari pekerjaan. Namun, ada hal yang telah dilupakan, yakni proses pembentukan generasi berkualitas, berkepribadian islam dan menguasai sains-teknologi. Tidak hanya belajar teknis, tapi belajar tentang menjadi negara besar, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah sang pencipta. Menjadi kholifah yang menjaga alam beserta isinya, sesuai dengan kehendak sang pencipta.
Maka, ketika program pencetakan entrepreneur muda ini tidak dilengkapi dengan hal – hal di atas, maka ini hakekatnya bukan menciptakan entrepreneur, tetapi tenaga teknis semata. Akibatnya, terbentuklah orang-orang yang berfikir dangkal yang berpikir kebermanfaatan materiil semata (hingga timbul individualisme, dan ketidakpedulian akan masalah masyarakat yang multi dimensi). Sehingga ini tidak lain hanya sebagai upaya memuluskan agenda barat untuk menghidupkan Sustainable Development, yang memakmurkan hegemoni (produk) mereka.
Sehingga, seharusnya pemerintah itu berfikir dan melangkahnya itu utuh. Negara harus mencetak Khoiru Ummah/Umat terbaik. Negara harusnya mencetak tidak hanya seorang entrepreneur, tetapi mencetak sosok-sosok pendakwah, pembela rakyat hingga pembebas negeri-negeri terjajah karena sistem buatan manusia ini, tanpa tendensi materiil. Karena tujuan hidup mereka hanya keridhaan Allah bukan mencari manfaat kenikmatan duniawi.
Maka kita mengenal pemuda – pemuda hasil didikan sebuah negara yang menjadikan islam landasan hidupnya. Sebut saja Usamah bin Zaid, Rabi' bin Amir, Muhammad Al-Fatih, Thariq bin Ziyaad, Teuku Umar, Wali Songo, mereka sosok produk Khilafah Islamiyyah. Mereka adalah sosok yang menjadi pilar kekuatan ekonomi bangsa, namun mereka tetap peka dengan seluruh masalah bangsanya. Karena negara, menyelesaikan masalah ekonominya dengan menerapkan seluruh sistem ekonomi islam, tidak hanya dengan mencetak seorang entrepreneur, apalagi sebatas tenaga teknis. Dengan demikian problem ekonomi dan ketahanan ekonomi akan selesai. Sementara para pemuda peduli masyarakat akan terbentuk hingga islam menaungi dunia dari barat hingga timur dengan kerahmatannya.
Wallahu a’lam bi ash showab