Oleh : Aulia Rahmah
Gresik, Jatim
MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai wadah integrasi para ulama pewaris Nabi, menyeru kepada petinggi negeri untuk tidak terpengaruh dg liberalisme sehingga melakukan toleransi yang berlebihan, seperti dengan ikut mengucapkan salam selain yg diajarkan dalam Islam dan tidak pula dicontohkan oleh Nabi kita, Muhammad Saw, atau lebih sering dikenal dengan salam lintas agama. Larangan salam lintas agama ini diinisiasi oleh MUI Jatim dan didukung pula oleh MUI Pusat, dilansir oleh detiknews.com(10/11).
Karena salam tak sekedar sapaan. Lebih dari itu salam adalah sebagian dari bentuk peribadatan umat kepada Tuhannya. Maka Islam melarang mengucapkan salam versi Kristen, Hindu, Budha, dan yang lainnya. Jika selama ini ada para pejabat Muslim yang melakukan hal itu, MUI menilai bahwa salam lintas agama sama dengan kita mempersaksikan ada Tuhan lain selain Allah Swt. Padahal Allah berfirman " Katakanlah " Tuhanku adalah Tuhan yang Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu , yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang serupa dengan DiriNya " (Tqs. Al ikhlash : 1 - 4). Jadi mengakui dan memohon doa kepada selain Tuhan Allah yang Esa, adalah bathil.
Salam adalah permohonan kesuksesan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang muslim agar setiap aktivitasnya mendapat dukungan dari saudara seiman dan mendapat berkah dari Allah Swt. Aktivitas menjadi dosen, rektor, direktur, menjadi tentara, poilisi jika diniatkan utk mencari ridha Allah dan untuk menunaikan kewajiban, maka itu juga ibadah. Sehingga salam bagi seorang pejabat muslim haruslah menjadi bagian dari ibadah yang nilainya lebih dari sekedar sapaan biasa. Maka kita dukung MUI Jatim yang menginisiasi pelarangan salam lintas agama ini.
Kita harusnya bangga dengan agama Islam kita, karena Rosulullah pernah bersabda :
" Islam itu tinggi dan tidak ada yg lebih tinggi darinya " ( Hadits ), Allah juga berfirman :
" Kalian adalah umat yg terbaik yg dilahirkan untuk manusia, menyeru kpd kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah " (Qs. ali Imron : 110)
Karena keterpurukan dunia Islam saat ini, dari merebaknya kebodohan, kemiskinan, dan tidak diberlakukannya Syariat Islam kaffah dibawah institusi khilafah, sehingga orang2 kafir yang diselimuti kedengkian didalam hati mereka berani untuk menghancurkan ajaran Islam dan peradabannya. Mereka membuat narasi agar Umat Islam rendah diri. Dibuatlah konsep acara, seperti dialog lintas agama, doa bersama, salam lintas agama, dsb. Mereka saling bekerjasama antara para liberalis, kapitalis, bahkan komunis untuk memarginalkan, menekan, dan membendung kebangkitan Umat Islam.
Mereka mempromosikan agama mereka, memojokkan Umat Islam, menuduh ajaran Islam intoleran, sebagai sumber radikalisme dan terorisme. Para ulama yg tidak mengikutinya dipersekusi dan terkini, mereka mencoba menghilangkan ajaran Islam khilafah dari kurikulum pendidikan yang sudah sejak lama diajarkan di sekolah - sekolah. Menteri agama yang diangkat rezim saat ini tanpa memiliki basik keilmuan Islam ikut berpartisipasi dalam menghancurkan ajaran Islam yang semakin memperburuk citra Islam dan kaum muslimin. Tanpa khilafah bagaimana kaum muslimin berkontribusi mengangkat martabat saudara seiman yang kini terjajah seperti di bumi Palestina, Rohingya, Xinjiang, Khasmir ?
Semoga MUI tetap istikamah dalam memperjuangkan Syariat Islam, mengawal kebangkitan Islam, ikut mempromosikan ajaran Islam khilafah sebagai institusi pelaksana Syariat Islam kaffah sekaligus pelindung Umat dari cengkeraman para penjajah, aamiin ya robbal alamin.
Wallahu a' lam.