Oleh : Siti Maryam
(Aktivis Pergerakan Muslimah dan Member AMK)
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah
Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas
Ibu
Penggalan lagu Ibu karya Iwan Fals di atas menggambarkan bagaimana perjuangan dan pengorbanan seorang ibu demi kebahagiaan anaknya. Perjalanan yang sangat panjang tak peduli lapar dan dahaga, bahkan tak peduli rintangan yang dapat membahayakan nyawa sekalipun sanggup dihadapinya. Kasih sayangnya tak berharap balasan, kasih sayangnya tak pernah lekang oleh waktu.
Begitulah naluri seorang ibu bak malaikat pelindung bagi anak-anaknya. Posisi seorang ibu tak pernah tergantikan oleh siapapun. Sungguh posisi yang begitu mulia.
Namun kini, naluri seorang ibu secara perlahan menghilang tergerus kapitalisme.
Kapitalisme menggiring kaum perempuan keluar rumah untuk bekerja membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan tidak sedikit kaum perempuan yang justru menjadi tulang punggung keluarga menggantikan posisi kaum laki-laki yang semakin hari semakin sulit dalam memenuhi nafkah keluarga. Kaum perempuan harus rela berbagi waktu antara bekerja di luar rumah dan mengurus keluarga di dalam rumah.
Banyak kasus terjadi, menimpa kaum ibu, dipicu oleh kondisi ini. Seorang ibu tega membunuh anak kandungnya karena depresi, takut tidak mampu membiayai hidup anaknya. Kasus terbaru seorang ibu tega menggelonggong anaknya sendiri hingga tewas akibat stres diancam cerai oleh suami (islam pos. com 16978 ).
Jika faktanya demikian di manakah peran negara terhadap kesejahteraan kaum perempuan?
Sistem kapitalisme menuntut kaum perempuan untuk berperan ganda, sehingga ia kehilangan kemuliaanya. Kaum perempuan keluar dari kodratnya sebagai pengurus rumah tangga menjadi pencari nafkah sebagaimana kaum laki-laki.
Allah SWT. berfirman dalam al-Quran surat an-Nisa (4) ayat 34 yang artinya, "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka"
Dari ayat di atas sudah sangat jelas kedudukan seorang perempuan. Tanpa harus bekerja ke luar rumahpun tugas seorang perempuan itu begitu banyak. Di samping harus bertanggung jawab atas kepengurusan dalam rumah perempuan pun harus bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, karena baik buruknya kualitas generasi tergantung kepada baik buruknya pendidikan di dalam rumah.
Demikianlah Islam telah mengatur semua urusan kehidupan dari mulai hal terkecil sampai urusan ketatanegaraan termasuk di dalamnya urusan dalam rumah tangga. Dengan institusi kekhilafahan dan penerapan Islam kaffah kaum perempuan akan meraih kembali kemuliaannya.
Wallahu a'lam bisshawab.
Tags
Opini