Ibu, Dimana Kasihmu ?




Oleh: Ummu Muhammad 

Member Amk & Pendidik Generasi


Kasih ibu, 

kepada beta 

tak terhingga sepanjang masa


Hanya memberi,

Tak harap kembali,

Bagai sang surya, menyinari dunia.

(Kasih Ibu)


Itulah petikan lagu anak sepanjang zaman yang selalu terkenang, liriknya mampu membuat mindset kita mengatakan kasih sayang ibu tak pernah terbalas.


Namun, tidak dengan kondisi sekarang, lagu "Kasih Ibu" yang sering dinyanyikan di sekolah Taman Kanak-kanak hanyalah tinggal hiburan. Maknanya mulai hilang seiring himpitan kehidupan.


Demi tuntutan hidup di sistem kapitalis ini peran perempuan kini sudah mulai banyak merangkap bidang-bidang yang di luar fitrahnya, jargon kesetaraan gender pun andil dalam membuat perempuan kehilangan kelembutannya.


Berbagai macam kasus perempuan mulai bermunculan dari hal yang biasa hingga berani melakukan tindak kriminal, seakan menjadi sebuah kewajaran di sistem sekuler ini. Salah satunya adalah kasus yang baru-baru ini terjadi tentang seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri dengan cara menggelonggongnya dengan air galon. 


Sebagaimana dilansir salah satu media online Islampos mengatakan “Istrinya stress diancam diceraikan apabila anaknya ini dalam kondisi kurus tidak bisa gemuk,” kata Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk AKP Irwandhy Idrus kepada wartawan di kantornya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (25/10/2019).


Itulah alasan pembelaan perempuan saat mulai sadar perbuatannya melampaui batas nalurinya. Dia melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan kalut dan stres dengan berbagai macam tuntutan di sekelilingnya, salah satunya adalah kesulitan ekonomi yang tak mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Pada  akhirnya akal yang dimiliki diluar batas kontrolnya, perasaannya mulai mati hingga berani membunuh dan menganiaya buah hatinya sendiri.


Dan lagi-lagi landasan tindakan kriminal yang merebak disistem sekuler ini adalah  ekonomi sebagai motifnya. Meskipun negara berusaha mencari solusi dengan segudang undang-undang yang dibuatnya namun tetap saja masalah tersebut tak terselesaikan bahkan malah menambah tingkat kejahatan yang ada. 


Bagi negara kapitalis sekuler identifikasi kesejahteraan rakyat hanyalah hitung-hitungan angka yang yang tak bermakna yang jauh dari fakta. Sedangkan aspek agama selalu saja dianggap biang masalah sistemnya. Sehingga wajar bermuculan orang-orang yang tak beradab dan amoral berkeliaran di lingkungan terdekat. Mereka tak lagi merasa berdosa melakukan kejahatan.


Padahal Allah telah mengancam pembunuhan terhadap anak karena masalah ekonomi sebagai dosa besar.


(وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَكُمۡ خَشۡیَةَ إِمۡلَـٰقࣲۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِیَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـࣰٔا كَبِیرࣰا)


Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar (Surat Al-Isra' 31)


Namun, ayat tersebut tidak berlaku di sistem sekuler ini karena agama adalah ranah pribadi dan Tuhan tidak berhak mengatur kehidupan.


Pernikahan dalam lingkungan sistem sekuler hanya menampakkan hubungan timbal balik manfaat atau take and give, sedangkan adab dalam bergaul bukanlah prioritas. Rasa cinta yang dulu pernah ada pun bisa hilang tanpa bekas dihapus kerasnya hidup. Tak ada lagi kata-kata cinta atau perlakuan istimewa karena semua sudah dianggap biasa dan merasa tak lagi merasa melazimkan diri untuk saling mengungkapkan. Karena saat dua jiwa sudah bersama maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan dunia. 


Dan sistem ini telah berhasil menghilangkan cinta dan kelembutan antar sesama karena yang ada hanyalah manfaat apa yang akan didapat dengan pengorbanan yang sudah diberikan. Komunikasi dan ungkapan kasih sayang dalam keluarga pun menjadi barang langka, yang akhirnya menjadi komoditas bagi sebagian orang untuk meraup keuntungan dengan aneka workshop dan training yang dijalankan. 


Sistem kapitalis sekuler membuat hidup jadi hambar. Karena ketulusan hati menjadi susah untuk ditemukan dan hidup menjadi penuh prasangka. 


Suami menuntut istri karena prasangka buruk terhadap istri bahwa dia tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga dia berani meminta pertanggungjawaban atas nafkah yang diberi dengan sedikit gertakan ancaman.


Sedangkan istri adalah perempuan lemah yang sekuat apapun tampilannya, dia tetaplah rapuh. Karena Allah menciptakan fitrahnya dipimpin dibawah tanggungan laki-laki. Aktivitasnya pun lebih banyak menggunakan rasa, sehingga kelembutan yang ada pada perempuan adalah fitrah sejatinya. 


Namun, sistem kapitalis merusak semuanya. Kasih sayang menjadi hilang, kelembutan menjadi langka. Yang ada, hati yang hampa akidah dan akal menjadi buntu berfikir. Hingga muncul aneka penyakit baru yang melanda kaum Ibu seperti sindrom pasca melahirkan, depresi, berkepribadian ganda dan lain sebagainya.

Maka Islamlah sebenarnya yang layak untuk menjadi solusinya. Karena ia datang dari Tuhan Yang Maha Tahu segala kondisi ciptaan-Nya. Manusia hanya diwajibkan menjalankan syariatnya sedangkan kebutuhannya Tuhannya telah menetapkan. 

Posisi Perempuan dalam Islam

Islam menempatkan perempuan pada tempat yang sesuai fitrahnya  pun begitu dengan laki-laki. Alquran banyak membahas masalah perempuan terkait perannya didalam rumah. Posisinya sebagai istri menjadikan dia sebagai sahabat bagi suami dan pencetak generasi berkualitas. Sehingga fitrah yang diberikan Pencipta terjaga dan masalah yang muncul pun bisa cepat teratasi. Dengan agama membuat perempuan yang lemah menjadi kuat menghadapi ujian hidup. Karena Islam telah memenuhi kebutuhan hatinya.

Pun begitu dengan posisi laki-laki, Allah Swt menempatkannya sebagai pemimpin bagi perempuan, mendampinginya dalam pendidikan mengenal Allah Swt agar bisa berjalan bersama untuk taat, meluruskan sifatnya yang bengkok dengan lembut agar tetap pada jalan ridha Tuhannya, pergaulannya dengan istrinya adalah pergaulan yang baik penuh kelembutan dan kasih sayang sebagaimana Rasulullah mencontohkan saat bersama istri-istrinya. Karena Allah Swt memuji laki-laki yang lembut terhadap istrinya dan mengancam laki-laki yang mencari-cari kesalahan istrinya. Hubungan pernikahan dalam Islam pun adalah menciptakan sahabat dalam rumah untuk bersama menyempurnakan ibadah yang panjang.

Dengan keseimbangan posisi gender tersebut. Maka mustahil masalah-masalah kejiwaan pada perempuan bermunculan. Karena Islam telah meredam pemicunya. Sehingga perempuan menjadi stabil dan menjalankan tugasnya sebagai istri, ibu dan pendidik bagi anak-anaknya bisa berjalan dengan baik sesuai fungsinya. Maka wajar bagaimana generasi Islam dahulu memiliki puncak kegemilangannya. Karena proses pendidikan yang dibangun pertama kali berhasil membuat pondasi yang kokoh.


Waallahu 'alamu bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak