Gentingkah radikalisme di pemerintahan Indonesia maju?






Oleh: lestia Ningsih, SPd (Aktivis Dakwah)
Indonesia, wajah yang kembali dipimpin oleh Joko Widodo dengan moto Indonesia maju melantik beberapa menteri dalam kabinetnya dengan system kerja yang dirancang menjadikan Indonesia maju dalam ekonomi dan sumber daya manusianya. Termaksud syarat didalamnya menjadikan Indonesia bebas dari radikalisme yang juga merupakan ancaman bagi Indonesia. 
Menteri Agama yang baru saja dilantik Fachrul Razi  mantan wakil panglima TNI itu dengan tegas mengakui  diberi tugas Presiden Jokowi  untuk mencari terobosan dalam menangkal  radikalisme, ia mengatakan  akan menyusun upaya-upaya menangkal radikalisme di Indonesia. (Indonesiainside.id.27/10/2019) Menurut presiden Jokowi Indonesia dalam keadaan yang genting hingga harus membereskan masalah radikalisme ini, “ Pak Fachrul, kalau radikalisme ini tidak segera bisa kita sisir, saya tidak bisa bayangkan  bagaimana bangsa ini ke depan, apalagi saat ini kita berpikir untuk mengutamakan pengembangan sumber daya manusia” katanya ( Vivanews.com)
Mulai dari merevisi kurikulum pelajaran di pesantern-pesantren, mengawasi masjid-mesjid, dan penataran bagi ustadz-ustadz dalam paham pancasila dan kebhinekaan, termaksud mengawasi ormas-ormas islam dalam pergerakanya adalah jadwal yang akan diagendakan kedepannya seolah-olah radikalisme tumbuh dari ajaran islam. cadar, jenggot, celana cingkrang, bahkan termaksud ajaran agama islam seperti bendera tauhid dan juga system pemerintahan islam yaitu Khilafah merupakan sesuatu yang dikatakan rasis Radikalisme yang bertentangan dengan NKRI dan pancasila yang mengancam Indonesia. Tentu ini semua sangat menyakiti ummat islam
Pertanyaannya apakah sebegitu gentingkah pembahasan Radikalisme ? apakah radikalisme yang memperburuk ekonomi Indonesia? Apakah  radikalisme yang mengancam kehancuran Indonesia? Apa sebenarnya yang mengancam Indonesia? Banyak pertanyan kritis yang ini juga boomerang bagi pemerintahan, bagaimana tidak? Pemerintah dengan system kerja yang lebih mementingkan dalam menghadapi radikalisme, padahal Indonesia sudah diujung tanduk kehancuran akibat system Kapitalis. Hutang Indonesia yang hampir mencapai Rp. 5.000 triliun, angka kemiskinan yang terus meningkat, pengangguran yang terus bertambah, kriminalitas yang semakin tidak dapat diatasi, belum lagi masalah perpecahan yang masih bergejolak di Papua, tentu ini bukan karena masalah radikalisme sebagai penyebabnya. 
Sependapat dengan dengan Tokoh masyarakat Papua, Crist Wamea mengatakan, sejak pelantikan anggota kabinet Indonesia maju pada rabu (23/10) lalu hingga kini isu tersebut terus digulirkan. Bahkan isu radikalisme dibicarakan oleh semua cabinet. “ Seakan-akan radikalisme menjadi momok di negeri ini. Padahal yang jadi momok adalah ekonomi yang hancur,” kata crist Wamea melalui laman resminyapada Ahad (27/10)
Sungguh Cabang dari masalah ini semua tidak lain adalah paham sekulerisme dan juga system Kapitalisme  yang diemban Indonesia. Kesejahteraan hanya sebuah khayalan bagi rakyat dan akan hanya bisa dinikmati para elit korporasi saja. Bisa dilihat pengurusan pemerintah yang ogah-ogahan dan tidak serius dalam mengatasi masalah umum kebutuhan rakyat. Mulai pajak yang mencekik, listrik yang naik beberapa kali, BPJS yang meningkat namun masih saja mengalami defisit, Deindustrialisasi yang tidak mengentaskan pengangguran. Korupsi yang masih saja terjadi dan hukum yang semakin tidak masuk akal untuk dilegalkan. Namun yang jadi pembahasan masih saja radikalisme, islam radikal, dan teroris.
Jelaslah Bukan radikalisme, bukan islam dan ajarannya, namun kapitalislah yang jadi biang kerok yang mengancam Indonesia. Islam bahkan memiliki solusi dalam mengatasi masalah baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagaimana system islam pernah dicontohkan oleh Rasulullah dalam pemerintahannya di Madina dan diteruskan oleh para sahabat-sahabatnya hingga tetap tegak selama lebih dari 13 abad lebih lamanya. Islam mampu mengatasi masalah kebutuhan pokok dan hajat rakyatnya.  Mulai pengelolaan ekonomi yang benar-benar diurusi oleh Negara dengan benar, mengharamkan swastanisasi pengelolaan SDA dan ribawi, bahkan keamanan negeri yang terjaga ketat bagi seluruh rakyat dinegeri islam baik muslim maupun non muslim.
System islam bukan sebuah dongeng, namun sebuah fakta yang pernah terjadi inilah sebenarnya menjadi saingan bagi system Kapitalis hingga mengupayakan untuk ide system islam yaitu Khilafah dan ajaran lainnya di cap sebagai radikalisme. Jadi jelas adanya bahwa ancaman di Indonesia dan juga untuk dunia global adalah kapitalis dan membutuhkan solusi pasti yaitu Khilafah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak