Gawai, Teknologi Yang Harus Diiringi Edukasi



(Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis)


Beberapa Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di daerah melaporkan peningkatan pasien rumah sakit karena kecanduan ponsel. RSJ Cisarua Provinsi Jawa Barat misalnya dalam sebulan bisa menangani hingga 12 pasien anak-anak yang kecanduan ponsel sebagian besar karena game. Sejak tahun ajaran baru ini, rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta juga sudah menerima sebanyak 35 pasien remaja kecanduan ponsel.


Tidak hanya di RSJ, dr Yaniar Mulyantini, SpKJ, di Poli Psikiatri Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu juga menemukan beberapa kasus anak kecanduan ponsel Hal ini bisa jadi pertanda nyata bahwa kecanduan ponsel dan game pada anak-anak semakin meningkat. (www.detik.com, 19/10/2019)


Kecanduan gadget, yang sering dikenal dengan istilah Nomophobia. Istilah nomophobia sendiri diambil dari bahasa Inggris: Nomophobia, no-mobile-phone phobia. Kondisi ini adalah suatu penggambaran kondisi mental, berupa sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). 


Istilah ini pertama kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon genggam. (Wikipedia). Sementara di Indonesia sendiri, nomophobia telah menjadi ancaman nyata. Gadget addict menjadi momok serius yang wajib ditangani segera. Jika tidak ingin korban terus berjatuhan.


Dewasa ini, fungsi gawai memang bukan sekedar alat komunikasi saja. Banyak hal dan kebutuhan manusia yang bisa diakses lewat gawai. Bahkan gawai bisa dijadikan sarana berbisnis dan usaha.

Namun bak pisau bermata dua, gawai memiliki sisi negatifnya. Kecanduan gawai bisa berakibat fatal. Dari Anti sosial, narsisme hingga depresi. Game disorder bahkan bisa membawa kepada mental illnees.


Timbulnya Gadget addict sendiri menandakan ada kesalahan dalam praktik penggunaan teknologi. Kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan edukasi dan ‘keamanan’ konten oleh negara.


Jelas, hal inilah yang menciptakan berbagai bencana dalam kehidupan. Gawai sejatinya ada untuk memudahkan pemenuhan hajat dalam kehidupan, malah jadi pemicu dari berbagai persoalan. 

Teknologi Seharusnya Membantu Kemajuan


Di dalam Islam, teknologi yang berkembang seiring perkembangan zaman, sangat didukung dan digalakkan. Apalagi demi kebutuhan dan kemajuan umat. Negara wajib menjamin, fasilitasnya ke seluruh masyarakat. Namun demikian, perkembangan teknologi tetap harus searah dengan aqidah islam. Konten – konten tidak bermanfaat apalagi melanggar hukum syara’, pasti ditindak dengan tegas. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan praktek di sistem kapitalis.  Dalam alam kapitalis, gadget hanya dijadikan sebagai sarana para kapital meraup keuntungan. Sehingga perusahan- perusahan game, penyelia konten porno dan aplikasi- aplikasi yang tidak mendidik lainnya dibiarkan meraja lela. Inilah yang mengakibatkan teknologi yang seharusnya menjadi sarana kebangkitan umat, malah menjadi masalah bagi generasi masa depan.  


Wallahu’alam..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak