Ekonomi Semakin Hancur Akibat Kian Liberal dan Pro Asing



Oleh. Reni Tresnawati

 (Pengamat Generasi dan Ibu Rumah Tangga) 


Di tengah ketidakpastian global yang memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia saat ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengaku bahwa pemerintah negara masih dalam masa sulit. Padahal, kinerja APBN 2019 hanya menyisakan satu bulan lagi. Dia mengatakan ketidakpastian global memberikan dampak pada beberapa sektor industri di tanah air. Beberapa industri yang terdampak merupakan salah satu penyetor besar penerimaan negara. 

" Artinya, kalau perusahaan mengalami tekanan, sehingga penerimaan mereka lebih menurun, maka pembayaran pajak mereka juga akan menurun, kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR. Jakarta,  senin 14/11/2019 ( detikfinance). 

Perekonomian Indonesia tumbuh, ya tumbuh. Tetapi melambat. Jangankan menagih janji perrumbuhan 7% di awal kampanye Joko Widodo (Jokowi)  2014 lalu, ekonomi Indonesia tak mampu bergerak dari 5%. Perlambatan perekonomian Indonesia kian nampak sejak triwulan I -2019. Dan BPS baru saja melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh melambat pada triwulan III - 2019. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% di triwulan III - 2019 atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,05%.   (15/11/2019)  (CNBC Indonesia). 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melemah, berpengaruh kepada yang lainnya. Asian Development Bank (ADB) melaporkan 22 juta orang Indonesia masih menderita kelaparan. ADB bersama International Food Policy Research Institute (IFPRI) mengungkapkan hal itu dalam laporan bertajuk ' Policies to Support Investment Requirements of Indonesias  Food and Agriculrure Development During 2020-2045.

Kelaparan diderita 22 juta orang, atau 90% dari jumlah orang miskin Indonesia versi Badan Pusat  Statistik (BPS) yang sebanyak 25,14 juta orang dikarenakan masalah di sektor pertanian, seperti upah buruh tani, yang rendah dan produktivitas yang juga rendah. 

" Banyak dari mereka tidak mendapat makanan yang cukup dan anak-anak cenderung  stunting. Pada 2016 - 2018, sekitar 22,0 juta orang di Indonesia menderita kelaparan, ' terang laporan tersebut di kitip dari laman resmi ADB. Rabu 6/11/19.  (CNN Indonesia).

Ada lagi, wacana penghapusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Namun, ditolak oleh beberapa pemerintah daerah. Salah satunya Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Menurut Bima kenapa dirinya tidak setuju, karena tidak semua aspek yang ada di dalam IMB dan Amdal, bisa dimasukan ke dalam Rancangan Detail Tata Ruang (RDTR). Ditambah lagi belum semua daerah memiliki RDTR. (8/11/2019) (OKefinance) 

Belakangan angka pengangguran di Indonesia dikabarkan menurun. Namun, nyatanya berdasarkan data BPS tengah tahun ini, tercatat ads 5,01% penduduk produktif yang menganggur. Indonesia tertinggal dari Laos dan Kamboja, yang secara berurutan mencatat 0,60% dan 0,01% pengangguran dalam data BPS. Artinya, ini memang menjadi angka terindah dalam sejarah Indonesia, tetapi tetap menjadi yang tertinggi kedua di Asia Tenggara. 

Padahal, beberapa waktu mendatang Indonesia akan menghadapi periode krusial bonus demografi. Kepala Generasi Muda Indonesia  milenial yang berumur 20 - 35 tahun, mencapai 24%, setara dengan 634 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14 - 64 tahun). 11/10/2019. (IDT DAY. CO) 

Berdasarkan data di atas tentang permasalahan ekonomi Indonesia, sungguh ironis. Bagaimana tidak, Indonesia yang melimpah ruah kekayaan alamnya dan berjuta jiwa manusia, tetapi tidak menjadikan Indonesia sebagai super power. Malah, Indonesia dikatakan negara pembebek. Negeri khatulistiwa dambaan negara lain, ternyata lemah didalamnya. Sehingga bisa seenaknya dimainkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Indonesia sudah gagal menjadi super power. Dan bertekuk lutut dihadapan sang penjajah. 

Sejak asing menguasai, pertumbuhan Indonesia mentok. Pembangunan infrastruktur kian tak terkendali. Kesejahteraan makin merosot, (penerimaan negara seret, kelaparan merajalela, jutaan orang menjadi pengangguran dan semaki berat beban hidup dengan kenaikan tarif beraneka layanan publik). Beban berat hidup yang dirasa umat saat ini, membuat bangsa Indonesia kian terpuruk dalam segala bidang. cengkeraman kapitalisme, begitu kuat bercokol di negeri ini. Indonesia dibuat tak berdaya dan selalu manut saja apa kata tuannya. Termasuk yang merugikan bangsa dan rakyatnya sendiri. 

Kegagalan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi, dikarenakan semakin liberal dan mementingkan kepentingan investor. Tak perduli kepentingan dan kesejahteraan bangsa dan rakyatnya. Yang penting bapak senang. Dirinya dan anak kenyang. Mereka yang rakus kekuasaan selalu keuntungan semu yang dipikirkan. Padahal, ada keuntungan hakiki yang bisa mensejahterakan seluruh penduduk negeri. Indonesia dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA)  dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak sedikit, sebenarnya mampu mengelola dan memanfaatkan sendiri. Tak perlu meminta bantuan luar negeri. 

Sampai kapan negeri ini akan bangkit dari keterpurukan dan ketidakberdayaan  dari kuasa asing? Sebagai manusia yang Allah berikan akal dan pikiran, seharusnya manusia mempunyai keinginan untuk maju dan memperbaiki keadaan ini, agar menjadi lebih baik. Ambillah solusi hakiki yang datangnya dari sang Pemilik bumi ini. Yaitu, Allah SWT. Beralihlah ke sistem Islam, yang sudah membuktikan selama kurang lebih 13 abad berjaya. Islam mensejahterakan penduduk bumi, tidak hanya satu negara, tetapi Islam mampu mensejahterakan semua warga  dunia, kehidupan umat manusia pun aman sentosa dan melestarikan peradaban islam ke seluruh penjuru dunia. Wallahu'alam. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak