DISINTEGRASI AKAR DARI KAPITALISME



Nurmin M. Ely

Mahasiswa Sastra Inggris ( FIB)
Akhir-akhir ini perpecahan terus terjadi di negara kita, diantaranya adalah Papua yang ingin melepaskan diri dari indonesia dan ingin membangun negara sendiri atas dasar ketidakadilan, ketidaksejahteraan, dan rasialisme. Maukah kita terus berlinang dalam sistem demokrasi? Sistem yang tidak mampu mengikat/mempersatukan umat. sistem yang kemudian sangat di sanjung-sanjungkan oleh pemerintah kita saat ini, yang bangga akan aturan yang diterapkan, padahal aturannya membuat rakyat semakin menjadi-jadi, semakin rusak dan semakin dangkal pemikirannya. Disintegrasi adalah salah satu gerakan yang sudah nampak jati dirnya di kalangan masyarakat, kerusuhan di Wamena terjadi sangat masif beberapa gedung dibakar, fasilitas umum dan rumah-rumah rusak, bahkan memakan banyak korban. Namun sayangnya, pemerintah seakan tuli dan buta dalam menangani masalah tersebut. Seakan bungkam, bahkan cenderung cuek dan tidak peduli. hal ini menunjukkan bahwa sikap pemerintah sangatlah berbeda 190 derajat apabila ditujukan kepada umat islam. 
Gerakan disintegrasi merupakan masalah yang serius, jika dibiarkan begitu saja maka perpecahan tersebut akan terus beredar di berbagai daerah-daerah lain yang akan melakukan hal yang sama yaitu memisahkan diri dari negaranya. Apa gerangan yang membuat suatu daerah ingin memerdekakan diri dari negaranya? Karena mereka diikat oleh ikatan nasionalis dan kesuku-sukuan (sukuisme). Memang benar ikatan nasionalisme bisa mempersatukan bangsa namun nasionalisme juga dapat memecah belahkan bangsa dan membuat konflik antara bangsa yang dapat menghancurkan bangsa itu sendiri. Lihatlah bagaimana konflik yang terjadi antarsuku, semua itu terjadi karena nasionalisme. Ini jelas bahwa nasionalisme adalah ikatan yang lemah yang tidak mampu mempersatukan umat bahkan bisa menjadi pemecah belah umat. Sesuai dengan fakta bahwa Timor-Timur yang telah melepaskan diri dari indonesia karena nasionalisme yang dimiliki oleh orang Timor-Timur. Mereka merasa bahwa bangsa mereka adalah bangsa yang berbeda dari indonesia. Dan saat ini Papuapun merasakan hal yang sama, ingin melepaskan diri dari indonesia. Inilah sistem yang dianut oleh indonesia saat ini, bukannya mempersatukan dan memberikan kesejahteraan dan keadilan terhadap umat, justru mempersulit dan menyengsarakan umat dari berbagai penjuru.
Katanya, di indonesia banyak suku dan bangsa yang terdiri lebih dari 300-an, seperti bangsa Jawa, Batak, Sunda, Madura, Betawi dan lain sebagainya. Tetapi indonesia justru mengalami detik-detik kehancuran yang  benar-benar nyata dan tidak menutup kemungkinan kehancuran itu akan terus berlanjut apabila sistemnya tidak diubah. Inilah akibatnya jika sistem kapitalisme yang diterapkan dalam kehidupan, maka yang akan dihasilkannya adalah generasi-generasi pembebek, generasi yang tertidur dalam waktu yang berkepanjangan dibawah naungan kepemimpinan liberal. 
Disintegrasi akan terus mengalir dimanapun dan kapanpun. Jika sistemnya bukan  sistem islam maka tidak ada kemaslahatan di dalamnya melainkan kehancuran dan pemecah belahan/disintegrasi yang akan melekat di dalamnya. Sungguh sikap ambigu pemerintah saat ini semakin terlihat dan jelas, sehingga patut untuk dituntaskan dari akar hingga kepucuknya agar tidak terjadi lagi disintegrasi. Dari sini kita bisa lihat bahwa munculnya disintegrasi karena permsalahan dalam persatuan yang sedang terjadi saat ini. Namun jika persatuan atau hukum yang dibuat berasal dari manusia maka tidak akan bertahan lama. Justru aturannya akan kebobrokan seperti aturan yang diterapkan saat ini. Tidak ada suatu aturan yang kemudian mampu mengikat/mempersatukan umat selain dari aturan islam, hanya islamlah yang kemudian mampu menyatukan umat islam secara totalitas. Karena saat sistem islam diterapkan dalam kehidupan maka kesejahteraan dan keadilan akan terealisasi dan persatuan benar-benar terwujud secara keseluruhan(kaffah) di seluruh penjuru dunia. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak