Dimana Naluri Keibuan?



Oleh: Rini Sulistiana, S.Pi
(Ibu dan Aktifis Dakwah)

Kasus balita ZNL di Jakarta kembali menambah daftar panjang kasus kekerasan dan penganiayan di negeri ini,.  Balita ZNL yang baru berusia 2,5 tahun,  tewas setelah digelonggong air galon oleh sang ibu, NP (21).  Si ibu mengaku menyiksa anaknya lantaran stres diancam akan diceraikan oleh sang suami.  "Istrinya stres diancam diceraikan apabila anaknya ini dalam kondisi kurus, tidak bisa gemuk, selain itu adanya masalah perekonomian di keluarga korban “ kata Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat  (detik.com,25/10).


Murni Kesalahan Ibu?

Melihat kasus sekilas, semua orang sepakat NP memang layak diganjar sanksi pidana. Apalagi, diduga bukan hanya sekali dia diduga menganiaya anaknya. Berdasarkan luka lebam yang terdapat di tubuh NZL, balita malang ini diperkirakan sudah beberapa kali menghadapi sikap kasar sang ibu. Namun di sisi lain, polisi juga menemukan fakta bahwa NP tengah berada dalam kondisi depresi akibat tekanan dari suami dan keluarganya. “Untuk motif pelaku, diduga mengalami tekanan secara psikis karena diancam akan diceraikan oleh suami. Karena tekanan tersebut, pelaku akhirnya kehilangan kendali dan emosi sehingga akhirnya secara agresif melakukan perbuatan tersebut,” kata polisi. 

NP dianggap tidak mampu mengurus NZL yang badannya terlihat kurus. Sebagai catatan, NZL juga memiliki saudara kembar. Sekitar enam bulan sebelumnya, NZL sempat dirawat oleh nenek alias mertua NP.   Karena adanya perbedaan fisik antara NP dan saudara kembarnya, sang nenek sempat menuding NP membedakan kasih sayang antara anak-anaknya. 

Perlu diketahui, tekanan atau tuntutan berlebih terhadap para ibu memang kerap menimbulkan depresi. Ironisnya, saat ini tekanan bukan hanya datang dari suami maupun keluarga saja. Lingkungan atau bahkan sesama ibu juga seringkali saling melakukan penilaian terhadap gaya hidup, cara mendidik serta mengurus anak.

Belum lagi kehidupan yang semakin hari  bukan semakin mudah. Menjalaninya tidak lah semudah membalikan telapak tangan. Setiap hari tuntutan hidup semakin berat, masalah ekonomi adalah salah satu perkara penting untuk menopang kehidupan.  Bisa dirasakan bagaimana rakyat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga ketika sembako serba mahal, tarif air bersih, tarif listrik yang terus naik, belum lagi keperluan pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.  Tidak jarang para emak stres dalam mengelola keuangan.
            
Apalagi ditambah tidak ada keharmonisan dalam keluarga, dimana suami sejatinya adalah memimpin dan melindungi keluarga tidak lagi dirasakan hangat dan melindungi, sehingga para ibu sering menyelesaikan masalah sendiri.  Bahkan bisa nekad mencari jalan pintas. Astaghfirullah.
           
Jadi tak bisa hanya menyalahkan ibu, lalu salah siapa?


Sistem yang Menyejahterakan Ibu dan Anak
Sulitnya dalam memenuhi kebutuhan pokok dalam keluarga, sesungguhnya akibat dari sistem buatan manusia, sistem kapitalis sekuler.  Saat ini tidak ada jaminan kebutuhan dan kesejahteraan hidup.  Sistem kapitalis juga berpotensi menghilangkan naluri keibuan, sehingga dengan alasan ekonomi tega menghilangkan nyawa anak kandungnya.  
          
 Padahal ibu sangat dimuliakan dalam Islam dengan mengangkat tinggi derajatnya surga di bawah telapak kakinya. Fitrah perempuan sebagai ibu hilang.  Allah telah menciptakan perempuan dengan fitrah seorang ibu,  yakni menjadi pengatur atas rumah tangganya dan madrasah (sekolah) pertama juga utama bagi anak-anaknya. 

Sistem kapitalis telah membuat peran keluarga hancur, dimana semua kebutuhan rakyat diserahkan ke individu.  Karena  negara tak punya  punya fungsi menjamin kebutuhan semua rakyat. Negara Cuma reguator. Kekayaan negara bukan lah diperuntuntukan untuk kesejahteraan rakyat. Menjual aset-aset publik kepada swasta dan asing, semua dibolehkan di sistem kapitalis.  Inilah yang menyumbang ketidak mampuan negara menjamin kebutuhan pokok rakyat bisa terpennuhi secara optimal. Padahal sejatinya SDA wajib dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. 
      
Sistem kapitalisme saat ini, segala sesuatu dijadikan  bisnis yang akan meraup leuntungan, termasuk hak publik. Sehingga pendidikan, kesehatan dsb nya tak jarang telah menjadi bisnis, sehingga harga meroket drastis.  Tak terjangkau. Apalagi  fakta sulitnya mendapatkan pekerjaan bagi kaum laki-laki, karena bersaing dengan kaum perempuan, sehingga bisa dibayangkan banyaknya kaum laki-laki tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 
       
Sungguh kesalahan terbesar bangsa ini adalah karena tak mau berhukum kepada hukum Allah, sehingga insting para ibu pun ikut tergerus.  Padahal keluarga adalah tempat terbaik bagi anak-anak mestinya.  Namun di sistem bobrok, justru keluarga pun bisa merenggut jiwa mereka.  ''Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan limpahkan kepada mereka keberkahan dari atas langit dan dari perut bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.''(TQS 7:96). 
         
    Padahal kehidupan rumah tangga sakinah mawadah wa rahmah adalah impian setiap keluarga. Hal tersebut dapat terwujud dengan pondasi akidah yang kuat, landasan pada syariat Allah SWT.  Perempuan diamanahi sebagai istri, ibu,  menyusui, mendidik anak dan mengurus suami, sedangkan laki laki diamanahi sebagai pemimpin dalam rumah tangga, mencari nafkah memberikan kasih sayang kepada keluarga. Sistem Islam mampu membebaskan kaum ibu dari keterpurukan. Islam menjamin kesejahteraan kaum perempuan. Laki laki dijamin lapangan pekerjaan dan upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika ia tidak memiliki suami, maka wali atau saudara laki-lakinya yang berkewajiban menanggung nafkahnya. Negara akan menanggungn jika  tidak ada seorang pun yang dapat menanggungnya. Artinya, dalam Islam kaum ibu begitu dimuliakan dan ditempatkan sesuai kodratnya. 
         
Tingkat stress kaum ibu dalam mengelola kebutuhan rumah tangga bisa di minimilasir, selain bersandar pada ketaqwaan pada Allah.  Islam menjamin agar kaum ibu benar-benar dapat menjalankan tugas utama dirumahnya, sebagai wujud ketaatan kepada Allah.  Islam juga memerintahkan kaum ibu untuk menimba sebanyak-banyaknya pemahaman Islam sebagai bekal dalam mendidik anak-anaknya serta bekal menjalani hidup demi mendapatkan ridha Illahi.
        
Maka  ibu juga harus didorong untuk berjuang dalam penyebaran dakwah Islam sebagaimana halnya laki-laki, karena dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Terutama dakwah untuk mewujudkan kembali hukum Allah di muka bumi.  Ini adalah wujud kepedulian terhadap problematika umat termasuk problem yang menjerat kaum ibu. Oleh karena itu.  tak perlu ragu bahwa penerapan syariat Islam kaffah adalah solusi tuntas dalam menyelesaikan masalah keluarga termasuk kaum ibu, dari jeratan sistem Kapitalism.  Insya Allah[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak