Oleh : Lilik Yani
Sesibuk apapun urusan dunia, tetap upayakan mengkaji ilmu agama. Karena menuntut ilmu agama hukumnya wajib bagi setiap muslim. Tak terkecuali kalian, Anakku. Di tengah kesibukan belajar ilmu dunia, harus meluangkan waktu untuk datang ke taman Surga.
********
Anakku, ibu perhatikan hari-harimu sangat padat. Seakan waktumu habis untuk urusan duniamu. Engkau disibukkan dengan agenda kuliah, mengerjakan tugas-tugas, belajar materi untuk quiz, belum lagi kalau ada praktikum. Betul-betul menyita waktumu, karena masih harus membuat laporan praktikum dan malamnya harus belajar materi kuliah buat besoknya. Tidak jarang engkau ketiduran saking capeknya. Begitu berulang setiap hari.
Sampai berapa lama itu kalian lakukan, Nak? Paling cepat 3,5 tahun kalian lalui masa-masa itu di kampus. Kemudian masih dilanjut praktek di Rumah Sakit dalam waktu cukup lama dan pastinya lebih menyita waktumu.
Lalu kapan engkau bisa meluangkan waktumu untuk mencari bekal akherat? Dunia yang tidak lama saja, engkau menyiapkan mati-matian. Sementara kehidupan akherat yang kekal, bekal apa yang sudah engkau persiapkan?
Pastinya tidak mungkin kan, jika perjalanan panjang di akherat nanti tanpa bekal? Atau membawa bekal tapi sedikit? Tidak akan cukup, Nak? Maka sadarilah sekarang. Waktu yang sudah lewat tidak bisa kembali. Fokus dengan waktu dan kesempatan yang engkau miliki sekarang.
Luangkan waktumu untuk menuntut ilmu agama. Karena menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim“. (HR Ibnu Majah no. 224)
Karena wajib, jika tidak dilakukan akan berdosa. Lantas ilmu apa yang wajib dipelajari? Kalau belajar Ilmu Agama hukumnya wajib 'ain, jadi setiap muslim wajib mempelajarinya. Kalau ilmu dunia (seperti kedokteran, tehnik, juga yang lainnya), hukumnya wajib kifayah, jadi kalau sudah ada yang mempelajari, maka akan gugur kewajiban bagi muslim yang lainnya.
Sedangkan Ilmu-ilmu agama (syara’) yang di dalamnya akan dipelajari tentang pokok-pokok keimanan (aqidah), ilmu-ilmu tentang syariat Islam, ilmu tentang cara interaksi dengan orang lain (muamalah), dan masih banyak lagi, itu yang kalian harus mempelajarinya hingga paham.
Satu ilmu saja, sungguh membutuhkan kajian khusus. Bagaimana kalau semuanya? Maka dari itu, perlu kau biasakan untuk mengikuti kajian agama Islam secara rutin. Jadi kau harus mau meluangkan waktu untuk belajar agama, sesibuk apapun aktivitasmu, Nak.
"Baik, Bu. Tapi masalahnya tugas-tugas yang harus dikerjakan sangat banyak. Jadi serasa tidak ada waktu untuk istirahat. Apalagi untuk pergi ke tempat pengajian. Membutuhkan waktu dan energi yang banyak." Begitu keluhmu pada ibu.
"Anakku, coba engkau buat agenda harian atau mingguan. Kau susun jadwal kegiatanmu dan buatlah skala prioritas. Awalnya mungkin terasa berat, karena belum terbiasa. Lama kelamaan engkau akan merasakan nikmatnya belajar ilmu agama. Karena belajar agama di majelis ilmu, ibarat kita datang ke taman-taman surga."
“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, maka perbanyaklah berdzikir".
Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab : “ yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis-majelis ilmu)”. (HR Tirmidzi No. 3510).
Bahkan dengan menempuh jalan menuntut ilmu itu akan dimudahkan jalannya menuju Surga.
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenangan akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyanjung mereka di hadapan malaikat yang berada disisiNya”. (HR Muslim No. 224)
Ibu yakin, jika kalian bisa membuat keseimbangan antara belajar ilmu dunia dan belajar ilmu agama, InsyaAllah prestasi kalian akan lebih baik. Karena Allah akan menolong kalian dan memudahkan semua urusan kalian.
"Ibu benar, mungkin karena belum terbiasa saja sehingga kami perlu mencoba dulu. Jika tugas-tugas sudah selesai, kami upayakan mengikuti kajian Islam." Begitu katamu waktu ibu memberi nasehat.
"Anakku, kalian akan jenuh jika waktumu hanya terisi dengan belajar ilmu-ilmu dunia. Tapi dengan diiringi belajar ilmu agama di taman Surga, maka jiwa pun jadi lebih tenang dan lapang. Pikiranmu fresh, badanmu sehat, sehingga mudah menyerap berbagai ilmu. Bagaimana, bisa dipahami, Nak?"
"Oya, Bu, bagaimana kalau kami belajar agama lewat internet saja? Sekarang kan semua sudah lengkap. Cari info apa saja selalu update. Kami kan tidak perlu capek-capek keluar rumah?" tanyamu, seakan memberikan penawaran yang baik.
"Betul, di internet memang sudah tersedia lengkap, materi atau kajian apapun yang diperlukan tinggal klik. Kemudian muncul semua info yang kita perlukan. Tapi hati-hati, Nak. Ada banyak sekali fitnah atau ujian yang kita temui saat nge-net di dunia maya. Iklan lalu lalang yang menggoda iman, foto-foto lawan jenis, berita-berita hoax yang tidak jelas sumbernya, fenomena Ustadz dadakan yang pandai berdalil, debat kusir soal agama, dan yang lainnya. Itu semua berbahaya kalau kalian ambil langsung tanpa tabayyun (konfirmasi) pada ulama yang benar (menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah)."
"Tapi kalau kita datang ke majelis ilmu, berhadapan dengan dunia nyata, kita dapat belajar langsung dari Ustadznya, bisa dialog, tanya yang belum paham, bisa langsung tabayyun jika ada yang tidak jelas, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Selain itu kita bisa melihat contoh langsung akhlak dan ketaqwaan, kesabaran, dan tawadhu para Ustadz."
"Oh, begitu ya, Bu? Jadi lebih meresap ilmunya dan bisa melihat bagaimana ilmu diterapkan, jika bertemu langsung dengan guru, ya?" katamu meyakinkan.
"Iya, betul, Nak. Karena kalau hanya sekedar ilmu, semua orang bisa berbicara. Namun untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari hanya beberapa orang yang Allah berikan taufik untuk bisa menjalankannya dengan baik."
"Selain itu, dalam majelis ilmu, kalian bisa bertemu dengan orang-orang yang sama visi misi yaitu berorientasi akherat. Hal ini bisa memperkuat iman dan saling berfastabiqul khairat (berlomba-lomba untuk menjalankan kebaikan)."
"Bagi mereka yang sudah merasakan indahnya majelis ilmu (seperti berada di taman-taman Surga ), hal itu akan terasa mudah dan menjadi kebutuhan. Ibaratnya seperti rekreasi atau wisata ruhani yang mengingatkan tentang Allah dan kehidupan akherat, kampung kembali kita kelak."
"Bagaimana, Nak, sudah dipahami maksud Ibu? Sudah tumbuh semangat untuk hadir ke taman-taman Surga? Bismillah..dengan niat mencari Ridlo Allah, semoga Allah memberi hidayah kepada kalian, sehingga diberi kemudahan untuk memahami ilmu dan bisa langsung menerapkannya. Semoga kalian sukses di dunia maupun di akherat. Apapun profesi yang kalian pilih, semua dijalankan dengan niat ibadah, mencari Ridlo Allah."
"Baik, Bu. Akan kami upayakan sungguh-sungguh untuk meluangkan waktu agar bisa mempelajari ilmu agama. Kami ingin menjadi hamba yang taat kepada Allah. Semoga niat kami semakin diteguhkan oleh Allah. Mohon doanya ya, Bu. Semoga kami bisa membuat keseimbangan antara mempelajari ilmu dunia dan agama." Demikian katamu meyakinkan ibu.
Tidak ada alasan untuk tidak belajar mengkaji Islam. Sesibuk apapun, kalian harus mengupayakan untuk datang ke taman Surga. Semoga Allah memberkahi setiap langkah kalian.
Wallahu a'lam bisshawab
Surabaya, 9 November 2019