Cermin Keluarga dalam Sistem Kapitalis




Oleh: Sumiati 
(Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Kebahagiaan dalam rumah tangga merupakan impian setiap orang. Namun, tak semua orang mampu meraih kebahagiaan dalam biduk rumah tangga. Ada yang bahagia ada juga yang menderita. Kehidupan silih berganti. Ada kalanya di bawah, ada kalanya di atas. Namun, jika sebuah rumah tangga fokus kepada petunjuk Alquran, tentu akan senantiasa terjaga sakinah mawaddah warahmah. 

Ada rumah tangga yang penuh dengan drama. Seorang ayah yang hanya menjadi mesin uang. Pergi pagi pulang malam. Ketika anak meminta uang, begitu mudah memberi, tanpa memberikan edukasi hemat dan penggunaan untuk yang bermanfaat. Di saat seorang anak berurusan dengan yang berwajib karena kejahatannya, orang tua cukup menebusnya tanpa ada rasa sedih ataupun menyesal. Uang telah menjadi Tuhannya. 

Ada juga rumah tangga yang mana seorang istri hanya fokus dengan penampilan. Pergi ke sana kemari bersama teman. Shopping, nonton, nongkrong, arisan dan lain-lain menjadi rutinitasnya. Tak pernah berpikir untuk sekadar membuatkan kopi bagi sang suami. Bahkan, mengurus suami dan anak-anaknya dilakukan oleh pembantunya. Ketika bosan dengan suaminya, ia tak segan untuk menggandeng brondong pemuas hawa nafsu.

Anak-anak hidup bebas tak dihiraukan, yang penting uang terus mengalir untuk kebutuhan dan keinginan mereka. Tak risau melihat anak gadisnya tak pulang-pulang. Bahkan, tak sedih ketika anak laki-lakinya menghamili anak gadis orang. Sungguh miris hidup di dunia kapitalis demokrasi. Hidup bak hewan tanpa aturan.

Hal seperti ini terjadi tak lain dikarenakan tidak pahamnya esensi berumah tangga. Mereka hanya menikah karena cinta dunia serta fisik semata. Rumah tangga yang tidak diniatkan untuk bersama di surga. Mereka mencukupkan hanya bersama di dunia dengan kebersamaan semu.
 
Tampak jelas rumah tangga demikian jauh dari kebahagiaan juga ketenangan. Sebab, rumah tangga yang demikian pastilah terasa gersang. Jauh dari aturan Yang Maha Mengatur yaitu Allah Swt. Sangatlah wajar jika stres melanda, baik suami, istri hingga anak-anak. Bahkan, anak-anak mereka menjadi budak khamr, obat terlarang ataupun hubungan ilegal. 

Islam begitu indah mengatur sebuah rumah tangga, menikah diniatkan untuk ibadah. Dididik mencintai karena Allah. Suami adalah pemimpin yang wajib dipatuhi, mendidik istri dan anak dengan Islam penuh kasih sayang. Istri adalah partner suami yang selalu siap menghibur suami jika suaminya memiliki masalah di tempat kerja. Melayani dan menyiapkan segala keperluan suami. Menjadi ibu bagi anak-anaknya, yang mengajari mereka tentang Islam. Islam diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Tentu rumah tangga seperti ini akan diliputi kebahagiaan. 

Wallaahu a'lamu bi ash shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak