Entah apa yang terjadi di negeri ini, masalah demi masalah muncul hingga membuat negeri ini antri dengan musibah. Tahun berganti tahun, presiden berganti presiden, bahkan undang-undang pun mengalami pergantian, namun kondisi yang dialami negeri ini bukannya makin membaik, tapi malah makin sakit. kita bisa mengindranya sendiri dengan fakta yang terjadi belakangan ini.
Seperti kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, pada Senin (23/9/19) lalu, yang dimana massa membakar 5 perkantoran, 80 mobil, 30 motor dan 150 ruko. Hingga Selasa (24/9/19) malam, total 28 jenazah telah ditemukan dan 70 orang luka-luka. Selain itu, sekitar 5.000 warga mengungsi di 4 titik pengungsian. (pwmu.co). Dan sampai sekarang, gelombang eksodus masih terjadi hingga kini. Sebelum kerusuhan ini terjadi, mahasiswa Papua melakukan aksi demo di depan Istana Negara karena ada tindakan rasis yang dilakukan. Dari demo inilah Papua menyerukan disintegrasi terhadap negara, hingga berujung pada kerusuhan di Wamena.
Di tengah-tengah masalah Papua, muncul lagi musibah di Riau, Pekanbaru, yakni kebakaran hutan yang mengakibatkan Penduduk disekitarnya mengalami penderitaan yang luar biasa seperti sulit bernafas, mata terasa perih, tenggorokan kering, pusing, hilang kesadaran, dan kematian. Udaranya penuh polusi sedangkan solusi hanya ilusi.
Kemudian, dari sisi pelayanan rakyat, iuran BPJS makin menjerit sedangkan rakyat makin tercekik. Di tambah lagi subsidi yang dikurangi, listrik naik, air makin sulit, dan kebutuhan pokok makin tak terbeli karena semua serba mahal. Katanya mau mengurangi kemiskinan tapi nyatanya malah membuat rakyat miskin mati perlahan.
Masih banyak lagi masalah-masalah yang muncul di negeri ini, sehingga menjadikan bumi pertiwi darurat dengan musibah. Ini menandakan bahwa penguasa ataupun pemerintah tak mampu mengatasi atau mengurangi masalah yang terjadi.
Bahkan ketika rakyat terancam nyawanya dengan musibah-musibah yang ada, sebagian orang yang duduk di kursi pemerintahan malah asyik memakan uang negara dengan dalih jalan baru untuk mencari nafkah anak istri. Korupsi memang tak ubahnya pekerjaan yang menjanjikan sumber nominal yang fantastis. Padahal negeri ini berpenduduk mayoritas muslim dan uang korupsi itu jelas-jelas haram hingga seharusnya uang tersebut diberikan ke rakyat agar rakyat bisa terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Lantas apa yang harus dilakukan agar semua masalah ini bisa terselesikan dan bisa mencegah masalah lain masuk?
Menuntaskan segala masalah-masalah atau problematika umat yang ada memang akan sulit sepanjang landasan kehidupan bernegara ini tegak atas asas sekularisme dan sistem demokrasi yang merupakan anak dari ideologi kapitalisme. Karena asas dan sistem ini, lahir dari akal manusia yang terbatas, yang dimana dalam pembuatan aturan pun manusia sendiri tak tahu mana yang terbaik untuk mereka. Sementara untuk peran agama sendiri mereka singkirkan ke sudut-sudut masjid dan ruang-ruang privat lainnya. Jadi, wajar jika kita menemukan banyak musibah terdapat di negeri ini karena banyak maksiat yang masih merajalela di bumi pertiwi ini.
Berbeda dengan sistem Islam. Keberadaan akidah terus dikondisikan agar melekat pada setiap individu kapanpun dimanapun. Baik dikehidupan privat maupun publik. Oleh karenanya, keyakinan akan adanya Allah beserta seluruh sifat-sifatNya, keberadaan hari hisab, adanya malaikat pencatat dan lain-lain, akan menjadi self control alias pengawasan melekat yang efektif mengerem perbuatan-perbuatan maksiat.
Apalagi ditambah budaya masyarakat Islam yang kental dngan amar-ma’ruf nahi munkar dan penerapan sistem sanksi yang berat dan berdimensi dunia-akhirat akan menjadi alat cegah bagi maraknya kasus-kasus maksiat yang kita sendiri bisa mengindra faktanya sekarang.
0leh karenanya, yang harus dilakukan umat ini agar terlepas dari segala problematika yang ada yaitu mengganti sistem buatan manusia dengan penerapan sistem Islam kaffah yang bisa memunculkan para pemimpin taat syariat dan mencerabut segala masalah dari akarnya hingga negeri ini jauh dari musibah.
Mari kita simak sabda Rasul saw : “Sesungguhnya seorang pemimpin itunmerupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapat akibatnya.” (HR. Muslim).
Dan Firman Allah subhanallahu wa ta’ala: “dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki dan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah [5]: 49).
Tags
Opini