Oleh Ade Irma
Kita hidup di negeri yang mayoritasnya muslim. Standar bagi muslim dalam bertindak adalah halal dan haram. Namun sebaliknya di negeri ini halal, dan haram sudah tidak dipedulikan. Amanah pun soal belakangan, yang utama adalah kekuasaan.
Padahal, menjadi pemimpin yang berkuasa bukanlah hal yang mudah, siapa pun yang mendapat amanah sebagai seorang pemimpin pasti akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak, amanah bukan main-main.
Rosulullah saw.bersabda : “Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan dia kan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus” (HR al-bukhari dan Muslim)
Aneh bukan? Di negeri yang mayoritas muslim, nafsu mereka mengalahkan keimanan mereka. Mereka seolah tak peduli bahwa jabatan dan kekuasaan mereka bisa menjadi penyesalan yang amat mendalam akibat tidak amanahnya mereka.
Perjalanan demokrasi di negeri ini, memberi banyak bukti adanya pelantaran terhadap hak-hak rakyat. Seperti, pangan import yang mencekik petani dan rakyat, pemalakan BPJS yang semakin menyakiti rakyat, angka kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat, akibat semakin sulitnya lapangan pekerjaan bagi rakyat. Namun justru negeri ini membuka lebar bagi pekerja asing untuk menjadi pekerja tetap dinegeri ini dengan gaji yang fantastis.
Melihat kondisi kinerja pemerintah saat ini membuat rakyat kian mencekik. Seolah tak ada angin segar dari jaminan kehidupan yang baik dari rezim saat ini. Alih-alih memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat. Namun sebaliknya rakyat kian dipalak serta dipaksa untuk hidup serba sulit dari rezim ini.
Hal ini bukan hal baru bagi rezim saat ini. Sehingga membuat kepercayaan rakyat terhadap rezim saat ini kian memburuk. Karena harusnya rezim saat ini memberikan pelayanan yang terbaik untuk rakyat. Bukan malah memberikan pencitraan seolah-olah kinerjanya sudah baik. Apalagi memberikan survei yang manipulasi demi sebuah pencitraan. Namun pada faktanya terlihat kebobrokannya.
Dilansir dari laman seluruh Indonesia yang tersebar di 34 provinsi, dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk. Rentan margin of error sebesar 2,35% dengan tingkat kepercayaan 95%.
"Tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi- JK di bulan Agustus 2019 mendapatkan angka 76,7%. Dari waktu ke waktu, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi-JK memang naik turun tergantung dinamika yang terjadi, namun angkanya relatif stabil cukup baik yaitu 70-an persen," ujar CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali kepada Beritasatu.com, Senin (14/10/2019).
Jika dilihat dari hasil survei seolah ada kepuasan terhadap rezim ini. Padahal pada fakta dilapangan rakyat kian tidak percaya dengan rezim saat ini. Karena hanya memberikan janji-janji tanpa bukti dengan berbagai drama dagelan politik membuat rakyat seolah tak percaya dengan pemerintah saat ini.
Seperti ada manipulasi data dalam survei ini. Bukti bahwa kepemimpinan dan lembaga survei yang harusnya bersikap objektif digunakan sebagai medium untuk pencitraan rezim bahkan tanpa malu memberikan simpulan yang bertentangan dengan kenyataannya dan tidak sesuai dengan akal sehat rakyat.
Dari segala problematika yang sudah kita bahas dipenjelasan sebelumnya, marilah kita bercermin pada kepemimpinan Islam yang jauh berbeda dengan kepempinan demokrasi yang diterapkan di negeri kita ini. Islam dengan dasar aqidah Islam, dan dasar hukum Al-Qur’an danSunnah menjadi satu-satunya sistem pemerintahan yang berorientasi pada akhirat.
Dalam hal kepemimpinan, Islam tidak pernah melarang siapun untuk berkuasa. Terjadinya pergolakan politik, dan bagaimana cara kekuasaan itu didapat, serta kerangka apa kekuasaan itu diraih, semua itu menjadi kewajaran dalam pandangan Islam.
Namun, dalam kepemimpinan Islam kekuasaan itu diraih dengan cara yang ahsan tidak ada penindasan terhadap rakyat, tidak pula nafsu yang menjadi penggerak. Semua berjalan sesuai syariat dengan tata cara Islam yang tepat. Seabagi contoh Umar bin Khaththab yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar sebagai khalifah sebelumnya, karena Umar dinilai mampu memimpin umat Islam.
Sebagai seorang penguasa yang taat kepada Allah, amanah yang dibebankan kepada Umar bin Khaththab dijalankan dengan penuh kedisiplinan, tanggungjawab, dan ketegasan. Pernah sekali Umar terlambat ke masjid karena menunngu baju yang satu-satunya kering karena sedang dicuci. Ia juga melarang keluarganya mengambil keuntungan dari kekuasaannya.
Selain itu, dalam masalah kesehatan. Pada masa Umar menjadi khalifah, Umar menyediakan dokter-dokter gratis, dan menyediakan secara cuma-cuma kepada rakyatnya. Sangat berbeda bukan dengan sistem di negeri kita saat ini? Coba cek kembali penjelasan permasalahan BPJS di atas.
Begitulah sosok pemimpin Islam, yang tak bernafsu terhadap dunia. Namun, kepemimpinannya memang diberikan untukmaslahat umat. Kepemimpinan yang tidak terlalu lama, dan singkat. Tapi Umar berhasil mencapai kemajuan yang luar biasa, dan kemakmuran melingkupi segenap negeri.
Tidakkah rindu kita akan kepemimpinan yang seperti ini? Kepemimpinan amanah dengan diterapkannya syariat Islam di tengah-tengah umat. Kepemimpinan yang mampu melahirkan pemimpin yang tidak hidup untuk menindas rakyat. Wallahu alam.