Alquran dan Rasulullah Bukan Bandingan Pancasila dan Soekarno




Oleh: Sumiati 
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif 


Beberapa waktu lalu umat Islam dicampakkan oleh orang yang cukup terkenal di negeri ini, perihal konde versus cadar. Rupanya ibu ini tak puas sampai di situ, kekuasaan telah menggelapkan mata hatinya. Berseliweran video di media, ia mempertanyakan dan membandingkan antar Alqur'an dan Pancasila, ia juga mempertanyakan siapa yang berjuang di abad ke-20 untuk kemerdekaan Indonesia apakah Nabi Muhammad yang mulia atau Soekarno.
11/11/2019

Pertanyaan ini tentu sangat tidak pantas jika diucapkan oleh seorang muslim. Namun, itu terjadi tidak lain karena betapa ia tidak mengenal kitab sucinya sendiri yang seharusnya menjadi pedoman hidup seorang muslim. Alqur'an itu hanya digunakan sebagai hiasan lemari, mahar pernikahan, atau sumpah jabatan yang isinya tidak pernah dibuka atau dipelajari. Pantas jika ia mengatakan demikian, Alqur'an tidak diamalkan serta tidak menjadi rujukan setiap permasalahan hidup.  Jika ada masalah, mereka lebih senang studi banding ke luar negeri daripada bertanya kepada ahli agama/ulama. 

Mereka tidak mengenal Rasulullah Saw, sejarah kehidupan Beliau Saw  tidak pernah dibaca, mereka tidak pernah menjadikan Nabi Saw sebagai suri teladan. Bahkan mereka  mengenal Rasulullah Saw hanya dari kata-kata kaum sekuler yang memang jelas-jelas tidak suka terhadap Rasulullah Saw. 

Informasi negatif yang menjadi maklumatnya terhadap pandangan kepada Rasulullah Saw, tidak terbersit untuk mencari tahu sendiri siapa Rasulullah Saw. Jadi, wajar jika bangsa saat ini mengalami kemunduran, karena mereka lebih suka mendengar berita gosip daripada mengkaji langsung dari kitabullah dan as-sunah. 

Allah Swt berfirman:

ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."

(Q.S.9:31)

Islam telah menjelaskan secara terperinci terkait keimanan terhadap Alqur'an kitabullah dan Rosullullah beserta sunahnya. 

Sehebat apapun dia. Alquran itu sendiri adalah pedoman hidup, darinya digali seluruh hukum; mulai yang  wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. 

Sehingga siapapun yang beriman padanya maka ia tidak akan berbuat sesuatu, kecuali sesuatu itu sesuai dengan yang tercantum didalamnya. Begitupun dengan Rasulullah Saw, beliau Rasul mulia teladan manusia, siapa yang inginkan surga, cintailah Allah dan Rasul-Nya juga taat kepada syariat-Nya. 
Allah Swt berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

(Q.S.33:21)

Ketaatan yang benar sesuai dengan 
firman Allah Swt :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(Q.S.4:59)

Berbeda dengan Pancasila, Pancasila hanya buatan manusia, tidak mengherankan jika banyak yang memperdebatkannya. Begitupun dengan Soekarno. Menghormati beliau hanya sebatas menghormati manusia yang berjasa, jika perintahnya bertentangan dengan syariat, maka wajib tidak taat padanya.

Wallaahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak