Oleh : Dian Riana Sari
Bebarapa waktu lalu telah masif terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa dan kemudian disusul oleh pelajar STM (sekolah Teknik Menengah). Demontarasi ini dilakukam dalam rangka menolak RUU KUHP, menolak RUU KPK. Demontrasi ini pun berlangsung diberbagai wilayah di indonesia. Bahkan sampai ada yang menjadi korban dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Puluhan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Mojokerto menggelar demonstrasi di Polres Mojokerto dan Polres Kota Mojokerto. Mereka menuntut usut tuntas kasus meninggalnya Immawan Randy, mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Sultra (Sulawesi Tenggara).
Almarhum merupakan korban penembakan dalam aksi unjuk rasa mahasiswa di Kendari beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk aksi solidaritas, PMII Cabang Mojokerto mengecam tindakan aparat kepolisian dan mendesak polisi mengusut tuntas kasus tersebut.
Para mahasiswa melakukan aksi di depan gerbang Polres Mojokerto di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Mojosar, Sabtu (28/9/2019). Selanjutnya, mahasiswa melakukan salat gaib bersama dengan pihak kepolisian yang berjaga di depan gerbang Mapolres Mojokerto.
Secara kasat mata pun nampak bahwa aksi demontrasi itu sangat ricuh hingga ada yang menjadi korbannya. Ketika mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya sebagai warga negara Indonesia namun dengan kejamnya oleh pihak yang berwenang yaitu kepolisian justru mendapatkan perlakuan yang tidak mencerminkan kemanusiaan sama sekali.
Banyak sekali yang menyayangkan tindakan pihak kepolisian kepada para mahasiswa dan pelajar STM. Selain ada korban yang meninggal ada juga para demonstran yang ditahan dengan tuduhan yang tidak masuk akal. Selain itu juga ada sebagian para demonstran yang dikabarkan hilang setelah aksi unjuk rasa tersebut.
Inilah bentuk ketidaksesuaian yang diwujudkan dalam penerapan sistem demokrasi. Katanya dalam demokrasi menjamin pendapat rakyatnya, tetapi pada faktanya ketika rakyat menyampaikan pendapatnya justru penguasa membungkam dengan tindakan biadab tanpa rasa iba.
Penyebab Unjuk Rasa
Tidak ada asap kalau tidak ada api begitulah kira-kira ungkapan yang tepat menggambarkan situasi negeri kita saat ini. Kompleksnya permasalahan yang menimpa negeri ini membuat rakyat meragukan kinerja dari pemerintah di rezim Jokowi. Ditambah adanya Ruu Kuhp, Ruu kpk yang dianggap melemahkan kinerja KPK dalam menangani permasalahan korupsi.
Inilah titik puncak kekecewaan rakyat atas kepemimpinan yang tak mampu memberikan kesejahteraan secara nyata, tapi justru membungkam publik untuk beropini. Maka dengan berani mahasiswa dan para pelajar STM mewakili suara rakyat untuk menolak Undang-Undang yang tak memihak rakyat bawah.
Dan lucunya DPR yang katanya adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang dimana tugasnya adalah mewakili rakyat nyatanya tak satupun kebijakannya berpihak pada rakyat. Alih-alih sejahtera yang terjadi malah rakyat semakin sengsara. Dan penetapan kebijakan-kebijakan itu tidak melibatkan rakyat sama sekali, dan yang terlibat justru orang-orang yang punya kepentingan pilitik praktis.
Cara Islam Menyelesaikan Unjuk Rasa
Dalam pandangan Islam unjuk rasa/aksi itu sejatinya menjadi wasilah untuk menyampaikan kebenaran kepada penguasa. Unjuk rasa sendiri dalam Islam diperbolehkan dengan syarat tidak melanggar hukum syara' dalam Islam. Sebab mengoreksi penguasa ketika salah dalam kepemimpinannya itu diwajibkan.
Sebagaimana sabda Rasulullah “Seutama-utamanya jihad adalah menyampaikan kalimat yang haq kepada penguasa (sulthan) atau pemimpin (amiir) yang zalim.”_ (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Unjuk rasa dalam Islam boleh dilakukan agar bisa terwujud amar ma'ruf nahi mungkar dan menambah kemaslahatan kepada seluruh umat dalam naungan Islam tentunya. Tapi dalam pelaksanaannya harus sangat diperhatikan agar tidak melanggar hukum syara'.
Misalnya menjaga fasilitas umum, tidak boleh anarkis sehingga mengakibatkan kericuhan, tidak boleh ikhtilat/bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, tidak melakukan kerusuhan hingga mengakibatkan kematian rakyat yang tak bersalah.
Namun pada kenyataannya pada sistem demokrasi saat ini. Aksi unjuk rasa selalu diwarnai kericuhan, kerusuhan hingga rakyat menjadi korbannya. Dan mirisnya kejadian kematian dalam unjuk rasa itu selalu berulang lagi dan lagi. Ini membuktikan bahwa demokrasi gagal menjamin nyawa dan pendapat rakyat.
Maka sangat wajar bila rakyat kecewa dengan perilaku para pejabat negara dan aparat negara yang jelas mendzalimi rakyat. Penguasa sendiri tak memberikan tanggapapan ataupun tindakan tegas guna menyelesaikan permasalahan negeri ini. Sehingga rakyat dengan terpaksa harus turun tangan untuk menuntut keadilan.
Sudah seharusnya dengan nampaknya kecacatan demokrasi ini mampu membuka mata rakyat untuk hanya kembali kepada aturan Allah ta'ala. Karena hanya aturan Allah yang mendatangkan kemaslahatan untuk seluruh rakyat. Dan juga aturan Allah akan menjamin seluruh rakyat untuk hidup sejahtera dibawah naungan Islam.