Tolak Film SIN




Oleh: Ita Mumtaz


Masih membekas luka di jiwa karena terbitnya tontonan perusak moral, film Dua Garis Biru. Kini muncul film SIN dengan tajuk "Saat Kekasihmu adalah Kakakmu Sendiri" yang sarat dengan pelanggaran hukum syariah dan norma yang berlaku di tengah masyarakat muslim.


Film ini diadaptasi dari novel SIN karya Faradita yang populer di wattpad, lalu naik cetak. Hingga diangkatlah ke layar lebar oleh rumah produksi Falcon Pictures dengan sutradara Herwin Novianto, dibintangi Mawar de Jongh dan Bryan Domani. 


Film ini mengisahkan kakak beradik yang terlibat cinta sedarah (inses). Apalagi jika bukan tema pergaulan bebas dan terlarang. Jika film Dilan mengusung kalimat murahan "Jangan rindu, berat, kamu tak akan kuat. Biar aku saja". Maka film SIN mengkampanyekan kata-kata kacangan sok puitis “Aku pernah membuat duniaku berporos pada satu titik bernama kamu. Lalu, kamu memutuskan pergi. Duniaku berhenti." 


Sebuah rangkaian kata yang begitu menawan dan menghipnotis bagi remaja alay tergerus zaman. Padahal ucapan itu terlontar dari seorang laki-laki kepada perempuan yang bukan pasangan suami istri. 


Kalimat yang memang sengaja dipasang sebagai perangkap agar remaja di negeri muslim ini terseret ke dunia hayalan semu penuh roman picisan. Gejolak jiwa remaja distimulus sedemikian rupa agar lalai akan perannya sebagai penggagas perubahan bangsa menuju kondisi lebih baik. 


Sesuatu yang dibuat film pasti akan membawa pengaruh besar bagi penontonnya. Jika sebuah film mengandung muatan kebajikan, tentu akan membawa inspirasi kebaikan. Sebaliknya, jika di sana mengajarkan kisah dan adegan kemaksiatan, maka bisa menjerumuskan ke arah keburukan.


Tanpa disuguhi tontonan yang demikian saja, kasus kriminalitas akibat inses sudah banyak terjadi di tengah masyarakat. Seperti yang kemarin terjadi di Sukabumi, seorang  ibu bejat telah berzina dengan putranya. Kemudian keduanya melakukan pembunuhan. Na'uzubillah. 


Masih banyak lagi kisah nyata nan pilu dan menjijikkan di negeri muslim terbesar ini. Yang secara logis tidak akan mungkin dilakukan oleh seorang manusia dengan karunia akal yang luar biasa. Apalagi diperankan oleh seorang muslim dengan keimanan di dada dan ketakwaan kepada Sang Pencipta.


Demikianlah, perilaku menyimpang marak terjadi di akhir zaman. Hal ini merupakan dampak penerapan sistem hidup sekuleris liberalis yang menggerus iman dan takwa serta akhlak muslim.


Jika ditambah dengan tayangan film perusak moral yang terpapar inses di dalamnya, bisa kita bayangkan bagaimana hancurnya generasi mendatang.


Porak-porandanya generasi seperti inikah yang diinginkan oleh sang sutradara dan produser film kebebasan ini? Tak mengherankan jika saat ini ada saja pihak yang mengorbankan generasi demi segepok keuntungan duniawi. Inilah wajah masyarakat muslim dengan suasana dan aturan kapitalisme yang menuhankan kebebasan serta materi. 


Apa yang mereka perbuat sebenarnya adalah dosa investasi. Namun apa pedulinya, karena halal-haram tak lagi menjadi standar perbuatan. Bagi mereka, berlimpahnya harta dunia adalah kesenangan. Padahal sejatinya, itulah kebahagiaan semu. 


Bagi seorang muslim, makna kebahagiaan yaitu rida Allah. Pijakan perbuatannya tak lain adalah aturan Islam berupa halal-haram. Jika sebuah perbuatan mendatangkan murka Allah, tak akan pernah dilakukan meski menjanjikan berlimpahnya materi. 


Perusakan akhlak generasi dengan cara apapun adalah perbuatan keji. Termasuk memproduksi dan mempropagandakan film yang di dalamnya ada kisah dan adegan yang menginspirasi keburukan. Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga anak-anak umat dari kelemahan fisik dan mental. 


وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا  


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisa'  9) 


Dengan masifnya tontonan perusak moral generasi, kita tolak produksi dan tayangan film-film sampah yang mengundang kemaksiatan. Saatnya menyelamatkan dan menjaga anak-anak bangsa sehingga mereka mampu menjadi tunas harapan terbaik. Generasi pengisi peradaban gemilang di era kebangkitan Islam hari ini. Wallahu a'lam bish-shawab.


 


 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak