Oleh : Iin Sapaah
Sebagaimana yang diberitakan detik.com, beberapa Minggu kebelakang terjadi kerusuhan di Wamena Papua, tepatnya pada hari Senin 23/9/2019. Sejumlah bangunan bahkan gedung-gedung rata dengan tanah akibat pembakaran yang brutal. Lebih parahnya lagi kobaran api tak hanya membakar rumah dan bangunan, tapi juga raga manusia yang tak berdosa.
Kondisi yang mengerikan ini menimpa para perantau Bugis dan Minang di Wamena. Mereka menjadi korban kebrutalan aksi para pendemo yang pasalnya ditunggangi oleh kelompok separatis. Begitu brutalnya para pendemo. Sebagian warga ada yang dibakar hidup-hidup, ada juga korban yang dipaksa dimasukkan dalam mobil lalu dibakar. Lebih sadisnya lagi ada balita yang dipenggal dengan kapak.(sindonews.com 26/9/2019).
Sederet kata yang mewakili kondisi Wamena saat ini tidak hanya geram yang menyesakkan dada, tetapi juga rasa sedih yang mendalam khususnya bagi warga Bugis dan Minang. Tercatat 33 korban tewas akibat perbuatan yang keji dan biadab dan tidak berkeperikemanusiaan itu.
Selain dari sisi korban jiwa, kerugian secara material juga kian bertambah."224 mobil roda 6 dan4 hangus, 150 motor, 465 ruko hangus, dan 165 rumah dibakar" menurut Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal di jaya pura ,Kamis 25/9/2019).
Hampir setiap media menyiarkan berita setiap hari, bagaimana dengan mudahnya manusia saling menganiaya, merampas harta benda, membakar pemukiman, bahkan menghilangkan nyawa. Tragedi ini seharusnya dapat membuka alam sadar kita, bahwa Papua yang penduduknya mayoritas non muslim dan memilih petahana, nyatanya tak pernah berhenti bergejolak. Bentrokan terjadi di mana-mana, bahkan lebih sadis dan brutal pembakaran dan pembantaian tak jauh beda dengan Suriah.
Tak ada asap tak ada api, peristiwa pembantaian di Wamena bukan masalah yang begitu saja terjadi. Namun peristiwa ini merupakan tragedi yang mengerikan hasil dari rentetan peristiwa yang dipicu oleh ketidakadilan. Serta adanya upaya pemisahan Papua dari Indonesia yang digelorakan organisasi Papua merdeka (OPM). Kondisi ini menjadi sasaran empuk bagi bangsa asing untuk memuluskan jalan kepentingannya di bumi Papua.
Kerusuhan yang terus bergejolak di Wamena Papua merupakan hasil dari adanya intervensi asing agar Papua segera lepas dari Indonesia, sehingga asing menjadi semakin mudah memasukkan penjajahannya di Papua. Lucunya ...peristiwa mengerikan yang menimpa Wamena ternyata tak mengudang rasa empati dari para pendukung rezim. Tak ada yang mengatakan bahwa perilaku biadab yang menimpa Wamena ini sebagai perilaku terorisme. Sudah kelukah lidah mereka saat ini ketika melihat realita bahwa para pelaku kerusuhan bukanlah muslim. Dan puluhan korban yang tewas adalah kaum muslimin Bugis dan Minang. Mungkinkah mereka kebingungan untuk mengkambinghitamkan Islam dan para pejuangnya. Ketakutan mereka selama ini yang menyatakan apabila syari'ah Islam diterapkan akan menjadi sumber perpecahan terjawab sudah dengan terjadinya tragedi Wamena.
Sesungguhnya bukanlah penerapan syari'at Islam yang menjadi sumber konflik dan perpecahan. Namun sumber konflik yang tak kunjung usai ini adalah karena lemahnya pemimpin dalam mengelola negeri dan meriayah rakyatnya. Ditambah lagi dengan penerapan sistem kapitalisme yang rusak sehingga menjadikan negeri ini mudah dijajah oleh asing maupun aseng.
Rakyat membutuhkan hadirnya negara sebagai pelindung mereka. Rakyat membutuhkan perisai yang akan menjaga harta dan jiwa mereka. Rakyat juga membutuhkan pemimpin yang akan menjaga keutuhan kesatuan mereka, agar tak mudah terprovokasi oleh pihak luar yang ingin mencerai beraikan mereka.
Hanya Islam yang bisa meminimalisasi kondisi seperti ini. Khilafah akan menjaga setiap jiwa dari tindakan penganiayaan sesama manusia. Bagaimanapun nyawa seorang mukmin lebih berharga daripada bumi dan seisinya."Allah SWT berfirman: "sesungguhnya siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan -akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Siapa saja yang memelihara kehidupan seseorang manusia, seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.(QS Al-Masih(5):32).
Saatnya kembali pada Islam kaffah untuk kesatuan negeri. Wallahu a'lam.....