Oleh : Nurul Fajriyah
Aktivis Mahasiswi Sulawesi Barat
Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati
Air matannya berlinang mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan hamparan kekayaan
Kini ibu sedang susah merintih dan berdo'a
.
Itulah penggalan lagu yang berjudul "Ibu Pertiwi" ciptaan Pak Ismail Marzuki, setiap bait dan liriknya mewakili gambaran betapa terpuruknya Indonesia dalam kesedihan, mengingat banyaknya kasus yang bertubi-tubi tak kunjung menemukan titik terang dari pemerintah.
Wamena berdarah, Ambon berduka, pendemo hilang nyawa, karhutla ISPA, wacana pengesahan RUU KUHP, aksi gejayan memanggil, aksi penolakan RUU KUHP, aksi turunkan pemimpin, lounching film the santri yang mendapat pertentangan dari berbagai pihak karena dianggap membahayakan akidah, dan saat ini lounching film baru yang berjudul SIN juga dapat membahayakan akidah.
Apakah tragedi ini tak cukup untuk kita renungkan bahwa ibu pertiwi sedang sakit? Jika mengingat nusantara yang multietnis, ibu pertiwi harusnya bangga dan bahagia sebab Indonesia satu-satunya negara yang memiliki keragaman suku dan budaya, tapi adanya peperangan antara suku justru memberikan pilu bagi ibu pertiwi.
Bukan hanya kekayaan etnis yang dimiliki Indonesia, kekayaan sumber daya alam juga berada dalam pangkuan, namun kesedihan kembali dirasakan oleh ibu pertiwi sebab rakyatnya yang hidup tak berkecukupan bahkan sampai pada tataran melarat.
Aset ibu pertiwi pun banyak dikuasai oleh asing dan itu bukan hanya simbolisme semata melainkan fakta nyata, tak cukup sampai disitu, hak-hak rakyat diabaikan terbukti dengan adanya pembubaran kajian dimana-mana dan kriminalisasi ulama tak luput dari agenda jahat rezim.
Dalam satu waktu yang bersamaan, mahasiswa dari segala penjuru negeri menyerukan aspirasi inteleknya, tapi sayang seribu sayang para pejabat negeri dengan angkuh menutup mata dan telinga menganggap bahwa itu hanya euforia mahasiswa sok intelek dan sok jagoan mengkritik rezim.
Ibu pertiwi hanyalah sebuah personifikasi namun begitu berharga dimata para pecinta kekuasaan dan para pengejar materi, lihat dan renungkanlah betapa banyak ketidakadilan disemua cabang kekuasaan terjadi dan mirisnya mendapat perlindungan dari pemerintah, cobalah bertanya pada mereka yang terzalimi karena kebohongan janji-janji manis yang berujung pahit nan menyakitkan. Kasihan para petani, panen belum usai mereka sudah melakukan aksi impor dengan dalih industri serta kebutuhan dalam negeri sangat tinggi, kasihan para tenaga pengajar honorer, belum juga jadi PNS mereka sudah mendatangkan tenaga pengajar luar negeri, kasihan para pekerja perusahaan swasta yang harus bersaing dengan para pekerja dari China yang didatangkan langsung oleh pejabat negeri.
Pejabat yang setiap hari duduk dikursi empuk ruangan ber-Ac sembari tertawa mengatur strategi pengkayaan diri tentunya rakyat dalam daftar korban kejahilan rezim, agenda kezaliman dirancang seelok mungkin agar tak terlihat kejam nan sadis oleh rakyat.
Tidak harus menjadi petinggi untuk tahu kondisi ibu pertiwi, tidak pula harus memiliki harta yang melimpah hingga membuat berseri untuk sekedar mengetahui perasaan ibu pertiwi.
Untuk menyembuhkan sang pertiwi dari pilu dan kesedihan yang tak terlihat, tidak perlu menjadi seorang praktisi dan akademisi, cukup menjadi seorang pemikir penggerak perubahan hakiki.
Perubahan hakiki hanya dibangun diatas landasan kebenaran yang hakiki pula, kebenaran hakiki hanya ada pada agama Allah yakni Islam, siapapun yang memasukinya pasti akan menemukan jawaban yang memuaskan akal dan membawa kedamaian bagi batinya.
Ajaranya sungguh sempurna, dengan kesempurnaan yang dimilikinya Islam mampu meraih kegemilangan peradaban yang memimpin dua pertiga dunia atau setara dengan tiga benua.
Fakta sejarah ini dicatat dalam ribuan lembaran kertas yang sengaja dimusnahkan para pembenci Islam agar generasi Islam buta sejarah tentang agamanya sendiri.
Dalam perjalananya memimpin dunia, Islam berhasil menyatukan berbagai sumber daya yang luar biasa besar yang dimiliki umat Islam, Islam juga telah memberikan kebijakan yang berlandaskan keadilan dan kebenaran.
Perekonomian dalam Islam juga diatur sehingga jaminan kehidupan masyarakatpun terpenuhi baik primer maupun sekunder.
Dari segi politik, Islam memiliki visi kebebasan dari segala bentuk penjajahan, termasuk hutang luar negeri yang dibebankan bunga berlipat ganda.
Pengelolaan sumber daya alam juga dikuasai oleh pengusaha swasta dalam bentuk perusahaan multinasioanal.
Dengan syariah Islam melalui sebuah institusi, pemerintah dapat membangun hubungan baik dengan negara-negara lain, baik pada bidang ekonomi, politik, budaya dan pendidikan tanpa adanya tekanan dan intervensi yang menakutkan dari negara adi daya.
Mengambil atau mengadopsi aturan Islam sebagai dasar pergerakan dalam kehidupan, maka dapat dipastikan harapan-harapan kesejaht dapat terwujud dan hal ini bukan hanya sekedar janji busuk dari mulut seribu seperti saat ini.
Wallahu 'alam bishshawab.