Oleh : Ita Puspita
Akhir-akhir ini situasi negeri kita semakin mencekam dengan tragedi penganiayaan dan pembunuhan seakan menambah lengkap kasus hilangnya nyawa manusia yang semakin hari semakin marak. Belum hilang dari benak kita bagaimana 700 an korban di duga "kelelahan" akibat pesta demokerasi 2019 kemarin,belum lagi setelahnya yaitu tragedi 22 mei 2019 yang merenggut 9 nyawa (kompas.com),di susul meninggalnya 2 mahasiswa halu oleo di kendari yang di duga akibat kebrutalan aparat yang harusnya jadi pengayom rakyat,terbaru di susul meninggalnya akbar alamsyah korban dari kebrutalan aparat hingga mengakibatkan pecah pada tempurung kepalanya hingga meregang nyawa setelah sekian lama kritis.
Ditambah kerusuhan wamena Papua yang menewasakan banyak warga sipil yang tak bersalah harus menanggung amukan masa belum lagi harta benda mulai dari rumah,toko,dan kendaraan tak luput dari sasaran masa kerusuhan,bahkan ada dokter yang di bakar hingga balita tak berdosa yang di belah kepalanya dengan kampak secara sadis,ya Rabb sungguh kekejian yang nyata.
Saudaraku sepertinya kita harus sudah benar - benar merenungkan semua yang terjadi,fakta yang semakin hari semakin membuat jengah ditambah dengan berbagai permasalahan mulai dari kenaikan berbagai kebutuhan pokok,mahalnya biaya pendidikan serta sulit dan mahalnya biaya kesehatan dengan naiknya tarif BPJS yang di buat pemerintah hingga samapai-sampai ada ungkapan " orang miskin dilarang sakit" sungguh-sungguh miris memang,tidak aneh ketika dengan lemahnya iman dan himpitan beban hidup yang semakin menjepit membuat banyaknya tindakan kriminal yang hingga menghilangkan nyawa seseorang menambah lengkap seolah begitu murahnya nyawa manusia saat ini.
Lalu apa sebenarnya penyebab rusaknya manusia saat ini hingga tega menghilangkan nyawa manusia dengan mudahnya? Apa yang menyebabkan manusia begitu serakah demi harta dan kekuasaan tega merenggut nyawa dan mengorbankan saudaranya? Serta apa yang membuat para pengayom rakyat dengan begitu brutalnya menghabisi rakyatnya sendiri,untuk siapa sebenarnya mereka bekerja?
Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Jelas sekali di dalam islam nyawa seorang muslim sangatlah berharga di bandingkan dengan dunia dan isinya,lalu apa yang terjadi hingga nyawa kaum muslimin begitu murah dan tak berharganya untuk di tumpahkan mulai kaum muslim di indonesia bahkan di belahan dunia lain pun terus berjatuhan.
Maka ketika kita melihat fakta negeri ini,negeri kita adalah negeri yang kaya dengan segala sumberdaya alam dan segala potensi yang di karuniakan oleh Alloh SWT,serta penduduknya di gadang penduduk muslim terbesar di dunia, telah menjadikan pemimpin mereka orang -orang yang gila akan harta dan kekuasaan dunia serta orang kafir yang tak rela akan bangkitnya umat islam.
Dan tahukah saudaraku alat yang menjadi penyedot mereka ialah 'Demokrasi' yang di gadang-gadang sebagai sistem terbaik oleh para pemujanya,apakah demikian? Bukankah demokrasi adalah wadah aspirasi? Dengan slogan ' Dari rakyat Oleh rakyat dan Untuk rakyat' dan kedaulatan ialah di tangan rakyat? Yang selalu kita dengar mulai dari zaman sekolah hingga saat ini yang senantiasa di jejalkan kepada rakyat
Apakah seperti itu pada kenyatannya? Apakah demokerasi pada praktiknya berjalan sesuai dengan slogannya yang menjadikan rakyat berdaulat?
Pada faktanya tidaklah seperti itu,bahkan di negeri pengamal demokerasi no 1 di dunia yaitu amerika para ahli menyebutkan bahwa amerika sendiripun masih mencari wajah asli dari demokerasi itu sendiri terlihat dari rapuhnya negeri tersebut dari berbagai bidang di dalamnya,hanya terlihat adidaya namun pada faktanya banyak kerusakan dan kelemahan yang terjadi.
Lalu apakah semua terjadi karena belum benar ketika mempraktikan demokerasi? Apakah harus terus belajar untuk mempraktikan demokerasi yang sempurna?
Itu tidak harus kita lakukan karena pada hakikatnya tabiat demokerasi kapitalis memang seperti itu adanya,yang akan terus meminta tumbal bahkan termasuk orang-orang yang tak bersalah di dalamnya tak luput dari tumbal demokerasi.
Jelas sudah apa yang menjadi penyebab semua permasalahan yang terjadi adalah karena demokerasi menjadi 'Biang keladi' dari semua yang terjadi,lalu apa alasan kita tetap menggenggam erat demokerasi kapitalis ini,yang kian hari kian menjadi – jadi kerusakannya dan kian menumpahkan banyak darah didalamnya.
Hingga sudah saatnya bagi kita mencampakan sistem yang menjadi 'biang keladi ' ini sistem yang harusnya sudah kita hina dianakan sejak dahulu.
Bukankah jelas firman Alloh SWT di dalam surat Ar-ra'du ayat 17 yang artinya:
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Jelas pada ayat ini Alloh SWT menegaskan bahwa kebenaran membawa manfaat dan tetap berdiam di bumi,dan sesuatu yang hilang ibarat buih adalah sesuatu yang bathil.maka telah jelas kebenaran yang Alloh turunkan adalah kebenaran yang nyata yaitu Diin Islam yang di dalamnya terdapat aturan - aturan hidup yang mengatur baik tataran individu,keluarga,masyarakat hingga negara dengan sistem pemerintahannya yang menerapkan syariatNya secara kaffah,yang akan menjadi perisai/ pelindung kaum muslimin dari keserakahan orang-orang kafir dan munafikun yang mengorbankan nyawa kaum muslimin demi syahwat kekuasaannya.
Allohu 'Alam Bi Shawwab.