Oleh : Lilik Yani
Kematian hanya terjadi jika ajal telah tiba. Walau dokter mendiagnosa dengan sakit serius, seperti kanker, gagal ginjal, atau apapun juga, jika ajal belum tiba maka seorang hamba masih bisa menikmati hijaunya dunia.
********
Belajar kesabaran dari seorang teman yang tinggal sekota denganku. Dia hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Tercukupi semua kebutuhan hidup dengan layak dan bisa menolong orang yang membutuhkan. Sekiranya ada barang berlebih di rumahnya, dia segera mengemas dan menitipkanku agar dibagikan kepada siapa yang memerlukan.
Dua putrinya agak manja dan apapun keinginan minta dipenuhi. Belanja baju dan segala kebutuhan tanpa dipikir manfaat. Lihat barang bagus, langsung beli. Padahal tidak membutuhkannya. Makanya tidak heran jika barang-barang masih bagus dan layak pakai menumpuk di rumahnya.
Yach, mungkin terbiasa hidup enak. Suami istri bekerja dengan gaji memadai. Hingga apa yang diinginkan anak dituruti. Sebenarnya cara seperti itu kurang mendidik. Membuat anak-anaknya semakin manja dan tidak mandiri.
Hal ini berlanjut hingga anak-anaknya remaja. Dalam memilih sekolahpun, bisa berganti-ganti. Sudah masuk di sekolah pilihan, baru beberapa hari masuk, minta pindah ke sekolah lain karena merasa tidak ada temannya. Kemudian pindah sekolah di tempat yang diinginkan. Harus membayar uang gedung dan SPP lagi. Ternyata di tempat baru, minta pindah lagi karena tidak cocok jurusannya.
"Yach, itu akibat salah didik dari kecil yang suka dimanjakan." Begitu kataku saat dia curhat tentang anak-anaknya.
Belum selesai ujian dari dua putrinya yang boros dan suka berganti sekolahan. Kemudian dia mendapat ujian dari suaminya. Suami yang cakep, bekerja di perusahaan bonafit dengan gaji besar. Membuat dirinya berpaling ke lain hati. Sekretaris cantik yang setiap hari menemani suaminya, berhasil menaklukkan hati sang suami. Hingga bertekuk lutut, menyerahkan sebagian besar gaji untuk berfoya-foya dengan wanita penggoda.
Temanku berusaha tetap sabar. Dinasehati suaminya dan diajaknya berfikir untuk melanjutkan tugas menjaga amanah, dua putri remaja yang membutuhkan perhatian lebih. Nasehat demi nasehat dia berikan dengan lemah lembut, tapi tak membuat suaminya kembali kepadanya.
Walau tak sampai menikah dengan sang sektetaris, tapi nafkah dan perhatian untuk istri dan anak-anak jauh berkurang. Pulang malam menjadi kebiasaan suaminya. Datang dalam keadaan capek, hingga mudah memicu pertengkaran.
Tak terduga, malam itu terjadi pertengkaran hebat. Karena suami minta ijin menikahi sang sekretaris. Temanku minta cerai saja, karena tak mau diduakan. Tapi suami tak mau menceraikan karena masih cinta sama temanku itu.
*****
Banyaknya masalah yang melanda keluarganya hingga membuat hatinya sedih dan menjauh dari Allah. Dia tak mau menjalankan ibadah apapun. Malas dan tidak bersemangat apa saja.
Anak-anaknya sering pulang malam. Tugas sekolah tak dihiraukan. Sering keluar rumah alasan tugas kelompok. Tapi sering dapat peringatan kalau anaknya sering membolos. Dua anaknya serasa sekongkol. Saling menutupi jika ditanya ibunya.
Suami mulai jarang pulang. Sekalinya pulang, memicu pertengkaran karena tak ada kata sepakat. Jadilah dia semakin merana. Dua anak yang digadang jadi investasi masa depan. Bisa menjadi dokter untuk mewujudkan impiannya yang kandas. Dulu dia bermimpi bisa kuliah di fakultas kedokteran, tapi gagal karena tak ada biaya untuk membayar uang gedung yang sangat mahal.
*******
Bertumpuknya masalah, hingga mempengaruhi kesehatannya. Walau dia termasuk jiwa yang supel dan suka bercerita. Ternyata ada sisi lain yang terpendam kuat di hatinya. Hingga akhir-akhir ini suka mengeluh badannya tidak enak.
Aku sudah menganjurkan agar periksa ke dokter. Awalnya didiagnosa typhus. Karena tak mau merepotkan anak-anak dan suami, maka dia tak mau dirawat inap.
"Berobat jalan saja. Sambil banyak istirahat di rumah." Begitu alasannya.
Jika istirahat agak membaik, tapi karena harus bekerja maka badan mulai merasa meriang dan capek semua. Kaki sakit jika dibuat berjalan, apalagi naik tangga. Kemudian, saat akan mengenakan baju, tiba-tiba tangannya bunyi. Ternyata patah tulang.
"Semudah itukah? Hanya memakai baju bisa mematahkan tulang?" demikian kata hatiku saat mendengarkan dia bercerita sambil menahan tangis.
Aku menyarankan agar segera periksa dokter tulang dan foto rongent. Dia menurut dan segera menuju rumah sakit langganannya. Ternyata apa yang dikhawatirkan terjadi. Ada patah tulang di tangan kanannya. Lalu segera mendapat penanganan dokter ahli.
Masalahnya tak berhenti sampai di situ. Dia dikonsulkan ke dokter spesialis lain untuk mengetahui penyebab patah tulang. Pemeriksaan demi pemeriksaan dilalui penuh kesabaran. Walau hati sering merasa sedih, karena harus berangkat sendiri ke mana-mana, karena suami dan anak-anak tidak menghiraukannya.
Setelah pemeriksaan lengkap dilakukan, beberapa dokter spesialis berkumpul untuk mendiskusikan hasil. Ternyata hasil diluar prediksinya. Benar-benar ada hantaman keras siang itu. Ketika dokter menyampaikan hasil diagnosa bahwa dia kena kanker tulang dan sudah menyebar ke organ lain.
Aku tak sanggup mendengar ceritanya. Tapi harus berupaya untuk membangkitkan semangatnya. Aku kuatkan hatinya, bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Yakinlah itu. Sementara tenanglah dulu, sambil berdoa dan mohon ampunan.
Kemudian kuberitahukan suami dan anak-anaknya agar mulai memberi perhatian pada istri dan ibunya. Dia betul-betul shock, perlu dukungan dan cinta dari keluarganya.
Alhamdulillah, dengan sakitnya temanku, maka menjadikan suami dan anak-anaknya bertahap membaik. Mereka kembali pulang ke rumah dan bisa saling mengasihi. Mereka berikan perhatian dan kasih sayangnya.
Ketika dia waktunya kontrol ke RS, bergantian anak-anak atau suami yang mengantarkannya. Bahkan suami menggunakan seluruh waktu luangnya untuk merawat istrinya.
Alhamdulillah, ada rasa bahagia di wajahnya. Walau menahan rasa sakit, tapi ada rasa syukur di hatinya. Suami dan anak-anaknya kembali ke rumah dan berkumpul mesra seperti dulu. Anak-anak mulai rajin sekolahnya. Suami sudah memutuskan hubungan dengan sang sekretaris yang dulu menggodanya.
Dan yang lebih membahagiakan, dia mulai menjalankan ibadah kepada Allah. Taubat memohon ampunan Allah. Juga berusaha memaafkan semua kesalahan suaminya. Memaafkan kesalahan orang-orang yang mendzoliminya. Dia berupaya sabar dan ikhlas menerima segala ujian yang diberikan Allah.
Dia terus istighfar mohon ampunan. Dia juga terus memaafkan. Yang dia pikirkan, kalaupun harus meninggal. Dia ingin meninggal dengan hati bersih tanpa ada dendam atau segala penyakit hati.
Dengan terus menjalankan terapi sesuai nasehat dokter. Kemoterapi, dan berbagai terapi lainnya. Semua dijalani dengan sabar dan ikhlas. Ada suami yang dengan penuh kasih sayang mendampingi. Juga doa anak-anak yang terus mengiringi. Tak lupa doa semua teman dan kerabat yang sangat peduli padanya. Maka bertahap ada kekuatan yang meliputi tubuhnya.
Setiap hari tetap bersosialisasi dan bekerja sebisanya. Dengan interaksi sama orang maka bisa mengalihkan rasa sakitnya. Hati tetap dijaga agar penuh syukur dan bahagia. Hingga wajah cerah yang selalu menyapa siapa saja yang dijumpainya.
********
Berkat keikhlasan dan kesabaran yang luarbiasa. Rutin terapi, doa yang terus dipanjatkan dan segenap kasih sayang keluarga dan teman-temannya. Setelah enam bulan dijalani semua proses dengan penuh kerelaan, maka dokter menyuruh foto dan pemeriksaan lengkap untuk mengecek hasilnya. Sungguh keajaiban yang luar biasa. Tulang patah tersambung sempurna. Dia bisa jalan tanpa tongkat dan tangan sudah bisa bergerak normal.
Sel kanker yang dicurigai menyebar di organ-organ tertentu, yang satu sudah bersih dan satunya tinggal sedikit.
Allahu akbar. Tiada yang sulit bagi-Mu ya Allah. Apapun yang Engkau kehendaki jadi kenyataan. Engkau hanya menguji kesabaran hamba-Mu. Setelah dia taubat dan kembali taat, kemudian dia rela, sabar dan ikhlas menerima ujian-Mu. Maka tak sulit bagi Allah untuk memberi kesembuhan terbaik. Bukan sekedar sembuh dari kanker stadium 4b, tapi juga sembuh hati dan imannya untuk kembali taat.
Anak-anak dan suami tercinta juga dikembalikan dalam keadaan lebih baik. Kembali dengan membawa cinta yang tulus ikhlas. Hingga keluarganya sekarang kembali berbahagia. Alhamdulillah.
Surabaya, 1 Oktober 2019
#HambaPilihan01
#MenulisKarenaCinta
#MenulisUntukIngatAllah
#MenceritakanIndahnyaIslam
#YukKembaliKeJalanAllah